Minggu, 19 Februari 2012

I WISH NEVER MEET YOU (CHAPTER 2)

Annyeong reader... lanjutan dari IWNMY chapter 2 terbit nih *digorok reader yang udah lama nunggu. Mian ya kalo lama *udah biasa kali lama. hahaha. Kali ini ceritanya berseting di Swiss negara penuh es, dan Venezia kota air di Italia. Lama-lama aku bener-bener pengen ke Eropa gara-gara nulis ini FF, hahahaha. Eropa waiting for me, someday, yeah someday pasti aku akan menjejakan kaki disana (semoga ketemu Kyuhyun kaya dicerita ini) amin amin amin, Hahahahah. Happy reading..








Type                    : Multi-chapter
Author                 : Istrinya Kyuhyun
Main Cast            : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin
Rating                   : All Ages
Theme                   : Romance

Review Last Chapter

Pukul 6 malam waktu Paris, aku sudah berada di dalam antrian orang-orang yang akan berangkat ke Zurich dengan kereta malamnya. Antrian ini begitu panjang, sampai kakiku pegal berdiri seperti ini. didepanku masih ada 3 orang lagi sebelum tiba giliranku.

“One ticket to Zurich.” Ucapku pada petugas penjual tiket didepan loket itu.

“Can I see your Visa and Passport?”

Aku segera mengambil tas kecil tempat aku menyimpan semua dokumenku dari dalam tas tanganku. Aku buka tas hitam itu dan mulai mencari visa dan passportku. Hatiku mencelos saat kulihat isi tas hitam kecil itu bukan dokumen-dokumenku, melainkan beberapa peralatan kosmetik untuk pria, seperti pisau cukur kecil sabun muka tube kecil, dan foam cukur kecil. Ini bukan tasku.

“Apa anda memiliki visa dan passport nona?” tanya petugas itu lagi.

“Tentu saja, tapi, tasku hilang, dan visa dan passportku ada didalamnya.”

“Sorry, anda tidak bisa membeli tiket ke Zurich tanpa passport anda nona. Next please.”

“Pak, saya punya passport dan visa, tolong biarkan saya membeli satu tiket ke Zurich.”

“Maaf nona, itu tidak bisa. Penjaga tolong urus nona ini.” ucap petugas loket itu.

2 orang penjaga berseragam menghampiriku dan menyeretku keluar dari antrian tiket. Aku meronta, untuk melepaskan diri, tetapi kekuatan mereka berdua jauh lebih besar dari pada kekuatanku.

Tamat sudah riwayatku di Paris, Batinku.

***

Aku terus meronta didalam cengkeraman dua orang petugas keamanan stasiun tersebut. Aku juga terus memohon kepada mereka, namun sialnya mereka sepertinya tidak bisa berbahasa inggris. Perancis memang merupakan salah satu dari sekian negara yang sangat menjunjung tinggi bahasanya, jadi warga negara asli Perancis yang bisa berbahasa inggris sangat jarang ditemui.

“Lepaskan aku! Aku memiliki passport dan visa! Biarkan aku mencarinya dulu!” Jeritku.

Kulihat setiap orang yang melewatiku menoleh dan menatapku dengan prihatin.mungkin mereka kasian melihat orang asia bertubuh kecil sepertiku diseret oleh bule yang bertubuh besar. Air mataku sudah meleleh. Perasaanku bercampur aduk antara bingung kenapa tasku bisa menghilang sekaligus takut. Aku tahu eropa sangat ketat dalam memberlakukan peraturan pada setiap turis asing sepertiku ini. Aku takut menghadapi hukuman yang sudah ada didepan mataku.

“Darling.. oh my God! My darling.” Kudengar sebuah teriakan menggema ke seluruh penjuru stasiun itu. Akupun menoleh ke arah sumber suara itu, dan melihat Cho Kyuhyun berlari menghampiriku dan langsung memelukku erat-erat.

“Oh my God! My Darling, kemana saja kamu! Aku mencarimu dari tadi. Jangan pernah kau pergi dariku lagi.” Ucapnya sambil menciumi kedua pipiku.

Aku berusaha melepaskan pelukannya dengan meronta dan memalingkan wajahku menghindari ciumannya, tetapi pelukannya terlalu erat untuk bisa aku lepaskan.

“Maaf, dia istri saya yang pergi dari hotel meninggalkan saya. Nama saya Cho Kyuhyun, dan dia Lee Hyemin. Ini passport dan visa kami.” Ucapnya dengan bahasa Perancis yang lumayan lancar sambil menyerahkan passport dan visa miliknya serta.. milikku.

Aku benar-benar tidak memeprcayai penglihatanku saat melihat passport dan visaku ada pada Kyuhyun. Bagaimana bisa dia memilikinya? Apa dia mencurinya dariku?

Kedua petugas keamanan tersebut memeriksa passport dan visa kami dengan cermat, sedangkan Kyuhyun masih terus merangkulku erat, sambil sesekali mencium keningku.

“Darling aku benar-benar mencemaskanmu, jangan pernah pergi dari sisiku lagi tanpa sepengetahuanku oke? I Love you so much.” Ceracaunya sambil memelukku. Aku sendiri masih terus berusaha untuk bisa keluar dari pelukannya.

Setelah beberapa saat kedua petugas itu menyerahkan kembali passport kami dan berkata pada Kyuhyun dengan bahasa Perancis bahwa dia sudah bisa membawa pergi aku, istrinya, dan jangan lupa untuk terus menjagaku.

“Thank you, thank you, merci, merci, merci, gamsahmnida.” Ucap Kyuhyun sambil membungkukan badannya dan memaksaku untuk ikut serta.

Saat kedua petugas itu sudah menghilang dari pandanganku, aku mendorong tubuh Kyuhyun keras-keras, bahkan aku menginjak kakinya agar dia melepaskan pelukannya padaku.

