Jumat, 10 Februari 2012

I WISH NEVER MEET YOU (CHAPTER 1)

Annyeong readersku yang cantek-cantek, yang ganteng-ganteng , yang baek-baek *bow. Akhirnya aku bisa memproduksi satu FF lagi, hehe. alhamdulillah yahh...  Aku masih berkutat dengan proses pembuatan 2 FF ku yang untuk lomba di sebuah page di Facebook. Aku sudah ngirim sebuah, dan pengen ngirim 2 lagi, tapi entah kenapa lagi mandek ditengah cerita. Saat aku lagi berjuang menyelesaikan FF Second Change dan Mr & Mrs. Pink untuk lomba, entah kenapa tiba-tiba ide cerita untuk FF aku yang ini mengalir deras, dan bener-bener minta segera ditulis, jadi aku berhenti ngegarap 2 FF lombaku itu dan malah bikin FF baru untuk Blogku ini hahaha *abaikan cuecol gak penting

FF ini termasuk FF yang penuh perjuangan buatku, karena di FF ini setting ceritanya 80% berada di Eropa. aku benar-benar harus berjuang keras ngubek-ubek mbah google, buat dapetin informasi tempat-tempat indah nan romantis di Eropa sana. Berhubung aku belum pernah pergi ke Eropa jadi mianhae kalau banyak kesalahan pada tempat-tempat yang aku jadikan setting cerita. Disetiap episode FF ini Setting negaranya akan berbeda-beda seperti episode pertama ini setting berada di Paris, Perancis, untuk episode 2 akan di Zurich dan sekitaran Swiss. Daripada banyak omong lagi, mending langsung nikmatin FF aku aja, ,, selamat menikmati..





Type                    : Multi-chapter
Author                 : Istrinya Kyuhyun
Main Cast            : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin
Rating                   : All Ages
Theme                   : Romance








Hyemin’s pov

Aku memandangi awan-awan putih yang bergerak berarak di sekitar sayap pesawat yang aku tumpangi, bentuknya persisi seperti arum manis. Seperti apa rasa awan itu? Maniskah seperti arum manis atau pahit seperti kisah cintaku saat ini? sekarang aku menyesal dulu tidak mengikuti pelajaran disekolah dengan baik, hingga sekarang aku bertanya – tanya seperti apa rasa awan itu.

Kulihat baling-baling turbo boing berputar dengan sangat cepat membawaku semakin medekati tanah eropa. Ya, disinilah aku sekarang, duduk di pesawat menuju London inggris, mencoba berlari dari segala kepahitanku di negeri asalku Korea Selatan.

Aku baru saja dikhianati kekasihku satu bulan yang lalu. Dia menghamili sahabatku sendiri. Sakit? Tentu saja, rasanya hidupku sudah berakhir saat itu. Tidak kusangka pria yang sangat aku cintai dan aku percaya itu bisa mengkhianatiku, padahal pernikahan kami hanya tinggal satu bulan lagi yang terpaksa aku batalkan. Aku terus menangis dan mengurung diri dikamar selama sebulan penuh sampai Ommaku tidak tega melihat keadaanku. Mungkin jika tidak ada Omma dan Appa yang selalu memberiku semangat, aku sudah berakhir di tali gantungan.

Dua hari yang lalu Appa memberiku tiket pesawat menuju London, beliau menyuruhku menenangkan diri dengan berlibur di eropa. Appa berkata aku bebas berbelanja apa saja dan berapapun, asalkan aku merasa gembira dan bisa melupakan laki-laki brengsek itu.

Dan disinilah aku berakhir sekarang, didalam kabin Korean Air tujuan London. Aku ingat 5 menit sebelum berangkat Omma sempat menggodaku dengan mengatakan semoga aku menemukan bule tampan disana. Kadang mengingat segala perhatian mereka membuatku ingin menangis. Oleh karena itu sekarang aku bertekat untuk menghibur diri dan tidak lagi membuat mereka khawatir.

***
Pesawatku sudah mendarat dengan selamat di bandara Heatrhow tiga jam yang lalu. Dan sekarang aku sedang duduk di beranda hotelku, melihat pemandangan kota London dari lantai 15, sangat indah.

Sungai Thames yang luas dan memancarkan sinar bulan keperakan terhampar di depanku. London Bridge yang terkenal itu pun terlihat dari sini, dengan mobil-mobil kecil tampak merangkak perlahan. Sinar lampu dari mobil-mobil itu tampak seperti kunang-kunang yang berkelip-kelip menambah indah pemandangan malam itu.

