Ya Tuhan!! aku berdosa banget nggak segera nyelesein ini FF,, mianhae, mianhae, jeongmal mianhae *bow deeply. Memang kemarin-kemarin aku lagi banyak kerjaan, hehehehe.
Okeh sedikit curcol, di bagian ini entah kenapa aku senyam senyum sendiri pas buatnya, hahahahaha. Kemarin sempet perhatianku teralihkan sama uri leader Park Jung Soo, tapi pas buat ff ini aku kembali jatuh cinta entah untuk ke berapa kalinya pada Kyuhyun *Kyaaaa!!! (abaikan alay tingkat dewa 19).
Happy reading!!
Happy reading!!
Type :
Multy-chapter
Author :
Istrinya Kyuhyun
Main Cast :
Cho Kyuhyun, Lee Hyemin
Rating :
All Age
Genre :
Romance
Review last chapter
Aku terbangun karena terpaan sinar matahari pagi yang menyilaukan
mataku. Saat ku coba menggerakan badanku, rasa sakit segera mendera kepalaku.
Rasanya seperti jutaan paku menusuk kepalaku. Kepalaku pun terasa seperti
bertambah berat puluhan kilo.
Aku berusaha keras untuk bangun dari tidurku dan duduk di atas
tempat tidur. Kutengadahkan kepalaku dan memutarnya sedikit, berharap rasa
pening ini hilang. Saat kesadaranku mulai benar-benar pulih, kuedarkan mataku
ke seluruh ruangan kamar itu.
Ini bukan kamarku. Seingatku tatanan perabotan kamarku tidak
seperti ini. Dimana aku? Apa yang sudah terjadi semalam? Kyuhyun… dimana dia?
Bukankah semalam aku makan bersamanya?
“Annyeong, kau sudah bangun?” Kyuhyun mendekatiku lalu duduk di
tepi ranjang. Dia tersenyum padaku lalu membelai pipiku.
“Kyu, ini dimana? Ini bukan kamarku, kenapa aku bisa berada
disini?” Tanyaku padanya.
“Hmm.. ne, ini kamarku. Semalam aku tidak menemukan kunci kamarmu
dimanapun, jadi aku bawa kau kemari.”
Kembali kuedarkan pandanganku mengelilingi sekitarku. Mataku
langsung tertuju pada lantai, dimana kulihat bajuku tampak tergeletak disana.
Seketika itu juga aku memandang ke arah tubuhku. Aku sudah tidak lagi memakai
baju yang semalam aku kenakan. Aku memakai sebuah kaos laki-laki berawarna
coklat yang terlalu besar untukku.
“Kyuhyun, bagaimana… bagaimana bisa bajuku… siapa yang mengganti
bajuku?” kutatap matanya tajam. Tidak mungkin aku melakukannya dengan Kyuhyun
semalam. Dia hanya menunduk tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Kyuhyun jawab aku! Apa yang sudah terjadi semalam?” Bentakku.
“Mianhae,,, mianhae, kita sudah tidak bisa mengontrol diri kita
lagi.”
Tiba-tiba aku menjadi jijik dengan diriku sendiri. Jadi aku
semalam sudah benar-benar melakukannya? Aku melakukannya dengan Kyuhyun. Aku
melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan mantan tunanganku dulu. Aniyo! Ini
tidak mungkin terjadi.
***
“Katakan
padaku kau berbohong! Ini semua hanya kejailanmu saja. Katakana padaku!”
“Kau
tatap mataku, apa ada kebohongan disana? Semua sudah terjadi semalam.” Kutatap
bola mata kecoklatan miliknya, mencoba menyelaminya dan mencari kebohongan
disana. Namun yang bisa aku tangkap hanya binar kejujuran yang membuat hatiku
semakin hancur.
“Ini
tidak mungkin!” aku berteriak histeris. Air mata mengalir membasahi pipiku.
Kupukuli tubuhnya sebagai pelampiasan rasa benciku padanya.
“Appo!
Stop! Hyemin-ah hentikan.” Teriaknya kesakitan saat kupukuli dadanya lebih
keras.
“You
bastard! Laki-laki brengsek!” Tanpa menghiraukan teriakan rasa sakitnya, aku
terus memukuli sekujur tubuhnya dengan sepenuh tenaga.
“Hyemin-ah
berhenti! Stop!” dia memegang kedua tanganku kuat-kuat hingga aku berhenti
memukulinya.
“Listen
to me!” Ucapnya lagi. Aku hanya bisa memandangnya dengan peuh kebencian. Ingin
sekali aku ludahi wajahnya yang sudah merenggut semuanya dariku.
“Tidak
terjadi apa-apa semalam diantara kita. Aku tahu apa yang kau pikirkan tentang
aku. Aku tahu, dimatamu aku ini hanya seorang pria brengsek, pria kurang ajar
yang membuatmu selalu tertimpa sial. Kau tidak percaya pada ketulusanku. Aku
tahu semua itu. Tapi kau salah menilaiku. Aku tidak akan dengan mudah melakukan
perbuatan keji itu padamu, apalagi aku tahu kau mengalami trauma karena mantan
tunanganmu.”
Mendengar
ucapannya, segala beban yang mengganjal di hatiku seakan lenyap seketika. Tidak
terjadi apa-apa di antara kami. Aku tidak melakukan hal menjijikan yang sama
dengan mantan kekasihku.
“Mianhae,
aku hanya bercanda. Semalam memang aku tidak bisa menemukan kunci kamarmu
dimanapun makanya aku membawamu kesini. Semalam aku tidur di sofa dan kau
disini. aku juga yang menyuruh pelayan perempuan hotel ini untuk menggantikan
bajumu dengan milikku. Bajumu basah semalam, karena kau minum terlalu banyak
wine.”