“Kau! Berani-beraninya kau memelukku bahkan menciumku! Memangnya punya hak apa kau sehingga bisa melakukannya padaku! Apa kau tak ingat, sudah kubilang jangan pernah ikuti aku lagi! Apa kau tidak..” Makiku padanya.

“Shut up!” Suara besar dan berat Kyuhyun menggelegar saat dia membentakku, dan sontak membuatku terdiam.

“Kau pikir apa yang akan terjadi padamu tadi jika tidak ada aku Lee Hyemin!? Kau pasti akan membusuk di penjara Perancis! Kau seharusnya berterima kasih padaku karena sudah menolongmu, bukannya memakiku seperti ini! Apakah kau tidak pernah diajari cara berterima kasih oleh orang tuamu? Aku tidak pernah mengikutimu dan aku juga tidak hobi menyentuhmu! Sekarang..”

“Tapi bukan berarti…”

“Diam!” Bentaknya lagi. Dia menatapku dengan pandangan penh amarah. Tidak kulihat lagi wajah isengnya. Yang kulihat hanya wajah mengerikan menahan amarah yang membuatku takut.

“Sekarang aku menyesal telah menolongmu! Harusnya tadi aku biarkan saja mereka membawamu! Hai pak bawa dia! Dia tidak memiliki passport!” Teriaknya. Dia lalu pergi meninggalkanku menuju loket pembelian karcis. Aku masih berdiri terpaku, terdiam, syok atas perlakuan Kyuhyun padaku.

“Tasmu tertukar dengan milikku. Aku segera mencarimu kesini begitu mengetahuinya, karena aku sadar kau akan ada dalam masalah besar tanpa passport dan visamu.” Ucapnya lagi sambil melemparkan passport dan visaku beserta selembar tiket kereta menuju Zurich padaku.

Dia pergi melewati tubuhku yang masih diam tidak bergerak. Aku ambil passport, visa beserta tiket yang bertebaran di lantai. Saat kulihat disekelilingku, sudah banyak yang menatapku sambil berbisik-bisik. Mereka tidak akan mengerti ucapan Kyuhyun dan aku tadi, karena kami bertengkar dengan menggunakan bahasa korea, tetapi tetap saja suara Kyuhyun yang keras tadi telah membuat banyak orang menoleh.

Aku seret koperku dengan lesu melewati peron demi peron stasiun itu menuju kereta yang akan membawaku ke Zurich. Aku masuk kesalah satu gerbongnya dan mulai mencari tempat dudukku.

Saat aku menemukannya, kulihat Kyuhyun sudah duduk disana. Ternyata dia membeli tiket dengan nomor tempat duduk yang berurutan denganku. Aku letakan koperku didepan kursiku, lalu aku duduk disebelah Kyuhyun.

Kyuhyun tidak memandang kearahku sama sekali, dia terus memandang ke luar melalui jendela. Kulihat sebuah headset tertempel di telinganya, dan iphone tergenggam di tangannya. Aku bimbang sekarang. Apa aku harus minta maaf padanya? Tetapi aku tidak merasa bersalah sama sekali. Dia sudah dengan seenaknya memelukku, bukankah aku pantas marah? Tetapi dia juga sudah menolongku, tidak seharusnya juga aku memakinya seperti tadi.

“Mianhae.” Ucapku.

Tidak ada reaksi darinya, matanya terus menatap keluar jendela.

“Mianhae.” Ucapku lebih keras dan tepat di telinganya.

“Hah? Mwo?” Dia tampak kaget dan langsung melepaskan headsetnya.

“Mianhae, aku terlalu banyak bicara tadi.”

“Hahaha. Cheonmaneyo. Aku juga minta maaf tadi sudah membentakmu.” Ucapnya sambil tersenyum padaku.

“Ini tas kecilmu, jantungku benar-benar terasa lepas saat melihat isinya pisau cukur dan sabun bukannya passport dan visaku.” Kusodorkan padanya tas kecil hitam yang hampir saja membuatku dalam masalah besar.

“Aku juga tidak kalah kaget saat melihat pisau cukurku berubah menjadi passport. Hahahaha “

“Berapa harga tiket tadi, biarkan aku menggantinya.” Kukeluarkan dompetku dan mulai menghitung uang didalamnya.

“Lalu berapa yang harus aku bayar padamu karena sudah menjaga pisau cukurku?”

Aku mengerutkan keningku mendengar jawabannya. Menjaga pisau cukur? Yang benar saja.

“Tetapi kau sudah menolongku tadi.”

“Anggap saja sebagai penebus karena aku sudah membuatmu ketinggalan kereta kemarin.”

Aku menyodorkan uang 40 euro padanya, tetapi dia menolaknya bahkan mendorong tanganku agar aku tetap menyimpan uang itu.

“Gomawo atas tiketnya. Juga burger di London dulu.”

“No problem, sebagai sesama orang Korea kita harus saling menolong.” Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku dengan lucu.

Setelah itu dia terus bicara, dia menceritakan semua pengalamannya selama di Paris. Dia juga bercerita banyak tentang Zurich, tempat yang akan kami tuju. Dia bilang dia sudah pernah kesana dulu dan sangat menyukai wisata Ski di Swiss.

Rasanya lebih menyenangkan memiliki teman di perjalanan panjang seperti ini dibadingkan duduk sendiri sambil terus meratapi nasib. Kami juga makan malam bersama dengan makanan yang kami bawa masing-masing. Aku memakan teriyaki bento yang sempat aku beli disebuah restaurant cepat saji ala Jepang, sedangkan Kyuhyun memakan ramen cup. Kyuhyun tidak hanya membawa ramen cup mentah tetapi sekaligus air panas dalam termos kecil. Dia juga sempat membuatkanku kopi dengan gelas plastik kecil yang dia bawa. Malam itu aku benar-benar merasa tidak kesepian karena Kyuhyun berada disampingku.