London Eye mengingatkanku pada mata Sauron di Film The Lord of the ring, besar dan bersinar. London benar-benar indah, walaupun kabut turun perlahan saat malam beranjak larut. Memandangi London dimalam hari seperti inimembuatku kembali teringat padanya yang telah mengkhianatiku. Dulu kami berencana pergi ke London untuk berbulan madu. Aku memang benar pergi ke London sekarang, tetapi sendiri dengan membawa pedih luka di hati.

Aku tidak berniat untuk berkeliling dan menghabiskan uangku di London saat ini. Negara yang akan aku kunjungi pertama kali adalah Perancis. Aku sudah memesan sebuah hotel disana dan besok pagi aku akan kesana menggunakan Eurostar dari Stasiun St. Pancras London. Eurostar adalah transportasi darat yang menghubungkan Inggris dengan Perancis. Kereta ini menyeberangi selat Inggris melalu terowongan bawah lautnya.

Saat sedang melamun, kudengar ponselku berdering nyaring diatas meja. Dengan langkah gontai aku mengambil ponsel itu.

“Yeoboseo.” Sapaku.

“Hyemin-ah. Kau sudah sampai? Bagaimana keadaanmu?” suara nyaring Omma terdengar di ponselku.

“Ne, aku baik-baik saja. Besok aku pergi ke Paris dengan Eurostar.”

“Hati-hati dijalan, terus kabari Appa dan Omma ya. Kau istirahat saja sekarang.” Giliran suara Appa terdengar.

“Ne, Appa, tidak usah mengkhawatirkanku.”

Aku mengakhiri pembicaraanku dengan kedua orang tuaku itu lalu segera berbaring di ranjang. Badanku terasa sangat capai, setelah hampir 10 jam duduk di pesawat dari Korea menuju London.

***
“Permisi, dimana kereta Eurostar menuju Paris berada?” Tanyaku dengan bahasa inggris pada seorang penjaga di stasiun itu.

“Hmm, over there.” Jawabnya sambil menunjukan sebuah arah padaku.

“Thank you sir.”

Aku segera berlari melewati peron demi peron dengan tergesa, koperku yang besar dan berat sedikit merepotkanku. Karena tidur terlalu larut semalam aku menjadi bangun kesiangan pagi ini. Aku hanya sempat mandi dan menggosok gigi dan melewatkan sarapanku.

Kulirik jam di peron menunjukan bahwa 2 menit lagi kereta Eurostar akan berangkat. Aku semakin menambah kecepatanku berlari, aku tidak peduli lagi dengan orang-orang yang menatapku dengan kesal karena aku tabrak.

Saat aku berlari mendekati pintu kereta yang masih terbuka, aku melihat seorang namja yang menggendong ransel cukup besar masuk kedalam kereta namun sedetik kemudian dia mengeluarkan setengah tubuhnya dan menengok ke arahku

“Hurry up!” teriaknya padaku sambil melambaikan tangannya.

“Wait!”

Dia mengulurkan tangannya padaku dan membatuku masuk ke dalam kereta itu. Tepat saat aku berhasil masuk kedalam kereta saat itu pula pintu kereta menutup. Koperku terbuka dan memuntahkan segala isinya. Dengan tergesa aku memasukan semua bajuku kembali ke dalam koper dan menguncinya. Mungkin karena terburu-buru tadi aku lupa tidak mengunci koperku.

“Open the door please.” Ucap Namja itu sambil membuka pintu antar gerbong kereta.

“Anybody there?” ucapnya lagi sambil memukul-mukul pintu kereta.

Aku hanya tersenyum saat dia menatapku yang sedang merapikan koper.

“Hai, orang Korea?” tanyanya.

“Ne.”

“Cho Kyuhyun imnida.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

“Lee Hyemin imnida.” Aku jabat tangannya sambil tersenyum.

“Pintunya tidak mau terbuka.”

“Mungkin ada yang menguncinya dari dalam.”

Aku memilih duduk dipojokan dekat pintu sambil berselonjor kaki. Kakiku sedikit pegal karena berlari sambil menarik koperku yang berat tadi. Kyuhyun pun duduk didekatku sambil berselonjor kaki.

“Hm, permisi. Apa ini punyamu?” tanyanya padaku.