Saat
dia menutup mulutnya, aku segera menghambur kedalam pelukannya dan menangis
lebih keras di dadanya. Yang membedakan tangisku kali ini penuh dengan
kelegaan. Aku terus menangis sampai membasahi bajunya.
“Jangan
pernah kau ulangi lagi. Kau tahu aku trauma karena kelakuan mantan kekasihku
dulu. Aku bisa gila Kyu!”
“Ne,
mianhae. Kali ini aku sudah keterlaluan.”
Kulepaskan
pelukanku padanya lalu kutatap wajahnya. Dia tampak tersenyum sambil mengusap
kepalaku dengan lembut. Segala prasangka burukku padanya sudah lenyap. Sekarang
aku tahu dia bukan pria yang seperti aku pikirkan.
“Cepat
kau pulang ke kamarmu. Siang ini kau harus menemaniku berkeliling Roma.”
Perintahnya. Aku hanya bisa tertawa mendengar dia mengusirku.
***
Cuaca
kota Roma sangat bersahabat hari ini. Cerah, dan udara tidak terlalu dingin
sehingga aku bisa menanggalkan jaketku di hotel.
Pertama
kali kami mengunjungi Colosseum. Bangunan
bulat itu sangat megah. Banyak sekali turis yang berkunjung kesana hari ini.
Kami terpaksa harus masuk kedalam antrian panjang demi selembar tiket masuk ke
sana.
Sepanjang
waktu Kyuhyun terus menggenggam tanganku, sepertinya dia tidak ingin
melepaskannya. Tangannya terasa lembut dan hangat, yang membuatku tidak ingin
melepasnya.
Saat
kami masuk kedalam Colloseum bulu
kudukku tiba-tiba meremang. Bukan hanya suasananya saja yang memang sedikit
mengerikan, tetapi juga karena cerita tour guide kami akan sejarah bangunan
ini.
Reruntuhan
bangunan yang berserakan disekitar kami merupakan saksi bisu pertempuran
berdarah disini. Banyak gladiator mati sia-sia. Tour Guide kami berkata bahwa
dinding-dinding Colloseum ini tidak
ada yang luput dari percikan darah.
Kupeluk
lengan Kyuhyun untuk meredam rasa takutku. Melihatku mengerut ketakutan
disampingnya, dia hanya tertawa terbahak sambil mengejekku.
“Hyemin-ah,
aku seperti melihat seseorang berpakaian gladiator sedang memandangimu dari
sudut sana.” Ucapnya sambil menunjuk ke sebuah sudut dibelakangku.
Tubuhku
semakin menjadi tegang dibuatnya. Bulu kudukku pun semakin meremang. Aku
benar-benar ingin cepat keluar dari sini.
“Diam
kau! Jangan berusaha menakutiku.”
“Aku
tidak menakutimu, aku mengatakan yang sebenarnya.”
“KYUHYUN!!”
Sialan!
Dia memanfaatkan ketakutanku untuk semakin menjahiliku. Dia hanya tertawa
menatap ekspresi mukaku yang setengah ketakutan dan setengah jengkel padanya.
Setelah
selesai mendengarkan cerita tour guide kami dan sedikit berfoto, aku segera
menyeretnya ke arah pintu keluar. Sebenarnya dia masih ingin berlama-lama di
sana, dia pikir berwisata di Colloseum
itu menyenangkan, walaupun dengan suasana yang sedikit menyeramkan, tetapi aku
terus memaksanya untuk segera pergi dari sana.
Setelah
keluar dari Colloseum kami berjalan
sedikit menyusuri jalan via del corso menuju
air mancur yang sangat terkenal di kota ini, Fontana de Trevi. Sebelum mendatangi Fontana, Kyuhyun sempat menarik
tanganku untuk berfoto di depan sebuah gereja besar. Terkadang aku heran dengan
sifatnya yang sangat suka berfoto dimana-mana.
Aku
harus menyeretnya untuk kembali berjalan menuju Fontana, karena dia benar-benar
terlalu asik berfoto. Suara gemericik air sudah terdengar 200 meter dari air
mancur itu. Aku menatap patung-patung yang berdiri di atas kolam air mancur itu
dengan takjub. Sangat indah, warna putihnya selaras dengan jernihnya air yang
mengalir dari lubang-lubang diantara patung-patung itu. Di depan kolam ada
sebuah plakat yang berisi tulisan Lemparkan
koin kepada kami, dan kalian akan kembali lagi kesini. Aku merogoh sakuku
dan mengambil sebuah koin euro.
“Kau
mau melempar koin itu?” Tanya Kyuhyun padaku.
“Ne,
seperti yang orang lain lakukan.”
Aku
angkat tanganku, siap untuk melemparkan koin ditanganku ke tengah kolam air
mancur, tetapi Kyuhyun menghentikanku.
“Bodoh!
Bukan seperti itu caranya!” Aku menatapnya bingung. Di plakat itu tidak
tertulis ada ritual lain seperti kita harus menari salsa dulu atau yang lain.
“Lihat
orang lain. Apa mereka melempar koin dengan cara bodoh sepertimu?” Aku menoleh
untuk mengamati bagaimana orang lain melemparkan koin mereka. Mereka semua
melempar koin dengan memungggungi Fontana.
“Baiklah,
baiklah, hanya tinggal berbalik.” Ucapku kesal. Aku berbalik dan kembali
bersiap melempar.
“Tunggu
dulu! Kalau kau melempar dengan tangan kanan, arah lemparanmu harus ke sebelah
kiri, begitu juga sebaliknya.” Jelas Kyuhyun. Aku kembali menatapnya dengan
bingung dan juga kesal.
“Darimana
kau tahu semua itu?”
“Bukan
kali ini saja aku pergi ke Eropa.”
“Baiklah
tuan yang serba tahu. Kali ini biarkan aku melempar, kalau sekali lagi kau
menggangguku, aku akan melemparkan koin ini ke kepalamu.”