***

Kudengar alarm ponselku berbunyi bersamaan dengan kurasakan kereta yang aku tumpangi berhenti. Perlahan aku membuka mataku dan merasakan silaunya lampu kereta. Disekitarku juga mulai terdengar suara hiruk pikuk orang yang mengambil barang-barangnya dan bersiap turun.

Aku melihat jam yang berada di ponselku yang  menunjukan pukul 5 dini hari. Aku menguap lebar sambil meregangkan tubuhku. Kulihat Kyuhyun yang tertidur disampingku. Ternyata semalam aku tertidur sambil bersandar dibahunya, dia juga diam-diam menyelimutiku dengan selimut yang disediakan oleh pihak kereta. Kami saling berbagi selimut. Setiap orang yang melihat kami pasti berpikir kami adalah sepasang suami istri. Aigo, Hyemin, apa yang kau pikirkan? Batinku.

Aku menatap wajah Kyuhyun yang sedang tertidur dengan damai. Wajahnya sangat manis. Bulu mata panjang dan lentik membingkai matanya, membuatnya menjadi sangat indah. Hidungnya mancung dan bibirnya sangat eksotis, benar-benar sebuah maha karya pahatan yang sempurna dari Tuhan. Aku baru menyadari bahwa dia sangat tampan. Aku tidak berhenti tersenyum saat memandang wajahnya, sampai tiba-tiba kedua kelopak matanya terbuka.

“Kenapa kau memandangku seperti itu?” Tanyanya padaku.

“Aniyo, kita sudah sampai di Zurich, cepat turun.” Ucapku sambil cepat-cepat memalingkan wajahku. Aku takut dia tahu bahwa aku sedang mengamati wajahnya, mengagumi kesempurnaannya.

Aku berdiri lalu mengambil koperku dan menyeretnya keluar kereta. Kyuhyun mengikutiku dari belakang dan membantuku menurunkan koperku ke peron di pintu kereta.

“Biarkan aku saja yang membawa kopermu.” Katanya.

“Mwo? Tidak usah, biar aku saja.” Kataku sambil berusaha meraih pegangan koperku lagi.

“Sudahlah.” Ujarnya sambil menepuk tanganku pelan.

“Bagaimana kalau kita makan dulu, aku sangat lapar.” Tambahnya.

“Ne, aku juga lapar.”

Kami memutuskan untuk singgah di café yang terletak di bagian bawah tanah gedung stasiun ini. Kami melewati peron demi peron, bagian demi bagian stasiun ini. Stasiun ini sangat indah. Bangunannya seperti layaknya bangunan tua di eropa, tetapi dekorasi gaya neo-reinaissance-nya membuat stasiun ini menjadi unik dan indah. Dindingnya dipenuhi oleh lukisan-lukisan dengan berbagai warna yang menggambarkan keadaan jaman neo-reinaissance, yang identik dengan para gadisnya yang menggunakan korset ketat dan gaun lebar.

Aku mengambil kamera DSLR Nikkonku dan mulai memfoto disana-sini. Kyuhyun memintaku memotretnya dengan berbagai pose didepan lukisan-lukisan itu dengan kameranya. Bahkan dia sempat meminta tolong pada orang lain untuk mengambil foto kami berdua. Tidak cukup hanya berfoto, Kyuhyun mengabadikan keindahan stasiun itu sebagai video. Dia memintaku memegang kameranya sedangkan dia seakan menjadi seorang host acara perjalanan di televisi.

Suasana di bagian bawah tanah stasiun itu lumayan lengang, tidak banyak orang yang makan disana. Bahkan beberapa tokopun tampak masih tutup. Aku dan Kyuhyun memesan paket sarapan, berupa egg benecdict (Roti yang ditumpuk dengan telur mata sapi dan smoke beef, serta disiram saus thousand island) dan sosis goreng, serta segelas kopi hangat.

“Kopi dengan dua sendok gula, dan satu sendok cream, your coffe.” Ucap Kyuhyun sambil menyerahkan secangkir kopi yang masih mengepul padaku.

“Gomawo.”

Suhu di Zurich sangat dingin. Didalam ruangan ini saja suhunya mencapai 6o C, tidak bisa aku bayangkan suhu diluar sana, mungkin bisa mencapai dibawah minus. Aku mnghirup aroma kopi yang harum itu dan menyesapnya sedikit. Rasanya benar-benar enak. Saat sarapan pesanan kami datang Kyuhyun segera memakannya dengan lahap. Aku bisa memaklumi kelaparannya karena sejak semalam dia hanya memakan ramen cup saja. Menatap tingkahnya saat makan membuatku melupakan rasa laparku. Seakan melihat Kyuhyun makan saja sudah membuatku kenyang.

“Kau mau kemana setelah ini?” Tanya Kyuhyun padaku disela-sela aktifitas makannya.

“Check in ke hotel. Baru nanti siang, kalau cuaca bagus, aku akan berjalan-jalan di sekitar sini.” Kataku.

“Bagaimana kalau kita menginap di hotel yang sama. Jadi kita bisa berjalan-jalan bersama. Jujur aku merasa bosan berwisata sendirian seperti ini.”

Aku tersenyum mendengar permintaannya. Ternyata jalan pikiranku dan jalan pikirannya sama. Aku punsebenarnya merasa bisan harus berwisata sendirian seperti ini, apalagi dengan membawa luka dihatiku.

“Ne, aku juga senang memiliki teman sepertimu.”