Aku menoleh padanya , dan kulihat dia mengacungkan Braku yang berwarna hitam sambil menatapnya dengan mulut sedikit menganga. Aku segera merampas Braku dari tangannya dan memasukan ke dalam tas selempangku dengan wajah memerah.

“Aku suka warna hitam.” Ucapnya sambil menyeringai. Aku hanya diam tidak menanggapi ucapannya.

“Hyemin, melihatmu mengingatkanku pada seseorang yang sangat berarti di hidupku.”

“Jinja? Nugu?”

“Kau mengingatkaku pada nenekku.” Katanya sambil tersenyum mengejek.

“Very Sweet.”

Sialnya aku hari ini, bangun terlambat dan sekarang bertemu dengan namja gila seperti dia. Kulirik Kyuhyun yang sedang asik memainkan ponselnya. Sepertinya dia sedang bermain game. Akupun segera mengambil ponselku dari dalam tas, yang ternyata… mati. Bagus sekali, semalam aku lupa mengecharge ponselku, dan sekarang low batre. Kesialan apa lagi yang akan menimpaku setelah ini?

Kruuuyuukk. Perutku berbunyi nyaring. Aku tidak yakin Kyuhyun yang duduk disebelahku tidak mendengarnya.

“Makan ini. Kebetulan tadi pagi aku membelinya didepan stasiun.” Katanya sambil menyerahkan sebuah kotak berisi burger padaku.

“Gamsahamnida, tetapi aku tidak lapar.” Ucapku.

“Terserah dirimu.” Katanya sambil melemparkan Burger itu ke pangkuanku.

“Aku mau tidur jika kita sudah sampai Paris, tolong bangunkan aku.” Ucapnya. Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding kereta, dan menutupi wajahnya dengan topi hitamnya.

Aku menatap kotak burger didepanku itu. Harumnya membuat air liurku semakin membanjiri mulutku. Perutku benar-benar lapar sekarang. Aku takut memakan burger itu, bagaimanapun aku baru mengenal Cho Kyuhyun, tidak baik menerima makanan dari orang asing. Ya Tuhan, aku harus bagaimana sekarang?

Rasa perih dan panas di perutku semakin menjadi, bahkan sekarang kepalaku terasa pusing, mualpun sedikit terasa. Mungkin aku harus mengambil resiko memakan burger itu, daripada aku mati duduk berselonjor kaki karena kelaparan didalam Eurostar seperti ini?

Aku putuskan untuk memakan Burger itu. Saat gigitan pertama masuk kedalam mulutku, segala rasa pusing, mual dan panas segera menghilang digantikan dengan rasa sedap yang membuat mulutku tidak bisa berhenti mengunyah. Gamsahamnida Cho Kyuhyun.

***
“Excusme, can I see your passport and visa?” Terdengar sebuah suara berat dari atas kepalaku dan sedikit goyangan kecil dibahuku.

“Err?” Aku sedikit membuka mataku dan melihat seorang bule berbadan besar berumur setengah baya, menggunakan seragam perugas kereta api sedang berdiri didepanku, atau lebih tepatnya didepan kami. Karena saat aku benar-benar bisa melihat dengan jelas, kudapati diriku sedang bersandaran pada bahu Kyuhyun. Kepala Kyuhyun sendiri sudah berapa di atas kepalaku. Sontak aku menjerit keras, dan mendorong tubuh Kyuhyun yang masih tertidur menjauh hingga jatuh terlentang.

“Yak! Apa yang kau lakukan!” Umpatnya keras-keras.

“Kenapa kau memelukku?” Bentakku padanya.

“Siapa yang memelukmu! Kau yang tertidur kemudian memelukku!” Bentaknya tidak mau kalah.

“Excusme, can I see your visa and passport? And what are you doing here?.” Ucap petugas itu lagi.

Ternyata laki-laki itu adalah seorang petugas pemeriksa visa dan passport, yang akan selalu berkeliling gerbong kereta saat mendekati perbatasan Inggris dan Perancis. Aku segera mengambil passport dan visa dari dalam tas. Kyuhyun tampak sedang menjelaskan kenapa kami bisa terjebak disini.

Petugas itu hanya melihat visa dan passportku sekilas lalu memberi tanda pada tiket keretaku. Dia juga membukakan pintu untuk kami berdua sehingga akhirnya aku bisa masuk dan merasakan nyamannya sofa Eurostar. Aku berpisah dengan Cho Kyuhyun, entah dia duduk dibangku no berapa, aku sudah tidak perduli.