Aku
menarik nafas dalam, memejamkan mataku sejenak dan melemparkan koin itu kea rah
kiri. Rasanya lama sekali waktu berlalu dari saat aku melempar koin sampai
terdengar bunyi criing, yang berarti
koinku sudah berhasil masuk ke dalam kolam.
“Wah!
Masuk!” Pekikku sambil bertepuk tangan gembira.
“Aku
akan kembali kesini. Tapi kapan? Eh, kau tidak mau mencobanya?”
“Tanpa
perlu melempar koin pun aku bisa kembali kesini kapanpun aku mau.”
“Cih,
sombong sekali.” Mendengar ucapanku, dia hanya tertawa.
“Kau
duduk dulu disekitar sini, aku pergi sebentar.”
Pergi?
Jangan-jangan dia ingin membuatku kembali menunggunya lama seperti di Murano.
Au menatapnya dengan tajam dan penuh selidik.
“Hahahaha,
kenapa kau menatapku seperti itu? Kau takut aku meninggalkanmu lama seperti di
Murano? Ternyata aku ini sangat berarti untukmu ya.” Aku mencibir mendengarnya.
“Tidak
akan lama, percayalah. Jangan pergi kemana-mana, arraseo!”
“Ne,
tapi jika sampai lebih dari setengah jam kau tak kembali, kali ini aku tak akan
segan untuk pergi.”
Kyuhyun
hanya tertawa sambil berlalu dari hadapanku. Aku duduk di sebuah bangku taman
didekat Fontana sambil mengamati pemandangan disekelilingku. Aku jadi teringat
akan kedua orang tuaku yang semakin jarang aku hubungi sejak aku bertemu dengan
Kyuhyun. Aku aduk-aduk tasku untuk mencari ponselku.
“Yeoboseo.”
Sapa Omma dari seberang telepon.
“Yeoboseo
Omma, ini aku Hyemin.”
“Hyemin-ah!
Bagaimana kabarmu? Omma dan Appa sangat cemas. Kau sudah lama tidak memberi
kabar pada kami.” Ucap Omma dengan nada sangat cemas.
“Aku
baik-baik saja Omma, aku terlalu senang disini.”
“Wah,
jadi kau melupakan kami sekarang?” Giliran suara Appa yang terdengar.
“Aniyo.
Ah iya, aku sedang berada di Roma sekarang. Setelah ini aku akan pergi ke
Athena.”
“Kalau
begitu belikan Omma pizza khas Itali untuk oleh-oleh.” Kata Omma dengan
semangat. Dahiku mengerut mendengar permintaan Omma yang aneh.
“Omma,
aku masih lama berada disini, tidak mungkin membawa pulang pizza, pasti sudah
membusuk.”
“Ne,
kau ini ada-ada saja.” Terdengar Appa memarahi Omma dengan lucu. Aku tersenyum
membayangkan ekspresi wajah Omma sekarang, dia pasti sangat kesal. Akhirnya
percakapanku hanya diteruskan dengan perdebatan kedua orang tuaku tentang
oleh-oleh yang harus aku bawa untuk mereka, tanpa sedetikpun mereka memberi
kesempatanku untuk bercerita tentang Kyuhyun.
“Hyemin-ah
jangan lupa membelikan Appa lukisan dari Itali, patung juga boleh.” Ucap Appa.
“Kau
ini! Kasihan anakmu harus membawa banyak barang seperti itu!” Omel Omma.
Aku
hanya menghela nafas mendengar perdebatan mereja. Kemudian kurasakan sebuah
tepukan lembut di bahuku, aku menoleh, dan ternyata Kyuhyun sudah ada di
sampingku.
“Kajja.”
Ucapnya. Aku memberi isyarat untuk menunggu dengan menunjuk ponselku.
“Hmm,
baiklah, mianhae aku harus menyela perdebatan seru kalian tentang oleh-oleh,
tapi aku harus pergi dulu. Nanti aku kabari lagi tentang keadaanku. Saranghae
Omma,Appa.” Aku menutup teleponku bertepatan dengan Appa dan Omma yang
berteriak memprotes. Aku tahu mereka pasti sangat kesal mendapat perlakuan
tidak sopan seperti itu.
“Sekarang,
kemana kita akan pergi?”
“Ikuti
aku saja.”
Kami
berjalan menjauhi Fontana menuju ke jalan besar. Kami, lebih tepatnya Kyuhyun
memimpinku berjalan mendekati sebuah sedan berwarna merah dengan atap terbuka
yang terparkir manis diantara deretan mobil lain.
“Mobil?
Untuk apa kita menyewa mobil?” Tanyaku dengan heran. Dia hanya terkekeh dan
tanpa menjawab pertanyaanku langsung mendorong tubuhku masuk ke dalam mobil.
Hanya dalam beberapa detik saja dia sudah berada di depan kemudi.
“Hyemin-ah,
kalau kau hanya mengunjungi kota-kota besar saja seperti Roma, Paris, Zurich,
kau tidak akan pernah merasakan Eropa yang sebenarnya. Sekarang aku akan
tunjukan Eropa yang sebenarnya padamu.” Ucapnya dengan sesekali menatapku yang
masih tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan.
Belum
sampai 5 menit kami berkendara, tiba-tiba dia berhenti di sebuah toko bakeri
dan langsung melompat keluar dari mobil.
“Kau
tunggu disini, aku akan segera kembali.” Aku hanya bisa mengedikan bahu
mendengar kata-kata dengan nada memerintah seperti itu.
Lepas
10 menit di belum juga kembali. Dari tembok kaca toko itu kulihat dia sedang
mengobrol dengan seorang wanita berambut pirang yang cantik. Dia tampak tertawa
sesekali.
“Dasar
pria hidung belang.”
Kutekan
klakson mobil berkali-kali untuk membuatnya cepat keluar dari toko itu. Suara
nyaring lakson segera terdengar memekakan telinga. Aku terus menekannya sampai
akhirnya dia menjulurkan kepalanya dari pintu toko roti itu.