Setelah menyelesaikan sarapan, kami bergegas keluar dari stasiun. Dan seperti dugaanku, udara diluar sangat dingin, kabut pun turun, sehingga jarak pandang kami sangat terbatas. Kami berjalan dengan cepat menuju daerah Niederdorf untuk mencari penginapan, sebelum tubuh kami membeku dijalanan.

***
Aku mengganti-ganti chanel televisi yang ada didalam kamar hotelku, dan tidak ada satupun acara yang menarik dimataku, selain karena aku tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, kebanyakan acarapun hanya talkshow yang membosankan.

Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang dan perutku sudah mulai berbunyi meraung-meraung minta diisi. Aku segera berganti pakaian menggunakan jaket paling tebal yang aku punya dan sepatu bots hitam sebatas lutuku untuk menahan dingin dikakiku. Tidak lupa sebuah syal berwarna putih melingkar di leherku. Kuambil tasku dan keluar dari kamar hotelku. Segera kuketuk pintu kamar yang berada tepat disebelahku tempat Kyuhyun menginap.

“Hm, ada apa Hyemin?” Ucapnya sambil mengucek matanya. Kelihatan sekali dia baru bangun dari tidurnya.

Kulihat dia hanya menggunakan kaos hitam ketat tanpa lengan yang menunjukan otot-otot dilengan dan dadanya. Walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup indah untuk dipandang. Dia juga menggunakan celana pendek berwarna putih dan sandal bulu dari hotel. Penampilannya benar-benar membuatku ingin tertawa.

“Ah, mianhae mengganggu tidurmu. Lanjutkan saja tidurmu, biar aku pergi sendiri saja.” Ucapku. Aku merasa tidak enak sudah mengganggu tidurnya.

“Kau sudah menganggu tidurku tetapi sekarang malah dengan enaknya menyuruhku kembali tidur. Aku susah tidur lagi jika sudah bangun. Ada apa?”

“Hahaha, mianhae. Aku hanya merasa lapar, kita belum makan siang, lagipula kulihat kabut sudah pergi, bagaimana kalau kita berkeliling Zurich sekarang?”

“Baiklah, kau masuk dulu, dan tunggu aku mencuci muka dan berganti baju.” Dia membuka lebar pintu kamarnya dan menyuruhku masuk. Lalu kulihat Kyuhyun mengambil pakaian yang dia gantung di hanmok dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sambil menunggunya aku merapikan tempat tidurnya yang tampak berantakan, lalu aku duduk di sofa di dekata tempat tidur sambil kembali menggonta ganti chanel televisi. 15 menit kemudian kudenganr suara pintu kamar mandi terbuka. Kyuhyun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jaket hitam tebal yang dia gunakan tadi pagi. Rambutnya tampak basah sehingga beberapa anak rambut didahinya menjadi berjejer didahinya. Jujur penampilannya saat itu membuatku sedikit menganga takjub. Dia lalu duduk di atas tempat tidurnya dan mulai mengenakan sepatu botsnya.

“Ayo kita pergi.” Ajaknya.

Aku bangkit dari sofa dan berjalan keluar kamar setelah mematikan televisi.

Kami berjalan berdampingan menuju Paradeplatz, tujuan kami adalah Konfiseri Sprungli Paradeplatz. Tempat ini adalah sebuah tempat yang menjual berbagai macam makanan dari mulai dari minuman coklat sampai berbagai aneka pastry. Walaupun kabut sudah pergi, tetapi ternyata udara masih begitu dingin menusuk kulit. Bahkan udara yang keluar dari mulutku saat aku berbicara berubah menjadi uap saking dinginnya udara disekitarku.

Disebuah perempatan, saat kami akan menyebrang, Kyuhyun menggandeng tanganku dengan erat. Bahkan sampai kami sampai di Sprungli, Kyuhyun tidak melepaskan genggaman tangannya dariku. Rasa hangat yang dialirkan Kyuhyun dari tangannya membuatku merasa sangat nyaman berdekatan dengannya. Entahlah, mungkin kemarin aku sangat membencinya, tetapi sekarang aku rasa aku menyukainya. Dia mampu membuatku nyaman dan merasa aman.

Aku membeli beberapa makaron mini yang hanya ada disini, yang biasa disebut Luxembuergerli. Makaron ini rasanya sangat enak, krimnya lembut dan langsung lumer dilidah. Kyuhyun sangat menyukainya, dia menghabiskan banyak makaron disana.

Tempat ini sangat ramai. Bahkan kami harus berdesak-desakan untuk bisa membeli sebuah makanan. Tetapi segala perjuangan itu berbuah manis saat kami merasakan berbagai masakan yang enak dilidah.

Setelah kenyang mengisi perut, Kyuhyun mengajakku menuju Bahnhofstrasse. Bahnhofstrasse adalah sebuah daerah pertokoan yang diisi toko-toko dengan brand terkenal. Tempat ini merupakan tempat kunjungan wakib bagi turis-turis dari luar Swiss seperti kami ini.

Kyuhyun menyeretku memasuki toko Rolex. Disana dia sibuk memilih berbagai macam jam tangan. Saat berbelanja seperti ini aku jadi tahu bahwa selera kami sama. Kami bahkan membeli sebuah jam rolex yang sama. Hanya saja Kyuhyun membeli model untuk pria, sedangkan aku model untuk wanitanya.

Setelah puas berkeliling di Rolex, aku memaksanya memasuki butik Prada. Tapi sayangnya disana aku tidak menemukan barang yang bagus, karena barang-barang disana sama dengan yang aku lihat di Paris.

Kami benar-benar mengelilingi Zurich hari ini. saat malam mulai tiba Kyuhyun mengajakku makan malam disebuah tempat yang berada persis ditepi danau Zurich. Pemandangan malam itu begitu indah. Danau Zurich berwarna keperakan memantulkan sinar bulan. Awalnya aku dan Kyuhyun sama-sama memesan Steak, tetapi aku akhirnya membatalkannya. Aku pikir kurang bijak memesan dua porsi steak untuk satu meja. Akhirnya aku memesan seporsi Lasagna.