***
Setelah perjalanan panjang dari London akhirnya aku sampai di Stasiun Paris Nord. Aku berjalan keluar stasiun sambil menyeret koperku. Sepanjang lorong stasiun itu terdapat banyak ukiran dan patung yang sangat indah, beberapa kali aku berhenti untuk mengambil gambar dengan kameraku. Menurutku stasiun ini jauh lebih indah dari stasiun St. Pancras di London.

Saat aku sedang asik memotret di sana sini, aku melihat sosok Cho Kyuhyun sedang berjalan sambil memakan sebungkus keripik. Aku segera bersembunyi di balik sebuah patung marmer berbentuk seorang dewi dengan harpanya. Entah kenapa aku tidak ingin bertemu lagi dengannya.

Aku lihat Kyuhyun semakin menjauhiku, dia berjalan menuju gerbang keluar. Aku menghembuskan nafas lega dia tidak melihatku disini.

“Jangan samapi aku bertemu dengan dia lagi.” gumamku.

Aku bergegas keluar dari stasiun dan berjalan menuju stasiun metro, aku sama sekali tidak berniat menggunakan jasa taxi disini. Aku ingin segera sampai di hotel dan mengistirahatkan tubuhku sejenak.

***
Paris, kota cinta. Mungkin memang benar apa yang dikatakan orang-orang kalau Paris itu kota cinta, disetiap objek wisata yang aku datangi pasti yang aku temui hanya pasangan-pasangan dimabuk cinta yang sedang berwisata atau berbulan madu.

Sepertinya aku salah memilih kota ini sebagai tempat tujuanku untuk mengobati laraku. Aku sudah seharian berkeliling semua tempat indah di Paris seperti Fontaine Saint-Michel, museum Louvre, Notre Dame, dan Arc de Triomphe, tetapi melihat banyak pasangan disemua tempat itu membuat semangat berliburku benar-benar turun. Bahkan saat aku berkeliling districk Champ Elysees untuk berbelanja di butik terkenal seperti Louis Vitton, rasa malas benar - benar menderaku, dan hasilnya aku hanya membeli sebuah barang keluaran terbaru dari masing-masing butik itu.

Malam ini aku berdiri di tingkat ke dua menara Eifel, dari sini pemandangan disekitar sungai Sein terlihat sangat indah. Ditambah lampu warna-warni dari berbagai gedung yang terpantul di permukaan sungai itu, menambah cantik pemandangan.

“Sangat indah bukan? Tidak akan kita dapatkan pemandangan seperti ini di Korea.” Ucap sebuah suara mengagetkanku.

Aku menoleh ke samping dan melihat sosok Kyuhyun sudah berdiri disebelahku. Astaga! Kenapa dia bisa ada disini?

“Kau? Kenapa kau ada disini?” Ucapku.

“Wae? Tidak bolehkah aku disini? Ini kan tempat umum.”

“Kau mengikutiku?”

“Mwo? Aku? Aniyo. Untuk apa aku mengikutimu?”

Untuk membuat liburanku kacau.Batinku.

Aku segera melangkah menjauhinya sebelum kesialan menimpaku lagi karena berdekatan dengannya. Aku harus pulang sekarang, aku sudah memutuskan untuk ke Zurich besok pagi dengan kereta pertama,

Aku masuk ke dalam Lift untuk turun ke tingkat dasar dari menara ini. Lift ini hanya berisi aku dan sepasang bule yang sedang bergandengan tangan. Sial! Lagi-lagi aku harus disuguhi pemandangan mengerikan seperti ini. Saat pintu lift tertutup, aku mendengar suara saling mengecup dan belakang punggungku, aku yakin mereka sedang berciuman sekarang.

Aku kembali teringat akan ciuman pertamaku dengannya dulu di dalam mobil audinya. Kurasakan air mataku mengalir di pipiku. Oh come on Hyemin!! Itu hanya masa lalu, tidak seharusnya kau terus mengingat dia. Kudengar hati kecilku berteriak-riak menyadarkanku. Tapi luka yang aku alami terasa sangat sakit, terlalu sakit untuk bisa aku lupakan.