“Yak!
Berisik!” Bentaknya.
“Kajja.
Hari semakin siang.” Kataku tak kalah ketus.
“Sebentar
lagi.” Dia kembali masuk dan menghampiri gadis blonde itu, entah apa yang
sedang mereka bicarakan. Aku paling benci di suruh menunggu seperti ini.
“Aiiissshhh..
Dasar pria brengsek.” Kutendang dasbor mobil didepaku dengan kesal.
“Ah,
yes, thank you so much for the map, see you miss Evans.” Kudengar suaranya dan
kutolehkan kepalaku. Dia sudah keluar dari toko dan sedang bersalaman dengan
gadis blonde tadi. Pantas saja Kyuhyun terpesona dengannya, celana super mini
dan tube top merah menyala memang akan segera mengundang banyak pria untuk
mendekatinya.
“Gadis
Italia benar-benar cantik.” Ucapnya disamping jendela mobilku. Dia tampak membawa
beberapa bungkusan yang segera dia
lemparkan ke jok belakang.
“Bagaimana
menurutmu? Dia cantik bukan?” Tanyanya lagi, masih sambil membungkuk menatapku
lewat kaca jendela yang terbuka. Aku menatapnya tajam 2 detik lalu menunjuk
stir mobil dan menggerakan tanganku seakan aku sedang mengemudikan mobil sambil
kembali menatapnya.
“Ah,
ne, Let’s go.” Dia berlari memutari mobil dan segera duduk dengan tenang di
balik kemudinya.
Setengah
jam perjalanan kami mulai meninggalkan gedung-gedung dan pertokoan di Roma, dan
memasuki tempat yang luar biasa indah. Perkebunan gandum dan anggur menghampar
di setiap sudut dan di batasi oleh hutan pinus yang seakan menjadi piguranya.
Mulutku
menganga takjub melihatnya. Udara yang semakin sejuk dengan wangi segar pinus
menyergap hidungku, membuatku tidak henti-hentinya menghirup udara sebanyak
paru-paruku bisa menampungnya.
“Hyemin-ah
tolong ambilkan aku coklat yang ada di kantong di jok belakang.” Ucapan Kyuhyun
sangat menggangguku menikmati semua keindahan alam ini. Benar-benar setan kecil
pengganggu dia itu.
Kubalikan
badanku dan kuambil kantong yang tadi dia bawa. Ternyata isinya beberapa bar
coklat, beberapa bungkus keripik kentang lalu ada 3 botol cola ukuran sedang,
dan satu botol kecil wine lokal.
Kuambil
sebuah coklat bar dan kusorongkan padanya. Dia hanya menatapku mengejek sambil
mendengus kesal.
“Kau
bodoh ya, bagaimana bisa aku memakannya dengan tangan memegang kemudi seperti
ini?”
“Lalu
kenapa kau menyuruhku mengambilkannya?” Kataku tak mau kalah.
“Suapi
aku.” Mataku seketika membelalak mendengar ucapannya.
“Mwo?”
“Kau
buka pembungkus coklat itu, patahkan kecil-kecil dan masukan ke dalam mulutku,
palli!!.”
Dengan
sebal kubuka pembungkus coklat itu lalu kupatahkan sedikit dan menyuapkannya ke
mulut Kyuhyun yang sudah menganga.
“Hmm,,
hmm,, hhhhmmmmm…” Ceracaunya dengan mata berkedip-kedip seakan merasakan
sesuatu yang sangat nikmat.
“Makan
saja bersamaku kalau kau mau.” Katanya masih sambil mengunyah coklat itu.
Kugigit
sedikit ujung coklat bar yang ternyata rasanya benar-benar enak, pantas dia
sampai bertingkah seperti itu.
Setelah
kurang lebih satu jam berkendara dan telah menghabiskan sebungkus coklat,
setengah bungkus keripik dan satu botol cola, kami sampai di sebuah rumah yang
seluruh bagiannya terbuat dari kayu. Disana sudah banyak mobil-mobil lain yang
telah terparkir. Saat kulihat papan besar didepan rumah itu tertulis,
perkebunan dan peternakan Ollivander.
“Ayo
turun.” Perintah Kyuhyun.
“Peternakan
dan perkebunan?” Gumamku.
“Sudahlah,
kau akan tahu kalau sudah ada didalam.”
Aku
turun dari mobil lalu berjalan mengikuti Kyuhyun masuk ke dalam rumah itu yang
ternyata berfungsi sebagai loby dan pusat informasi. Rumah itu mutlak terbuat
dari kayu sampai ke seluruh perabotannya, tidak ada secuil pun barang yang terbuat
dari besi ditempat ini.
Dia
berbicara dengan seorang pria yang duduk di balik meja resepsionis lalu dia
menerima sebuah kartu.
“Tempat
apa ini?” Tanyaku saat dia menghampiriku.
“Seperti
yang kau baca di depan, perkebunan dan peternakan Ollivander.”
“Maksudku..”
belum selesai aku bicara, dia sudah memasukan sebongkah coklat yang dia bawa
dari mobil tadi ke dalam mulutku yang seketika itu juga membuatku terdiam.
Sialan! Selalu saja begini, tak
pernah membiarkanku bicara banyak. Batinku.
Kulangkahkan
kakiku mengikuti Kyuhyun yang berjalan santai sambil mengunyah coklatnya. Kami
berjalan menuju…. Garasi sepeda?
“Garasi
sepeda?”
“Ne,”
“Two
bicycle, please.” Ucap Kyuhyun pada seorang pria bertubuh kekar yang sedang
mengambilkan sepeda untuk para wisatawan yang sedang antri. Laki-laki itu
memberikan sebuah sepeda berwarna biru kepada Kyuhyun dan yang berwarna merah
padaku. Kami berdua menuntun sepeda itu keluar dari garasi lalu menyusuri jalan
setapak kecil didepan kami.