“Kenapa kau tidak jadi memesan steak?” Tanyanya padaku

“Rasanya terlalu banyak jika kita memesan dua steak untuk satu meja. Kita bisa saling mencoba makanan jika kita memesan dua makanan yang berbeda.” Jawabku.

“Hahaha. Ne kau benar.”

Kulihat disekeliling kami hanya ada pasangan-pasangan yang sedang memadu kasih. Aneh memang Kyuhyun mengajakku kesini ketempat yang terlalu romantis seperti ini. Aku memandang wajah Kyuhyun dibalik sinar api lilin yang menari-nari bergerak tertiup angin. Wajahnya sedikit berwarna kemerahan karena efek sinar lilin. Rambutnyapun sedikit berkibar karena tertiup angin, membuatnya terlihat semakin tampan. Dia tersenyum padaku, dan akupun membalas senyumannya.

“Hari ini aku sangat senang Hyemin-ah. Aku bisa menemukan partner berlibur yang satu selera denganku.”

“Aku juga seperti itu. Sejak kemarin aku selalu berlibur sendirian, terasa seperti ada yang kurang.”

“Besok aku akan ke St. Moritz bermain ski, kau mau ikut?”

“Ne, aku pasti ikut. Tapi aku tidak terlalu mahir bermain ski.”

“Hahaha. Tenang saja, ada master ski disini.”

Malam ini hidupku dipenuhi tawa bahagia. Sejak kejadian itu baru kali ini bisa tertawa, dan semua itu karena Kyuhyun. Melihatnya tertawa terbahak-bahak, membuat bibirku otomatis menyunggingkan senyum, dan juga ikut tertawa. Dia bagaikan malaikat yang datang padaku disaat aku dalam keadaan sangat terpuruk.

***
Pagi ini kami sudah berada dalam kereta menuju St. Moritz. St.Moritz merupakan salah satu tempat ski di Swiss yang paling terkenal yang terletak d distrik Maloja, Swiss. Kami harus menempuh perjalanan 3,5 jam menggunakan kereta cepat menuju Chur, lalu kami harus berganti kereta menggunakan Bernina Ekspres yang menempuh perjalanan selama 1 jam menuju St. Moritz.

Sepanjang perjalanan Kyuhyun dan aku bermain game bersama dengan Ipad milikku. Dia ternyata sangat pandai bermain game. Dia selalu saja mengataiku saat aku gagal menyelesaikan satu tahap gameku. Sepertinya segala jenis game tampak sangat mudah ditangannya. Satu stage game yang menurutku sangat susah dapat dengan mudah dia lalui.

3,5 jam perjalanan terasa sangat cepat berlalu jika tidak ditempuh sendiri. Menjelang siang kami sudah sampai Chur.  Kami segera berganti kereta Bernina Ekspres menuju St.Moritz. Satu jam perjalanan Chur-St.Moritz terasa seperti sekejap mata. Saat kami keluar dari stasiun jalur ski Piz Corvatsch terlihat didepan kami. Tinggi menjulang dan berwarnna putih dengan latar belakang langir biru cerah tanpa awan sedikitpun.

Aku tersenyum lebar melihat keindahan pemandangan itu. Sedangkan Kyuhyun segera menarik tanganku yang masih terpaku takjub untuk segera check in ke hotel, sehingga dia bisa segera bermain ski.

Kami masing-masing memesan sebuah kamar di resort terdekat, dan seperti biasa kamar kami saling bersebelahan. Saat aku sedang asyik menikmati hangatnya berendam air panas di dalam bathbtub, kudengar suara Kyuhyun mengetuk pintu kamarku keras-keras. Aku segera mengambil kimono handukku dan memakainya. Kulihat dia sudah berdiri di depan kamarku dengan baju hangat tebal beserta topi rajut dan googles, persis seperti atlit ski.

“Ada apa?” Tanyaku.

“Kau baru mandi?” Tanyanya sambil menatapku dari atas kepala sampai ujung kaki.

“Ne, jangan menatapku seperti itu. Kau mengganggu mandiku.”

“Cepat kau selesaikan mandimu, lalu kita bermain ski.” Ucapnya sambil kembali masuk ke dalam kamarnya. Aku sendiri bergegas menyelesaikan kegiatan mandiku dan segera berganti pakaian.

20 menit kemudian kami berdua sudah tiba di stasiun chair lift yang akan membawa kami ke puncak bukit bersalju itu. Sebelumnya kami menyewa peralatan ski yang disediakan oleh pihak hotel. Kami duduk berdampingan di kursi yang mulai bergerak naik perlahan. Pemandangan dari atas chair lift benar-benar indah. Tampak para pemain ski meluncur dari atas bukit, baik yang amatiran maupun yang sudah professional.

Saat kaki kami kembali menjejak tanah, Kyuhyun segera berlari ke bibir bukit untuk segera bersiap meluncur, dia sama sekali tidak mengingatku. Aku hanya mengamatinya dari bibir bukit saat dia meluncur kebawah. Dari atas kulihat dia meluncur meliuk-liuk seperti ular, dan berhenti dengan sempurna di tengah-tengah jalur. Kulihat dia melambaikan tangannya padaku dan menyuruhku turun.

Ya Tuhan dia sudah gila membiarkanku meluncur sendirian, sedangkan aku belum terlalu mahir bermain ski. Dengan berbekal kenekatan aku meluncur dari atas bukit bersalju itu. Aku terus meluncur semakin kencang. Aku bahkan sampai melewati tempat Kyuhyun berdiri. Aku terus meluncur sampai akhirnya aku berhenti karena menabrak gundukan salju yang membuatku jatuh.