Aku terus berjalan keluar dari kompleks Eiffel tower menuju hotel tempatku menginap. Di dekat gerbang keluar aku melihat sebuah kedai Kebab yang dipenuhi oleh para pembeli. Aku lapar, berkeliling Eiffel ternyata mampu membuat perutku berbunyi nyaring. Aku putuskan untuk ikut tenggelam dalam antrian manusia yang kelaparan itu. Dilihat dari banyaknya pembeli aku yakin kebab ini pasti enak, jujur saja makanan Perancis yang aku makan sejak tadi, tidak ada satupun yang bisa diterima oleh lidahku.

Aku membeli Kebab seharga 1 euro itu dan duduk didekat air mancur. Aku makan kebab itu sedikit demi sedikit sambil memandang lingkungan disekitarku. Aku tertarik melihat dua orang balita berambut pirang saling berkejaran, walaupun cara berjalan mereka belum sempurna, sedangkan orang tua mereka hanya memandangi sambil tertawa. Aku ambil kameraku dan mulai memfoto mereka berdua sambil menghabiskan kebabku. Melihat tingkah mereka membuatku bisa sejenak melupakan kesedihanku.

“Very cute. Anaka-anak polos dengan wajah malaikat.” Kudengar suara Kyuhyun disebelahku.

Aku hanya memandangnya dengan pandangan muak. Kenapa dia selalu ada disetiap tempat yang aku datangi?

“Hyemin aku punya sesuatu untukmu.” Ucapnya lagi. Kulihat dia mengeluarkan setangkai bunga berwarna merah dari saku jaketnya. Lalu mengulurkannya padaku.

“Untukku?”

“Ne, terimalah.”

“Aniyo, gomawo.” Kataku menolak. Untuk apa dia memberikan bunga itu? Pasti ada sesuatu didalamnya. Entah kenapa aku selalu berpikiran negative terhadap apapun yang Kyuhyun lakukan.

“Ayolah, terima ini. Bunga ini akan lebih cantik jika dipegang pleh wanita cantik seperti kamu.” Ucapnya.

Aku mengambil bunga dari tangannya itu dengan terpaksa. Anehnya dia tidak melepaskan bunga itu, tetapi menahan bunga itu dan tanganku.

“Apa lagi?” Kataku ketus.

“Ada yang ingin aku katakana padamu.” Dia menatapku dengan padangannya yang tajam dan dalam sambil mendekatkan tubuhnya padaku seperti hendak memelukku. Sinar bulan yang menimpa wajahnya membuatnya terlihat tampan. Ya tuhan! Apa yang aku pikirkan, Ish!

“Apa?”

“Aku.. aku ingin mengatakan.. ini” Tiba-tiba dia menekan tangkai bunga itu, dan seketika air menyemprot ke wajahku dari tengah kelopak bunga itu.

Kyuhyun hanya tertawa terbahak-bahak sambil berlari menjauhiku. Beberapa orang disekitar kami juga tertawa melihat wajahku yang basah.

“Yak! Kau! Kurang aja sekali kau Cho Kyuhyun!!! Jangan pernah kau muncul lagi dihadapanku!” Teriakku.

“Hyemin-ah Pabo!” Teriaknya membalasku. Dia terus berlari sambil tertawa.

Aku meremas bunga palsu itu dengan kesal, lalu aku lemparkan ke tempat sampah. Aku benar-benar kesal sekarang. Aku baru mengenalnya kemarin dan sudah dua kali dia membuatku malu. Aku melangkah cepat menuju hotel, rasa marahku sudah mencapai puncaknya.

***
Pagi ini aku sudah berada di sebuah Stasiun di pusat kota Paris menunggu kereta cepat tujuan Zurich, Swiss. Aku bangun dengan perasaaan kesal masih bersarang di hatiku. Aku benar-benar memohon pada Tuhan untuk tidak kembali mempertemukan aku dengan Cho Kyuhyun. Namja itu lama-lama bisa membuatku gila.

Inilah terakhir kalinya aku ke Paris, entah kapan lagi aku bisa kembali kesini. Aku hanya berharap saataku kembali, aku tidak sendiri lagi, tetapi dengan pasangan hidupku.

“Aku belum membeli barang khas Perancis untuk Appa.” Gumamku. Aku memang tidak berbelanja apapun untuk Appa kemarin. Banyaknya pasangan yang sedang kasmaran di Paris membuat keinginan belanjaku menguap seketika. Mungkin yeoja patah hati sepertiku ini hanya iri melihat kemesraan mereka. Kemarin aku hanya sempat membelikan Omma satu paket parfum Coco Chanel terbaru.