Tiba-tiba
Kyuhyun berhenti lalu memarkirkan sepedanya di pinggir jalan. Apalagi sekarang. Batinku kesal.
“Berapa
ukuran sepatumu?” Tanyanya.
“Mwo?”
Dahiku berkerut mendengar ucapannya.
“Berapa?”
“Hmm..
39.”
“Kecil.”
Kyuhyun
segera berlari sebelum aku sempat memukulnya karena mengejekku. Ku standar
sepedaku bersebelahan dengan milik Kyu, lalu aku duduk berselonjor kaki di atas
rumput di pinggir jalan setapak itu sambil menghirup udara segar yang
mengelilingiku. Suasana tempat ini sangat nyaman, selain udaranya yang sejuk,
suara burung yang saling bersautan membuat simfony indah yang memanjakan
telingaku, begitu indah, begitu damai dan begitu nyaman.
“Pakai
ini.” Tiba-tiba tangan Kyuhyun sudah terulur didepan wajahku sambil memegang
sepasang sepatu nike pink.
“Sepatu?”
Tanyaku heran. Dapat dari mana dia sepatu itu?
“Kau
mau naik sepeda dengan high heels 10 senti mu itu?”
“Hmm,,
kenapa kita harus naik sepeda?”
“Kalau
kau mau mengelilingi lahan seluas 20 hektar dengan berjalan kaki, aku tak
melarang, tapi jangan ajak aku.” Dengan mencibir aku ambil sepatu ditangannya
dan mulai memakainya.
“Jadi
ini kenapa tadi kau menanyakan nomor… eh?” Tangan Kyu terulur dan mulai
menyimpulkan tali sepatu sebelah kiriku. Wajahnya berada sangat denganku. Bisa
kurasakan darahku berdesir cepat memenuhi setiap relung di wajahku dan
membuatnya semakin bersemu merah.
“Kau
itu lamban sekali, memakai sepatu saja memakan waktu bermenit-menit.”
Gerutunya.
Aku
bangkit dari rerumputan dan mulai sedikit melangkah untuk menyesuaikan sepatu
dengan kakiku. Kuambil high heelsku dan menaruhnya di keranjang sepedaku.
Kyuhyun mendekatiku dan memakaikanku sebuah topi berwarna hitam di kepalaku.
Tubuhku sedikit menegang saat tangannya menyentuh lembut rambutku.
“Darimana
kau dapatkan semua ini?” Tanyaku.
“Pinjam.”
Aku
mengerutkan dahiku yang di balas dengan seringainya.
“Sudahlah
tak usah kau pikirkan. Kajja kita ke peternakan.” Dia mengibaskan tangannya di
depan wajahku lalu menaiki sepedanya. Kuambil sepedaku lalu menaikinya.
Kami
bersepeda beriringan dengan pelan dan dalam kebisuan. Mungkin aku yang terlalu
menikmati semua pemandangan indah yang terhampar didepanku, atau memang dia
tidak ingin memulai percakapan denganku, entahlah. Walaupun sejujurnya aku
lebih suka suasana seperti ini hingga aku bisa lebih menikmati semua udara
segar ini, daripada harus mendengarkan celotehannya. Kami menelusuri jalur
sepeda yang telah ada, menyeberangi padang rumput luas yang dibingkai hutan
pinus yang menguarkan aroma segar. Tidak ada tempat seindah dan sesegar ini di
Korea,
Cukup
lama kami bersepeda bersama sampai akhirnya kami sampai pada sebuah peternakan
yang luas. Banyak kandang-kandang domba dan sapi berdiri kokoh di tengah-tengah
padang rumput. Kami menuntun sepeda kami memasuki tempat parkir sepeda yang
telah disediakan. Tempat itu dipenuhi para wisatawan yang rata-rata membawa
keluarga mereka. Disekelilingku banyak anak-anak kecil berambut pirang
berlarian dengan riangnya, diiringi celoteh mereka yang masih belum sempurna
dalam berbicara.
Kyuhyun
membawaku ke sebuah sudut padang rumput.
Disana ada sekumpulan domba yang
sedang digembalakan. Ada seekor anjing besar berwarna orange yang sedang
mengejar para domba itu agar tetap menjadi segerombolan dan tidak saling
terpisah. Penggembalanya sendiri seorang kakek berjanggut putih yang memakai
topi ala koboi dan membawa tongkat bich panjang berwarna hitam.
“Ahh,
welcome sir.” Sapanya ramah. Kyuhyun mendekatinya dan entah berbicara apa
dengannya. Perhatianku teralihkan pada anjing orange yang berlari ke arahku dan
mulai mengendus-endus kakiku. Ku garuk belakang telinganya dan dia menyalak
senang bahkan melompat, berusaha untuk menjilat wajahku.
Aku
berjongkok di depan anjing itu dan membiarkannya mencium dan menjilati wajahku.
Tapi tanpa kuduga anjing itu mendorong bahuku hingga aku jatuh terlentang ke
belakang dan dia berdiri diatas tubuhku sambil terus mejilati wajahku sambil
menyalak kegirangan.
“Stop
it! Stop it! You bad boy!” teriakku sambil berusaha menyingkirkan anjing itu.
“She’s
a girl.” Ucap si penggembala itu, yang ternyata sudah berdiri disampingku
dengan Kyuhyun yang sedang tertawa terbahak-bahak.
“Dolores
shit down!” Perintah penggembala yang langsung dituruti Dolores. Aku bangkit
sambil membersihkan pakaianku yang penuh rumput.
“I’m
sorry miss, she’s always like that, when meet someone new.” Aku hanya meringis
mendengar ucapannya. Kyuhyun mengulurkan sebuah sapu tangan bergaris kepadaku
dan menyuruhku membersihkan wajahku, lalu dia pergi mendekati kerumunan domba
bersama penggembala itu. Ku ikuti mereka sambil bersungut-sungut kesal.