Tubuhku dipenuh salju putih dan dingin. Kyuhyun datang mendekat dan membantuku berdiri sambil tertawa terbahak-bahak meledekku. Dia mengusap pipiku yang bersalju dan seketika membuat wajahku berubah merah. Jantungkupun menjadi berdebar sangat kencang.

“Gwenchana? Ada yang sakit?” Tanyanya padaku dengan senyum sedikit mengejek.

“Ne, gwenchana.” Jawabku.

“Ayo kita ke atas lagi.”

“Shiro.”

“Hahaha. Kenapa kau jadi kapok begini? Kalau begitu aku ke atas sendiri. Kau tunggu disini. Arraso?”

“Ne.”

Dia segera berlari menuju stasiun chair lift dan meninggalkanku sendirian. Sedangkan aku, sambil menunggu Kyuhyun bermain ski, aku mulai membentuk salju menjadi bola-bola dengan berbgaia ukuran, dan aku susun menjadi sebuah boneka salju kecil. Aku membuat dua buah boneka salju dan menggoreskan huruf K dan H pada masing-masing boneka.

“Bagus sekali.” Ucap Kyuhyun yang ternyata sudah ada dibelakangku.

“K untuk Kyuhyun, dan H untuk Hyemin?”  Tambahnya.

“Ne.”

Lalu Kyuhyun mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan mengambil gambar kedua boneka itu. Dia juga meminta tolong kepada seorang turis lain untuk mengambil foto kami berdua bersama boneka itu.

Saat aku sedang sibuk mengambil foto kedua boneka itu dengan ponselku, tiba-tiba Kyuhyun memanggil namaku dan membuatku menoleh.

Buuk. Sebuah bola salju meluncur dan mengenai bahuku. Kyuhyun yang berada 100 meter dariku hanya tertawa terbahak-bahak melihat bola salju itu berhasil mengenai tubuhku.

Aku menggembungkan pipiku karena kesal. Bajuku yang tadi sudah basah saat aku terjatuh menjad tambah basah karena lemparan salju darinya. Aku masukan kembali ponselku ke dalam saku jaket, dan mengambil sebongkah salju. Aku lemparkan salju itu kearah Kyuhyun, tetapi meleset.

Derai tawanya semakin keras terdengar seakan mengejekku yang gagal mengenainya. Dia kembali melemparkan sebongkah salju, aku berusaha menghindari, tetapi tetap saja gagal, salju itu mengenai betisku.

“Hahahaha. Kau memang tidak pandai berolah raga Hyemin.” Ledeknya.

Aku semakin kesal padanya. Aku benar-benar ingin membalasnya, tetapi jika hanya dengan cara biasa jelas tidak akan berhasil.

“Kyu, lihat itu.” Teriakku sambil menunjuk ke sebuah arah dan berharap dia terkecoh.

“Kau mau mencoba mengelabuiku huh? Curang!” Ucapnya sambil terkekeh dan tersenyum mengejek.

Aku benar-benar kesal, tipu dayaku tidak berhasil. Aku lemparkan salju ditanganku dengan asal-asalan, lalu pergi meninggalkannya dengan kesal.

“Hyemin-ah tunggu!” Kudengar suara Kyuhyun memanggilku dari belakang. Aku tidak memperdulikannya dan terus berjalan pulang menuju penginapan kami.

Didepan kamarku Kyuhyun meraih tanganku, memegang kedua bahuku lalu menghadapkan tubuhku padanya.

“Mianhae, aku hanya bercanda tadi.” Ucapnya.

Aku hanya diam saja dan menunduk tidak memandang wajahnya sama sekali.

“Kau tahu sendiri aku ini orangnya tidak pernah bisa serius.”

Aku masih belum menanggapi ucapannya. Wajahku masih kutekuk.

“Mianhae. Jeongmal mianhae.” Ucapnya sambil menundukan wajahnya. Melihatnya seperti itu membuatku menjadi tidak tega.

“Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak apa-apa.” Kataku akhirnya. Aku tersenyum padanya dan mengedipkan sebelah mataku, meniru apa yang biasa dia lakukan.

“Baguslah kalau begitu. Kau bersihkan badanmu, 15 menit lagi aku jemput, kita makan malam.” Ucapnya dengan senyum lebar tersungging di wajahnya. Da sudah kembali ceria sekarang.

“Ne.”

Aku masuk ke dalam kamar sambil terus tersenyum. Lalu aku berbaring diatas ranjang sambil menghembuskan nafas panjang mencoba mengusir lelah yang mendera. Aku tidak pernah membayangkan hariku akan menjadi sebagus ini.

***
Kami berada didalam perjalanan menuju Milan sekarang setelah dua hari berada di St.Moritz. Tujuan kami yang sebenarnya adalah Venesia, sebuah kota air di Italia bagian utara. Karena tidak adanya akses langsung dari St. Moritz menuju Venezia maka kami harus menaiki bus menuju Lugano lalu berganti kereta menuju Milan, lalu kami berganti kereta lagi menuju Venesia.

Didalam bus menuju Lugano, Kyuhyun terus muntah. Disamping karena memang jalan yang berliku, dia juga ternyata tidak bisa tahan jika terlalu lama berada didalam bus. Sebenarnya didalam hatiku aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuannya yang tidak bisa tahan berlama-lama di bus, tetapi melihat wajahnya yang pucat dengan butiran keringat meleleh di dahinya, membuatku iba.

Saat tiba di Milan, keadaanya sudah pulh. Dia sudah kembali bisa tertawa dan juga menjailiku.jujur aku senang melihatnya seperti tu. Entah kenapa saat melihatnya terduduk lemas di dalam bus, hatiku ini merasa sedih. Aku ingin sekali menjaganya, dan menyembuhkannya, tetapi didalam hatiku juga terbersit rasa ragu, dan akhirnya aku hanya bisa menepuk punggungnya pelan, dan menatapnya dengan sedih.