Aku melihat didekat pintu masuk stasiun aku melihat sebuah kios yang menjual barang kerajinan tangan khas Perancis. Aku mendatangi kios itu dan mulai melihat-lihat barang yang dijual. Ada berbagai piring keramik yang dihias ukiran bergambar menara Eiffel, Arc de tromphe, dan berbagai gedung ternama di Paris. Ada juga kain rajutan bergambar Eiffel. Tapi yang membuat aku tertarik adalah sebuah rminiatur Eiffel tower dari besi. Bentuknya sangat bagus, benar-benar mirip dengan aslinya, hanya ukurannya yang jauh lebih kecil. Miniature itu dihiasi pepohonan palsu, dan ditutupi oleh kaca persegi.

Aku mengambil miniature itu dan mendekati sang pemilik Kios untuk membayar. Kulihat pemilik kios itu sedang melayani seorang pembeli pria yang sedang memilih-milih pisau berbagai bentuk.

Combien est-il (berapa harganya) ? ” Tanyaku padanya.

“10 Euro.” Jawabnya.

“Annyeong Hyemin-ah. Kita bertemu lagi” Sapa pria yang tadi sedang dilayani oleh si pemilik toko.

“Cho Kyuhyun?” pekiku kaget. Tuhan benar-benar tidak sayang padaku, sampai kembali mempertemukanku dengan iblis ini.

“Hei, Aku lebih dulu ke sini, harusnya anda melayaniku lebih dulu.” Gerutunya pada sang pemilik Kios.

“Oui (iya)” jawab penjual itu.

“Hyemin, menurutmu pisau mana yang bagus?” Tanya Kyuhyun padaku.

“Semuanya bagus.”

“Makanya, aku bingung, tolong bantu aku memilih.”

“Cepatlah Cho Kyuhyun, keretaku sebentar lagi berangkat.”

“Aku benar-benar bingung Hyemin-ah, aku harus memilih yang ini atau itu? Tapi yang di ujung sana juga bagus.”

Aku menghela nafas panjang, dan berdoa agar tuhan memberikanku banyak kesabaran. 5 menit lagi kereta ku berangkat, aku harus segera bergegas, atau aku akan kehilangan kereta ini.

“Kau pilih saja yang berwarna hitam itu.” Ucapku akhirnya.

“Ne, ne, aku juga sudah sangat menyukai pisau itu sejak pertama kali melihatnya. Aku tadi hampir membelinya. Ternyata selera kita sama Hyemin-ah.”

Argh! Namja ini memang benar-benar minta dibunuh. Kalau tidak ingat pada orang tuanku di Korea sana, aku pasti sudah menikamnya dengan salah satu pisau yang berderet itu.

“Monsieur (Pak/Mr.) Combien est-il (berapa harganya) ?

“15 Euro.”

Kulihat Kyuhyun meraba-raba semua saku bajunya mencari uang untuk membayar. Apa namja gila ini tidak membawa uang? Aku benar-benar akan ketinggalan kereta kalau terus seperti ini.

“Cepat Kyuhyun! Apa kau tidak memiliki uang?”

“Aku lupa menaruh uangku dimana.”

“Kalau begitu biarkan aku membayar lebih dulu.”

“Tunggu dulu, ini uangku. Hyemin kau bisa membantuku menjumlah semua koin ini? aku bingung dengan mata uang Euro.” Ucapnya sambil mengulurkan segenggam koin padaku.

“Argh!” teriakku kesal. Aku tidak bisa bersabar lagi.aku lemparkan uang 20 Euro ke atas meja termpat pisau-pisau itu berderet.

“Take the change (ambil kembaliannya)” Ucapku pada sang penjual.

Aku segera berlari masuk kedalam stasiun. Aku berlari di sepanjang lorong peron dan menabrak setiap orang yang aku lewati.

Tepat saat aku berhasil samapi di peron tempat keretaku berada, kulihat pintu kereta telah tertutup dan kereta itu perlahan mulai bergerak.

“Kyaa. Tunggu. Tunggu aku.” Teriakku sambil berlari mengikuti kereta itu sampai ke ujung peron.

Aku memandangi kereta yang semakin mengecil itu di ujung peron dengan sedih. Dari arah belakang kudengar suara derap lari seseorang mendekat padaku.