Kurapikan topi dan rambutku, lalu melepas cardigan tipis yang membalut tubuhku
dan mengikatkannya di pinggangku.
“Hyemin-ah,
lihat, ada bayi domba.” Ucap Kyuhyun sambil menunjuk seekor domba kecil, yang
tampak bersusah payah melangkah mengikuti ibunya.
“She
was born a month ago.” Kata Mr.Penggembala.
“Namanya
Mr. Cornelius.” Bisik Kyu padaku. Aku hanya mengangguk sambil terus
memeperhatiakan gerakan bayi domba yang lucu itu.
“Her
name is Jane.” Ucap Mr. Cornelius sambil menunjuk bayi domba itu. Namaku dan nama domba saja, masih bagus nama
domba. Batinku keki.
“Namamu
dan nama domba saja masih bagus nama domba.” Kata Kyuhyun sambil terkikik,
seakan-akan dia tahu apa isi pikiranku.
“Kau
pikir namamu bagus?” Bentakku. Mr. Cornelius berdehem yang membuatku mengakhiri
pandangan peperanganku dengan Kyuhyun.
“Hm,
you wanna to fade her?” Mr.Cornelius tampak mengaduk-aduk tas kumal yang dia
sampirkan di pinggangnya, lalu mengeluarkan sebuah botol susu dan menunjukannya
pada kami.
Aku
mengangguk penuh semangat. Dia menyerahkan botol susu itu padaku. Aku berlari
menghampiri domba-domba yang langsung berhamburan ke segala arah, takut akan
kedatanganku. Dibelakangku Dolores mengejar sambil mengonggong membuat
domba-domba itu kembali merapat membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingku.
Ku
tangkap bayi domba itu, dan kupaksakan dot susu itu masuk ke mulutnya. Ternyata
memberi makan seekor bayi domba tidak semudah yang aku bayangkan. Bayi itu
terus meronta, menedangi tanganku, dan mengembik keras-keras.
“Dasar
gadis bodoh!” bentak Kyuhyun yang sudah berada disampingku.
“Kau
tidak bisa menjadi ibu yang baik.” Aku mengembungkan pipiku kesal karena
ucapannya.
“Berikan
dia padaku.”
Kuserahkan
bayi domba itu pada Kyuhyun. Dia duduk di atas rumput dan meletakan domba itu
sambil memegangi punggungnya. Dia dekatkan botol susu itu di hidung si domba
yang langsung menciuminya lalu memasukannya ke mulutnya. Bayi domba itu minum
susu dengan lahap sekali.
“Belai
dia. Bulunya lembut sekali.” Perintah Kyuhyun. aku belai bulunya yang masih
tipis, dan berwarna putih itu, memang lembut sekali seperti permen kapas, dan
membuatku ingin memakannya.
“Aku
mau memberinya makan.” Rengekku pada Kyu. Dia menyerahkan botol susu itu padaku,
lalu berdiri sambil memperhatikanku. Aku memberi anak domba itu susu sambil
membelai bulunya. Wajahku tak henti menyunggingkan senyum, melihat anak domba
itu makan dengan lahap. Tidak sampai 10 menit satu botol susu ditanganku sudah
habis tak bersisa lagi.
“Ayo
pergi.” Ajak Kyuhyun.
“Kemana?”
kuserahkan kembali botol susu kosong itu kepada Mr. Cornelius.
“Aku
haus.” Dengan acuh dia berjalan meninggalkanku. Dengan sedikit berlari aku
menyusulnya.
Kami
berjalan memasuki kandang besar yang berada di tengah-tengah padang rumput.
Didalam kandang itu terdapat banyak sekali sapi perah. Suara “Moo” saling
bersahutan dari segala sudut. Kulihat banyak anak kecil yang berlari-lari di
antara sekat-sekat kandang, beberapa dengan orang tuanya sedang mencoba memerah
sapi dengan takut-takut. Tempat ini memang sangat ideal untuk menjadi tujuan
wisata keluarga.
Disebuah
sudut ada seekor sapi yang tidak dikelilingi oleh para wisatawan, kami
mendekatinya dan bertemu sang pengasuh Mr. James. Beliau memberitahu nama sapi
betina didepan kami adalah Bella. Lagi-lagi Kyuhyun tertawa mendengar nama sapi
itu yang menurutnya terlalu bagus untuk nama seekor sapi.
“You
want to milking Bella?” Tanya Mr. James.
“Yes,
ofcourse.” Jawabku.
Dia
memberi kami masing-masing sebuah kursi kecil dari kayu dan menyuruh kami duduk
disamping Bella yang tampak asyik mengunyah rumput hijau. Mr. James mengajari
kami bagaimana cara memerah dengan benar.
Payudara
sapi ternyata sangat lembut dan halus. Aku sangat menikmati belajar memerah
sapi, tidak seperti Kyuhyun yang tampak sedikit jijik memegangnya. Nyaris aku
tidak bisa menyembunyikan tawaku saat melihat ekspresi wajahnya.
“Kalian
bisa meminum langsung susunya.” Ucap Mr. James sambil memperagakan caranya
memerah sapi sehingga air susu yang keluar langsung memancar ke mulutnya. Aku
mencoba meirunya, dan rasanya…. Rasanya benar-benar menakjubkan meminum susu
langsung saat diperah. Kyuhyunpun sepertinya menikmatinya, walau kulihat
tangannya masih sedikit jijik memegang payudara sapi.
Tiba-tiba
saja terbersit sebuah ide untuk menjahilinya. Kupikir sudah saatnya aku mulai
membalas semua tindak kurang ajarnya padaku.
“Kyuhyun.”