Setelah menempuh perjalanan hampir 6 jam, kami akhirnya sampai di kota air itu. Venezia mendung dan sedingin Zurich saat kami sampai disana. Berkabut, jarak pandang hanya beberapa meter. Saat keluar dari Stasiun, Kyuhyun segera menggandeng tanganku menuju halte bus untuk menunggu bus yang akan membaawa kali ke pusat kota. Harga tiket bus dari stasiun ke pusat kota termasuk murah, hanya dua euro, dengan lama perjalanan sekitar 45 menit. Kami melewati laguna-laguna Venezia yang mirip rawa-rawa. Lautnya terlihat dangkal dengan airnya yang keruh. Di kejauhan tampak pulau-pulau kecil baik kosong maupun berpenghuni.

Sepanjang jalan Kyuhyun terus mengambil gambar pemandangan indah itu menjadi sebuah video.

“Kenapa kau selalu memvideo setiap tempat yang kau kunjungi? Apa foto saja tidak cukup?” Tanyaku padanya.

“Supaya aku bisa menunjukan pada anakku kelak. Foto terkadang kurang bisa menangkap ekspresi, kalau video kita tidak hanya cuma melihat benda yang diam, tetapi juga bergerak dan bersuara.” Jawabnya sambil menyunggingkan senyumnya yang sangat manis.

Saat sampai pusat kota cuaca menjadi semakin buruk. Kami segera mencari sebuah hotel dan check in kedalamnya. Aku sempat mengucapkan selamat tidur pada Kyuhyun sebelum aku menutup pintu kamarku.

***
Pagi hari kabut sudah menghilang dan cuaca juga cerah, walaupun dinginnya udara masih bisa membuatku menggigil. Kami berjalan mengelilingi kota tua di Venezia. Kami menikmati gedung-gedung tua Venezia. Hampir semua gedung memperlihatkan kesan tua dan rusak dimana-mana. Gedung-gedung ini memang tak diperbaiki untuk mencegah terjadinya penurunan dan kerusakan pondasi yang telah berusia ratusan tahun. Perahu motor pun dilarang melewati kanal-kanal kecil dengan alasan sama.

Kulihat banyak sekali Gondola (perahu dayung khas Venice) melewati canal-canal besar di tengah kota. Para Gondolier (pendayung gondola) yang tampan tampak tersenyum pada setiap turis yang berdiri di pinggir canal atau diatas jembatan yang mereka lewati.
 “Kyuhyun-ah, ayo kita naik Gondola.” Rengekku padanya. Aku pegang lengannya dan kutarik menuju tepi canal.

“Jangan sekarang. Kita berkeliling kota saja dulu, atau menaiki Waterbus.” Ucapnya.

Aku menggembungkan pipiku, dan kembali menekuk wajahku.

“Nanti saja, percaya padaku.” Katanya sambil memegang kedua pipiku dan menggoyangkannya.

Kuhela nafas panjang dan mengangguk kecil. Memang untuk urusan berdebat aku sering kali kalah dari Kyuhyun. dia terlalu keras kepala.

Kami menjelajahi isi kota tua, Melewati distrik S. Croce, S. Polo, Dorsoduro, dan S. Marco. Kami berjalan melewati gereja-geraja tua, museum dan rumah-rumah yang sangat indah. Aku merasa seperti berada di abad ke 18. Dari gereja sering terdengar dentingan lonceng yang sangat indah.

Aku yakin jika kameraku masih menggunakan film seperti kamera lama, pasti sekarang aku sudah menghabiskan berpuluh-puluh rol film untuk mengabadikan semua tempat indah ini.

Saat siang hari, aku mengajak Kyuhyun makan disebuah café didekat piazza san marco. Sambil menikmati Pizza Tonno (pizza tuna) pesananku, aku menatap burung-burung yang sangat banyak yang sedang saling berebut makanan di lapangan san marco.

“Burung-burung itu jinak sekali.” Gumamku.

“Ne, burung itu sangat berarti bagi warga sini.” Ucap Kyuhyun sambil mengunyah pizza pepperoni pesanannya.

“Eh? Wae? Itu kan hanya burung merpati biasa.”

“Aniyo. Burung merpati itu sebagai lambang perdamaian di negara ini. Dan konon ada mitos jika suatu hari para burung ini pergi dari lapangan san marco, maka bencana akan melanda.” Jelasnya dengan mulut penuh pizza.

“Jinjayo?”

“Ne. apa kau tak pernah belajar sejarah dunia? Pabo.” Ucapnya sambil menjetikan jarinya ke kepalaku.

“Ish! Appo!”

“Kau mau memegang burung-burung itu?”

“Ne, ne. tentu saja.”

Aku segera menghabiskan semua makanan yang aku pesan, dan langsung menyeret Kyuhyun untuk segera masuk ke lapangan san marco yang dipenuhi burung-burung merpati. Saat kaki kami menjejak di lapangan itu beberapa merpati didekat kami terbang mengepakan sayapnya dengan suara ribut. Bahkan beberapa sayap merpati mengenai wajahku dan membuatku geli.

Aku segera berlari-lari di lapangan itu mencoba menangkap seekor, tapi ternyata susah sekali. Kenapa orang-orang itu bisa dengan mudah membelai, bahkan memegang mereka?

“Pakai ini bodoh!” Kurasakan sebuah pukulan pelan dikepalaku bersamaan dengan terdengarnya suara Kyuhyun.

Dia menyerahkan sebungkus biji-bijian padaku. Kemudian dia mulai menyebarkan biji itu sedikit demi sedikit kea rah para merpati. Dan dalam hitungan detik para merpati itu sudah bergerombol mengelilingi kami.