“Keretanya sudah pergi? Itu kereta ke Zurich?” Ucap seseorang dengan suara berat dan dalam yang sangat kukenal sekaligus sangat ku benci.

“Hahahah. Ternyata kita sama-sama ketinggalan kereta ke Zurich Hyemin-ah.”

Tanpa memandangnya dan mengucapkan sepatah katapun padanya, aku melangkah pergi menuju bagian informasi untuk bertanya jadwal kereta ke Zurich selanjutnya. Untung saja Kyuhyun tidak mengikuti lagi. Dia benar-benar membuatku menjadi sial.

“Permisi, kapan jadwal kereta ke Zurich selanjutnya?” Tanyaku pada petugas di bagian informasi.

“Kereta menuju Zurich akan berangkat pukul 8 malam nanti.”

“Merci (terima kasih)”

Kemana sekarang aku harus pergi? Kembali ke hotel? Rasanya malas sekali aku harus kembali check in ke hotel.

Aku berjalan keluar stasiun dengan lesu. Rasa kesal didalam dadaku membuatku tidak focus saat melangkah.

Buukk. Aku menabrak seseorang dan membuat tas berisi visa dan passport yang sedang aku pegang terjatuh.

“Mianhae Hyemin-ah.” Ucap Kyuhyun.

Aku mengambil tasku yang terjatuh lalu memandang Kyuhyun dengan sengit. Rasa marahku padanya benar-benar sudah berada ditingkat yang paling tinggi.

“Kenapa kau selalu mengikutiku?” Ucapku padanya.

“Aku tidak pernah mengikutimu.”

“Lalu kenapa kau selalu ada disetiap tempat yang aku kunjungi?”

“Itu hanya kebetulan belaka. Lagipula kau harusnya beruntung bisa bertemu dengan pria sepertiku yang bisa menjagamu.”

“Mwo? Hahaha. Aku beruntung? Asal kau tahu Cho Kyuhyun, sejak bertemu denganmu aku selalu sial. Saat di London aku terjebak di gerbong kereta. Kau menyiramku dengan air di Eiffel, dan terakhir kau membuatku ketinggalan kereta ke Zurich. Apa itu yang disebut beruntung?”

“Jadi aku membawa sial untukmu?”

“Ne! jadi sekarang aku minta kau berhenti mengikutiku. Aku tempuh jalanku sendiri ke Zurich dan kau juga tempuh jalanmu sendiri. Arraso?”

“Tujuan kita sama, kenapa kita tidak pergi bersama saja?”

“Shiro.” Bentakku padanya. Aku bergegas pergi menjauhinya. Aku harus segera check in ke hotel terdekat dan menenangkan emosiku.

***
Pukul 6 malam waktu Paris, aku sudah berada di dalam antrian orang-orang yang akan berangkat ke Zurich dengan kereta malamnya. Antrian ini begitu panjang, sampai kakiku pegal berdiri seperti ini. didepanku masih ada 3 orang lagi sebelum tiba giliranku.

“One ticket to Zurich.” Ucapku pada petugas penjual tiket didepan loket itu.

“Can I see your Visa and Passport?”

Aku segera mengambil tas kecil tempat aku menyimpan semua dokumenku dari dalam tas tanganku. Aku buka tas hitam itu dan mulai mencari visa dan passportku. Hatiku mencelos saat kulihat isi tas hitam kecil itu bukan dokumen-dokumenku, melainkan beberapa peralatan kosmetik untuk pria, seperti pisau cukur kecil sabun muka tube kecil, dan foam cukur kecil. Ini bukan tasku.

“Apa anda memiliki visa dan passport nona?” tanya petugas itu lagi.

“Tentu saja, tapi, tasku hilang, dan visa dan passportku ada didalamnya.”

“Sorry, anda tidak bisa membeli tiket ke Zurich tanpa passport anda nona. Next please.”

“Pak, saya punya passport dan visa, tolong biarkan saya membeli satu tiket ke Zurich.”

“Maaf nona, itu tidak bisa. Penjaga tolong urus nona ini.” ucap petugas loket itu.

2 orang penjaga berseragam menghampiriku dan menyeretku keluar dari antrian tiket. Aku meronta, untuk melepaskan diri, tetapi kekuatan mereka berdua jauh lebih besar dari pada kekuatanku. Tamat sudah riwayatku di Paris, Batinku.

---TBC---



Tidak ada komentar:

Posting Komentar