Kupanggil
dia, dan saat dia menoleh padaku, air susu langsung menyemprot mengenai
mukanya. Aku memang sengaja mengarahkan perahanku ke wajahnya. Mr. James dan
aku tertawa bersama-sama, sedangkan Kyuhyun tampak sangat kesal.
Setelah
dengan sangat susah payah kami mengumpulkan dua botol sedang susu segar, Mr.
Kim berkata kalau hasil perahan kami boleh kami minum langsung, susu itu masih
steril.
Dengan
berbekal 2 botol susu kami melanjutkan kegiatan bersepeda kami. Kami
meninggalkan padang terbuka dan mulai memasuki daerah perkebunan.
Berhektar-hektar kebun gandum dan anggur menghampar disampingku. Kami berhenti
disebuah pondok kayu untuk menitipkan sepeda, dan melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki menuju kebun anggur.
Pohon-pohon
anggur setinggi 2 meter menyambut kami. Pohon-pohon itu melilit kayu-kayu yang
sengaja di tanam untuk mengatur tumbuhnya. Kayu-kayu tempat pohon anggur
melilit itu dibentuk kotak, sehingga saat kami memasukinya, kami seperti berada
di sebuah rumah pohon.
Buah-buah
anggur bergelantungan tidak terlalu tinggi, sehingga aku masih bisa
menjangkaunya. Kulihat banyak wisatawan lain yang juga sedang mencoba memetik
anggur. Kupetik serumpun yang paling dekat denganku. Buah itu berwarna ungu
kehitaman, aku pikir ini adalah jenis anggur yang ditanam khusus untuk membuat
wine.
Kuambil
sebuah yang berada di ujung, yang paling matang, dan kumakan. Saat buah itu
pecah dimulutku, rasa asam yang sangat kuat menyebar memenuhi setiap relung
mulutku. Kumuntahkan kembali anggur yang ada dimulutku, sambil kujulurkan
lidahku, mencoba menghilangkan rasa asam.
“Eh
waeyo? Gwenchana?” Ucap Kyuhyun kepadaku, sambil mengulurkan sebotol susu padaku
yang segera kuminum.
“Kenapa
anggur disini, sangat asam? Apa yang aku petik tadi belum matang?”
“Pabo!
Anggur ini memang bukan untuk dimakan, anggur ini untuk dijadikan jus atau
wine.” Kyuhyun seperti menahan geli menjawab pertanyaanku yang kuakui memang
terlihat bodoh sekali.
“Aku
tak tahu kalau seasam itu rasanya.”
“Sudahlah,
ayo kita petik yang banyak, lalu kita berikan pada petugas di pondok untuk
ditukarkan dengan beberapa botol jus atau wine.” Dia menarik tanganku dan
menuju ke bawah pohon anggur yang lumayan rimbun dan sepi.
“Kau
ambil yang disebelah sana, dan aku ambil yang disekitar sini.” Ucapku padanya.
Kami
membagi tugas, sehingga keranjang buah kami segera dipenuhi dengan
bergerombol-gerombol anggur ungu yang cantik.
Tinggal
satu buah anggur yang tersisa di atasku, namun sayangnya tanganku tak mampu
menggapainya. Aku meloncat-loncat mencoba menggapainya, tetapi terlalu tinggi.
Kulihat didekatku ada sebuah bangku kayu kecil, yang biasa digunakan anak-anak
untuk berpijak saat mengambil buah anggur yang terlalu tinggi untuk mereka. Aku
mengambil bangku itu dan menaikinya mencoba meraih buah anggur itu. Ternyata
aku masih belum mampu mencapainya. Aku sedikit berjinjit untuk mengambilnya.
“Ayolah,
sedikit lagi sampai.” Gumamku sambil terus berusaha meraih anggur itu.
Kurasakan pijakanku tiba-tiba sedikit bergoyang limbung karena keseimbanganku
yang buruk.
“Oh
Tidak! Kyaa.”
“Awas!!”
Kudengar sepintas Kyuhyun berteriak. Sekelebat tubuh berlari mendekatiku dan
menangkap tubuhku tepat sebelum wajahku mencium tanah keras di bawah.
Entah
karena tubuhku yang terlalu berat, atau karena memang keseimbangannya juga
seburuk keseimbanganku, kami terjatuh bersama, dengan tubuhku berada di
atasnya. Kurasakan sesuatu yang lembut menempel dipipiku. Aku tertegun,
kurasakan nafasku dan nafasnya memburu, mungkinkah Kyuhyun mencium pipiku?
Aku
bangkit dengan tergesa dan memandang marah ke arah Kyuhyun yang masih terbaring
di atas tanah.
“Yak!
Apa yang sudah kau lakukan! Kau menciumku!” Teriakku padanya. Kyuhyun bangkit
sambil membersihkan bajunya yang kotor terkena tanah lalu memandangku dengan
pandangan sebal.
“Bisa
tidak sekali saja kau tidak berteriak padaku saat marah?” Dia menghela nafas
panjang lalu menatapku.
“Tapi
kau tadi sudah menciumku!”
“Aku
tidak menciummu! Kau menimpa tubuhku dan tanpa sengaja… tanpa sengaja pipimu
mendarat di… di bibirku.” Baru kali ini kulihat wajah Kyuhyun memerah seperti
itu, bahkan lehernya pun ikut memerah.
“Itu
hanya kecelakaan. Lagipula, harusnya kau berterima kasih padaku. Kalau tidak
ada aku wajahmu pasti sudah mendarat di atas tanah. Dan satu lagi, kurangi
lemakmu, kau berat sekali.” Ucapnya sambil memetik anggur dan melemparkannya ke
keranjangku.
“Mwo?”
Pekikku. Belum pernah ada seorangpun yang mengatakan seperti itu padaku. Apa
aku segendut itu? Aku melirik ke bawah, perutku rata, pahaku juga tidak besar,
dan lenganku.. lenganku juga kecil. Bagaimana bisa aku bisa terlalu berat?
Kyuhyun
membawa keranjang miliknya yang sudah dipenuhi anggur ke pondok tempat kami
bisa memberikan hasil panen kami untuk ditukarkan dengan beberapa botol jus
atau wine. Aku mengikutinya dari belakang masih dengan bersungut-sungut kesal.
Namun entah kenapa jauh didalam relung hatiku aku merasakan perasaan yang lain,
perasaan hangat, entah apa itu.
Aku
berhasil menukar buah yang kudapat dengan 3 botol jus ukuran medium, sedangkan
Kyuhyun dengan sebotol wine. Kami pulang berjalan pulang kembali dalam diam.
Aku sibuk dengan anganku sendiri tentang kejadian tadi, dan dia juga sepertiya sibuk
dengan angannya sendiri.
Mobil
kami keluar dari peternakan dan perkebunan Ollivander saat matahari mulai
tenggelam ke arah barat. Sesekali kuteguk jus anggur yang aku bawa tadi sambil
menikmati indahnya semburat sinar matahari berwarna ametist yang tergambar
indah di sela-sela bukit. Kyuhyun masih tidak berbicara padaku. Wajahnya lurus
menatap jalanan hitam didepan dengan ekspresi menakutkan, aku jadi tidak berani
membuka percakapan dengannya. Perlahan-lahan kurasakan rasa kantuk mendera
mataku, rasa lelah akibat kegiatan hari ini memperparah rasa kantukku. Sejenak
aku memejamkan mata, berharap rasa lelah dan kantuk ini menghilang.
***
Aku
mengerjapkan mataku, dan perlahan membukanya. Tidak kurasakan lagi mobil yang
bergoyang melaju di jalanan. Aku menoleh pada Kyuhyun yang sedang menatapku
dari samping.
“Bangun
tukang tidur! Kita sudah sampai sejak setengah jam yang lalu.” Aku mengusap
mataku dan meregangkan tanganku untuk mengusir lelah. Sebuah jaket yang
menyelimuti tubuhku merosot jatuh ke pangkuanku. Jaket coklat milik Kyuhyun.
Jadi tadi dia menyelimutiku?
“Kenapa
kau tidak membangunkanku?”
“Aku
tidak tega melihatmu. Sepertinya kau sedang bermimpi indah sampai
tersenyum-senyum dalam tidur.”
Benarkah?
Memang tadi aku bermimpi apa? Aku sama sekali tak ingat mimpiku.
“Dan
kudengar kau menyebut namaku dalam tidurmu.” Mataku membulat seketika mendengar
ucapannya. Aku menyebut namanya? Mungkinkah?
“Mwo?
Tidak mungkin! Untuk apa aku menyebut namamu?”
“Molla.
Hmm..” Dia menulurkan tangannya dan memegang kedua pipiku yang membuatku
mengerutkan tubuh mencoba menghindarinya.
“Wajahmu
memerah seperti apel. Kau pasti memimpikan hal yang tidak-tidak bersamaku.”
Bisiknya.
Kulepaskan
tangannya yang memegang pipiku, dan dengan kesal aku keluar dari mobil. Aku
bergegas berjalan menuju lobi hotel, seorang pelayan menunggu didepan pintu
hotel.
“Chakaman!”
Aku menoleh ke arah Kyuhyun yang berlari mendekatiku.
“Apalagi?”
Tanyaku ketus.
“Jaketku!
Aku tidak mau berjalan malam-malam di Roma tanpa jaket.” Aku menyerahkan jaket
coklat itu padanya.
“Cepat
masuk, dan beristirahat.”
“Kau
mau kemana?”
“Mengembalikan
mobil. Bukannya kau sudah tahu itu mobil sewaan?”
“Ah,
ne, aku lupa.”
“Jjaljayo.”
Dia melambaikan tangannya lalu kembali berlari ke dalam mobil. Aku hanya bisa
tersenyum melihatnya. Pria bodoh yang aneh, sesaat dia bisa membuatku tertawa
terbahak-bahak, sedetik kemudian membuatku kesal setengah mati hingga berharap
aku tidak pernah bertemu dengannya, tapi sesaat kemudian dia bisa membuat
wajahku merona malu.
***
Setelah
beberapa hari kami habiskan di Roma, kami memutuskan untuk pergi ke Athena.
Kami harus menaiki pesawat kesana. Pagi-pagi sekali kami menggunakan metro
menuju bandara. Walaupun masih pagi buta, tetapi kegiatan disekitar kota Roma
sudah aktif. Banyak orang yang sudah berkumpul di stasiun metro.
Sekitar
pukul 8 pagi pesawat kami take off dari Roma menuju Athena. Aku menatap keluar
jendela pesawat yang bulat kecil, memandangi awan-awan yang bersemburat orange
karena sinar matahari pagi yang cerah, sangat indah. Disebelahku Kyuhyun
kembali tertidur dengan sedikit mendengkur. Perjalanan dari Roma ke Athena
memakan waktu sekitar 2 jam.
Baru
sekitar satu jam lima belas menit mengudara, sebuah pengumuman terdengar
menggema diseluruh kabin pesawat. Kapten pesawat meminta kami semua untuk
memasang safetybelt, karena akan mendarat darurat di pulau Mikonos karena
terjadi masalah di dalam mesin pesawat.
Mendengar
pengumuman itu dadaku bergemuruh, rasa takut segera menjalar ke dalam tubuhku.
Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bagaimana kalau hidupku berakhir di dalam
pesawat ini? Keringat dingin mengalir di pelipisku. Aku teringat akan Appa dan
Omma yang sedang menungguku, tidak bisa kubayangkan ekspresi mereka jika
mengetahui anaknya menjadi korban kecelakaan pesawat, otthoke?
~TBC~
Hallo author, aku nunggu ff ini di fp langganan ga muncul", akhirnya aku buka deh blog author :)
BalasHapusmakasi atas lanjutannya :)