“Kau teruskan memberi mereka makan, aku yang memfoto.” Ucap Kyuhyun sambil menyerahkan kantong bijinya padaku.

Aku menyebarkan biji itu dan semakin banyak burung merpati mengerubutiku. Mereka semua berkumpul dibawah kakiku, bahkan ada yang bertengger dikepala dan bahuku. Aku hanya bisa tertawa geli merasakan kuku kaki mereka menggores kulitku.

“Hyemin-ah, lihat ke kamera!” Teriak Kyuhyun yang masih sibuk memfotoku.

“Sudah, gantian saja. Kau yang memberi mereka makan dan aku yang memfoto.” Ucapku.

Aku mendekatinya dan menyerahkan kantong biji padanya. Aku gunakan kameraku untuk memfotonya. Melihat wajahnya dari balik lensa kamera ternyata sangat berbeda dengan melihatnya secara langsung. Tawa dan senyumnya sempat membuat jantungku berdebar keras. Aku atur kameraku sedemikian rupa, hingga kudapatkan foto Kyuhyun yang sangat sempurna. Dia bagaiakan pangeran merpati yang sedang berkunjung ke bumi dengan dikawal ribuan merpati.

“Hyemin-ah, cepat kemari.” Dia melambaikan tangannya dan menyuruhku mendekat.

Saat aku sudah berada didekatnya, tiba-tiba dia merangkul leherku dan menyuruhku menghadap kearah kamera videonya.

“Kami berada di san marco sekarang. Burung disini sangat banyak. Lihatlah, kami berdua seperti raja dan ratu merpati. Hahaha. Hyemin-ah ayo kau juga ikut berbicara.”

Aku tidak tahu harus bicara apa. Sekarang aku sedang berusaha mengatur detak jantungku yang menjadi sangat kencang karena wajahku dan wajahnya hanya berjarak setengah senti. Bahkan desah nafasnya yang hangat dapt aku rasakan dengan sangat jelas.

“Hmm, Ne, burungnya sangat banyak, ini sangat menyenangkan.” Ucapku terbata-bata.

Kyuhyun terus saja bercerita sambil memvideo kami berdua beserta ribuan burung itu. Tiba-tiba dia melemparkan segenggam biji ke atas yang membuat para burung itu terbang seketika membentuk seperti layar yang menutupi tubuh kami berdua.

“Kyaaaaa..” teriakku. Sedangkan Kyuhyun hanya tertawa terbahak-bahak.

Lama kami berada di San Marco sambil bermain dengan para burung merpati itu. Sampai kami tidak sadar bahwa langit semakin menggelap dan petang mulai turun.

“Kau bilang ingin menaiki Gondola?” Tanyanya.

“Ne.”

“Sekarang waktu yang tepat untuk menaikinya.”

Kyuhyun menggandeng tanganku menuju tepi canal untuk menaiki sebuah Gondola.

“Wah, tuan anda pintar sekali memilih saat seperti ini untuk menaiki Gondola, pasangan anda pasti akan sangat tersanjung.” Ucap Gondolier itu pada Kyuhyun dalam bahasa inggris, yang langsung membuat dahiku berkerut. Apa maksudnya? Kyuhyun sendiri hanya terkekeh, dan kulihat wajahnya berubah menjadi merah.

Kyuhyun membantuku menaiki Gondola itu. Kamu duduk di tempat duduk yang sudah dihias dengan berbagai bunga itu. Gondola itu berjalan pelan mengikuti arus canal menuju laut lepas. Didepanku kulihat langit mulai berwarna jingga. Garis horizon tampak jelas terlukis membatasi langit dan laut. Sekarang aku tahu maksud Gondolier itu. Memandangi sunset diatas gondola yang berjalan pelan ini memang sangat romantic untuk semua pasangan.

“Tuan, sebentar lagi kita akan melewati Rialto Bridge, silahkan bersiap untuk berciuman.” Ucap Gondolier itu tiba-tiba. Seketika itu mataku terbelalak kaget.

“Mwo?” Pekikku. Aku menatap Kyuhyun yang tampaknya tenang-tenang saja.

“Setiap orang yang naik Gondola harus berciuman dengan sangat mesra saat berada dibawah jembatan itu. Memangnya kau tidak tahu dengan aturan itu?”

“Kenapa kau tidak bilang dari tadi!!” Desisku sambil mencubit pahanya.

Berciuman dengan Kyuhyun? Ya Tuhan! Tidak pernah aku bayangkan aku akan melakukan ini dengan Kyuhyun. Tidak sejauh ini!

“Itu dia jembatannya. Silahkan mencium pasangan anda tuan.” Ucap Gondolier itu lagi.

Kyuhyun menatap mataku dengan lekat. Aku tidak bisa mengartikan pandangan matanya itu. Dia mulai mendekatkan wajahnya padaku. Lalu kurasakan tangannya membelai tengkukku dan menelusup kedalam rambutku. Saat itu jantungku berdesir cepat, memompa darah menuju wajahku dan membuat wajahku memerah.

Dia terus mendekatkan wajahnya padaku. Desah nafasnya dapat semakin jelas kurasakan. Detak jantungkupun menjadi semakin kencang. Wajahnya sekarang hanya berjarak 5 senti dari wajahku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan sedikit mendorong tubuhnya agar menjauh, tetapi tidak berhasil.

Tepat saat gondola memasuki terowongan dibawah jembatan, bibir Kyuhyun hanya berjarak setengah senti dari bibirku. Aku memejamkan mataku erat-erat, dan menahan nafasku. Jantungkupun bergemuruh dengan kencang.

Ya tuhan! Bagaimana mungkin ini terjadi? Batinku.

--TBC--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar