Kamis, 10 Mei 2012

I WISH NEVER MEET YOU (Chapter 5)





 
Type                    : Multi-chapter

Author                 : Istrinya Kyuhyun

Main Cast            : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin

Rating                   : All Ages

Theme                   : Romance

Review Last Chapter

Setelah beberapa hari kami habiskan di Roma, kami memutuskan untuk pergi ke Athena. Kami harus menaiki pesawat kesana. Pagi-pagi sekali kami menggunakan metro menuju bandara. Walaupun masih pagi buta, tetapi kegiatan disekitar kota Roma sudah aktif. Banyak orang yang sudah berkumpul di stasiun metro.

Sekitar pukul 8 pagi pesawat kami take off dari Roma menuju Athena. Aku menatap keluar jendela pesawat yang bulat kecil, memandangi awan-awan yang bersemburat orange karena sinar matahari pagi yang cerah, sangat indah. Disebelahku Kyuhyun kembali tertidur dengan sedikit mendengkur. Perjalanan dari Roma ke Athena memakan waktu sekitar 2 jam.

Baru sekitar satu jam lima belas menit mengudara, sebuah pengumuman terdengar menggema diseluruh kabin pesawat. Kapten pesawat meminta kami semua untuk memasang safetybelt, karena akan mendarat darurat di pulau Mikonos karena terjadi masalah di dalam mesin pesawat.

Mendengar pengumuman itu dadaku bergemuruh, rasa takut segera menjalar ke dalam tubuhku. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bagaimana kalau hidupku berakhir di dalam pesawat ini? Keringat dingin mengalir di pelipisku. Aku teringat akan Appa dan Omma yang sedang menungguku, tidak bisa kubayangkan ekspresi mereka jika mengetahui anaknya menjadi korban kecelakaan pesawat, otthoke?


***
Ditengah kepanikan aku segera membangunkan Kyuhyun yang tampak sedikit kesal aku ganggu tidurnya.

“ Ada apa?” Ucapnya lirih sambil menguap lebar.

“Pasang sabuk pengamanmu, palli! Kita akan medarat darurat.”

“Mwo? Memangnya ada apa?”

“Molla.”

Kurasakan pesawat sedikit berguncang saat mendarat di bandara pulau Mykonos. Seluruh Pramugari membantu kami semua untuk turun satu persatu dan menunggu di bandara. Kulihat wajah mereka semua tampak pucat dan ketakutan. Aku tahu mereka pasti merasakan kekhawatiran yang sama denganku.

Di dalam bandara Kyuhyun segera mendatangi resepsionis maskapai penerbangan kami. Kulihat wajahnya seperti menahan kesal.

“Sampai kapan penerbangan akan ditunda?” Tanya Kyuhyun pada resepsionis wanita berambut pirang yang tampak tersenyum dengan sabar.

“Kami belum tahu tuan, mungkin sampai 3 jam kedepan. Sambil menunggu, tuan bisa menikmati pariwisata di pulau ini.”

Buuk!

Kyuhyun memukul pelan meja resepsionis lalu segera bangkit pergi meninggalkanku dan si resepsionis yang tampak ketakutan.

“I’m sorry.” Ucapku sambil membungkukan badanku padanya. Resepsionis itu hanya mengangguk kecil dengan wajah masih ketakutan.

“Kyuhyun, chakaman!” Dia tidak menoleh sama sekali saat aku memanggilnya. Dengan setengah berlari aku mengejarnya. Kulihat wajahnya terlihat sangat mengerikan. Kenapa dia bisa semarah ini hanya karena penundaan pesawat?

***

Kami berjalan menyusuri jalanan di kota Mykonos. Bau garam tercium jelas dan suara deburan ombak terdengar dimana-mana. Udara di pulau ini hangat dan nyaman, pantas jika pulau Mykonos termasuk dala salah satu tempat wisata di Yunani.

“Kyuhyun-ah, aku lapar.” Rengekku pada Kyuhyun yang terlihat masih bersungut-sungut kesal karena penerbangan kami tertunda.

“Sudahlah, kita bisa berwisata disini, lihat pemandangannya indah.” Dengan marah dia duduk di atas batu di pinggir pantai. Melihatnya seperti itu emosiku jadi ikut naik. Aku tidak kesal karena penerbangan kami ditunda, tetapi karena tingkah lakunya yang terlalu merajuk itu.

“Aku mau beli makanan, kau mau ikut atau tidak?” Dia hanya diam saja. Matanya lurus memandang garis horizon pantai dan mengacuhkanku.

Dengan kesal ku tinggalkan dia dipinggir pantai dan berjalan mendekati sebuh kedai burger yang berada di dekat pantai. Seorang laki-laki gemuk dengan apron berwarna putih berdiri di balik konter yang berisi berbagai macam jenis roti dan isinya.

Aku memilih menu sandwich roti perancis dengan isi daging giling, keju, sayuran dan thousand island sauce. Sesaat aku terpana saat sang koki menunjukan kelihaiannya bermain pisau, dengan cekatan dia membelah roti perancis menjadi 2 dan mulai mengisinya dengan daging dan keju.

“Aku juga pesan satu.” Aku menoleh pada Kyuhyun yang sudah berdiri di belakangku.

“Ku kira kau tidak punya rasa lapar.”

“Mianhae, tadi aku hanya masih merasa kesal.”

Aku menerima sandwich pesananku dan duduk di bangku kayu yang berada di bawah pohon kelapa dan mulai memakan sandwichku. Ukuran sandwich yang besar cukup membuatku kesulitan memakannya.

Tidak lama kemudian Kyuhyun menyusulku dengan membawa sandwichnya dan dua kaleng minuman.

“Gomawo.”

“Aigo, kau ini jorok sekali.” Ucap Kyuhyun sambil mengulurkan tangannya dan mengusap ujung bibirku. Hatiku berdesir saat tangannya menyentuh ujung bibirku. Sejenak tubuhku menjadi gemetar.

“Lihat ada saus di bibirmu.” Dia menunjukan jarinya yang bernoda merah karena mengusap saus yang ada di ujung bibirku.

“Gomawo-yo” Kutundukan wajahku dalam-dalam. Aku takut dia melihat wajahku yang memerah malu.

“Kau tahu Hyemin, kurasa ucapanmu benar, disini pemandanannya sangat indah.”

“Ho, baru kali ini kau mau mendengarkanku.” Mendengar kata-kataku, dia hanya menyeringai seakan tidak bersalah.

“Ah, tadi saat membeli minum, aku mendapat selebaran ini.”

Kyuhyun menunjukan sebuah selebaran yang dipenuhi dengan gambar kartun berwarna-warni. Ternyata itu adalah selebaran dari sebuah taman bermain di kota ini. Diselebaran itu terdapat banyak foto berbagai wahana yang ada disana.

“Waw, taman bermain.” Pekikku.

“Kau mau kesana?” Tanya Kyuhyun.

“Ne. Aku selalu suka taman bermain.”

“Kajja!”

Dengan seperempat sandwich masih tersisa ditangan, kami berjalan menyusuri jalanan kota Mykonos yang sepi akan kendaran mencari tempat taman bermain itu.

Taman bermain itu ramai dipenuhi oleh para wisatawan, baik warga asli pulau Mykonos maupun wisatawan asing sepertiku. Aku berlari mendekati seorang penjual permen kapas yang dikerubuti oleh anak-anak.

“Permen kapas?” Tanya Kyuhyun yang berdiri disebelahku.

“Seperti anak kecil saja.” Aku mencibir mendengar ucapannya. Selalu saja dia menganggapku seperti anak kecil.

Aku membeli sebuah permen kapas dengan warna pink cerah, aku sempat menawari Kyuhyun, tetapi dia hanya mendengus dan pergi meninggalkanku.

“Yak! Cho Kyuhyun! Chakaman!” Teriakku. Aku sedikit berlari mengejarnya yang sudah berjalan didepanku.

“Kau benar-benar tidak mau mencoba permen kapas ini? Hmm.. Mashita!” Aku menggodanya dengan sengaja memakan permen kapas itu didepan wajah Kyuhyun sambil berdecak-decak, seakan permen kapas ini benar-benar enak, walaupun sebenarnya rasanya memang enak.

“Shiro, aku bukan anak kecil lagi.” Dia memalingkan wajahnya, seakan enggan tergoda oleh tingkah lakuku. Ekspresi wajahnya membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Aku tahu dia hanya sedang menjaga gengsinya.

“Ya sudah.” Aku kembali memakan permen kapas didepan wajahnya. Kulihat sesekali Kyuhyun melirikku sambil menelan ludah. Ya Tuhan! Aku suka sekali membuatnya menderitaa seperti itu, hahaha.

Kami berjalan melewati sebuah kedai bermain lempar bola. Di depan kedai itu terpampang sebuah boneka Teddy bear besar berwarna coklat sebagai hadiah bagi siapapun yang mampu meruntuhkan sususan kaleng dengan sebuah bola.

“Aigo! Lucu sekali bonekanya.” Pekikku.

“Boneka kumal itu kau bilang lucu? Masih lebih lucu wajahku.” Tanpa mendengarkan ucapannya aku menarik lengan jaket Kyuhyun menuju kedai itu.

“Welcome Mr. and Mrs…?” Tanya laki-laki tua penjaga kedai itu.

“Mr.Cho.” Jawab Kyuhyun.

“Ah, Welcome Mr. and Mrs. Cho, do you wanna try it to get the teddy bear?” Tanya kakek itu lagi.

“Yes!” Aku menyerahkan uang 2 euro kepada kakek itu dan dia memberiku 3 buah bola tenis berwarna putih. Aku sudah mengambil sebuah bola ketika Kyuhyun mengambil bola dari tanganku dan mendorongku ke samping.

“Minggir, biarkan ahli game yang menyelesaikannya.” Ucapnya.

“Mwo? Ahli game?”

“Sudah berapa kali kau ku kalahkan dalam bermain game?”

“Tapi..” Belum selesai aku bicara, Kyuhyun sudah mencomot sedikit permen kapas dari tanganku dan memasukannya ke dalam mulutku. Aku membelalakan mataku dengan marah dan memukul bahunya dengan kesal.

“Diam lah Hyemin, aku butuh konsentrasi!” Aku melipat tangaku dengan kesal.

“Baiklah tuan sok jago, silahkan selesaikan game anda.”

Kyuhyun memicingkan matanya dan mengambil ancang-ancang untuk melempar.

Buukk!!

Bola pertama meleset 10 sentimeter ke kiri dari tumpukan kaleng dan menghantam dinding hitam di belakangnya.

“Ouch,, you have two ball again Mr.Cho.” Kata kakek penjaga kedai sembari tersenyum memberi semangat.

“Waw.. lemparan yang bagus tuan jago game yang handal.” Aku tersenyum mengejek sambil bertepuk tangan. Kyuhyun menatapku dengan keki. Dia lalu mengambil sebuah bola lagi dan mulai melempar.

Buukk!

Kali ini bola melambung terlalu tinggi sehingga jatuh dibelakang tumpukan kaleng yang mengkilat itu. Kyuhyun mengerang marah, dia menghentakan kakinya dengan kesal.

“Masih ada satu bola lagi.” Katanya sambil menunjukan bola terakhir padaku. Aku hanya tersenyum mengejek.

“Come on Mr. Cho, you can do that!” Si Kakek masih saja menyemangati Kyuhyun yang tampak sudah frustasi. Aku tahu harga dirinya sudah dia hancurkan sendiri didepanku.

Buuk!!

Bola melenceng ke kanan. Nyaris saja menghantam tumpukan kaleng, hanya kurang 5 mili lagi. Kyuhyun berteriak frustasi sambil menutup wajahnya. Aku hanya tertawa terbahak-bahak melihatnya.

“Hahaha, 3 lemparan home run dari tuan ahli game.” Aku menepuk bahunya pelan dan berjalan pergi. Dasar tukang pamer, pria sombong, rasakan itu! Batinku dengan senang.

Aku duduk disebuah kursi kayu di dekat bianglala besar sambil menghabiskan permen kapasku. Aku menggoyangkan kakiku menikmati musik yang terdengar dari pengeras suara yang terpasang disekitar arena taman bermain itu dan juga angin pantai yang berhenbus segar.

Kutatap anak-anak yang berteriak-teriak kesenangan menaiki bianglala. Aku selalu suka anak kecil, wajah polos mereka bagaikan malaikat yang suci dan bersinar. Perhatianku tersita pada seorang anak perempuan berambut pirang ikal yang sedang memegang boneka teddy bear coklat yang sama persis dengan yang aku ingin kan tadi. Melihatnya aku menjadi ingat pada Kyuhyun. Dasar pria bodoh! Kalau saja dia tidak sombong seperti tadi, pasti boneka itu sudah ada ditanganku.

Tiba-tiba kurasakan sebuah usapan lembut di pipiku dari sebuah tangan lembut berbulu, berbulu? Dengan kaget aku menoleh ke belakang, dan kulihat boneka teddy bear coklat sudah berdiri dibelakangku, tanganya melambai kepadaku.

“Hai Hyemin, aku datang.” Wajah Kyuhyun muncul dari balik kepala teddy bear itu.

“Kyuhyun, kau? Teddy bear itu? Bagaimana bisa?” Tanyaku tergagap. Dia duduk disebelahku dan meletakan boneka itu di pangkuanku.

“Sudah berapa kali kubilang, aku lah pemain game yang paling handal.” Dia tertawa senang, seakan harga dirinya sudah bisa dia raih kembali. Aku hanya bisa memeluk boneka itu dengan senang.

“Gomawo-yo.” Ucapku.

“Cheonmaneyo.” Dia mengacak rambutku dengan keras sambil tersenyum.

“Kajja, kita pergi.”

“Kau tidak ingin naik beberapa wahana?” Aku menggeleng.

“Aku hanya ingin berjalan-jalan saja. Eh lihat itu, ada mesin hadiah, ayo kita kesana.”

Aku dan Kyuhyun berjalan menuju mesin hadiah yang ada disudut taman bermain. Tidak ada orang yang sedang memainkannya. Aku serahkan boneka yang sedang aku peluk kepada Kyuhyun. Lalu kuambil koin 10 sent dan memasukannya ke dalam lubang mesin. Segera terdengar suara musik saat koin itu berhasil masuk.

Dengan konsentrasi penuh aku mengarahkan penjepit ke sebuah gantungan kunci dengan maskot taman bermain itu sebagai hiasannya di sudut mesin. Penjepit itu sudah berhasil menangkapnya, dan sedang membawanya ke lubang keluar. Aku mengepalkan tanganku, tegang menunggu.

Bluk! Tepat ditengah jalan, gantungan kunci itu jatuh.

“Aahhh!” Teriakku kesal.

Kucoba sekali lagi, tetapi sama saja. Dua senti dari lubang gantungan kunci itu kembali jatuh. Dengan kesal ku pukul mesin hadiah itu.

“Aah!! Menyebalkan!”

“Biarkan aku yang mencoba.” Kyuhyun menyerahkan kembali teddy bear ke pelukanku dan dia memasukan koin ke dalam mesin.

Aku menatap penjepit yang bergerak perlahan dengan tegang. Kyuhyun sudah berhasil mengambil gantungan kunci berwarna merah jambu yang aku incar, sekarang tinggal berharap keajaiban penjepit itu tidak akan menjatuhkannya di tengah jalan.

“Aah! Jatuh! Ayo Kyuhyun coba lagi.” Teriakku menyemangatinya.

“Ayo, ayo, ayo,, jangan jatuh, jangan jatuh, jangan jatuh.” Ucapku dengan Kyuhyun bersama. Tanpa sadar tanganku sudah menggenggam tangan Kyuhyun dengan erat saking tegangnya.

“Kyaaa! Berhasil!” Teriakku saat gantungan itu dengan sempurna meluncur keluar dari mesin.

“Ayo Kyuhyun, ambil lagi untukmu sendiri.”

Kyuhyun kembali berkonsentrasi pada mesin hadiah, dia mengincar gantungan kunci dengan warna biru yang terletak tidak jauh dari lubang keluar. Hanya perlu dua kali kegagaln, gantungan kunci itu sudah berhasil dia dapatkan. Kami berteriak bersama dan saling berhigh wave.

“Ayo kita pasang ditas kita masing-masing.” Kataku.

“Ne.” Kami memasang gantungan kunci itu ke tas kami masing-masing. Aku tidak berhenti tersenyum senang hari ini.

***
Kami berjalan keluar dari taman bermain dan berjalan menuju sebuah danau yang sangat terkenal di pulau Mykonos. Dari informasi yang kami dapatkan tadi danau itu bisa mengabulkan permintaan apapun.

Danau itu berada tidak jauh dari taman bermain. Kami hanya perlu berjalan sekitar sepuluh menit dan danau berwarna biru jernih itu sudah terhampar di depan kami.

Orang-orang memenuhi pinggir danau, membentuk kerumunan-kerumunan yang saling berceloteh dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Beberapa tour guide tampak sedan gmenjelaskan kepada mereka tentang danau itu.

Kyuhyun sempat bertanya kepada seorang tour guide tentang danau itu. Menurut tour guide kami, kami harus melemparkan koin ke dalam danau, dan beberapa pemuda setempat akan terjun kedalam danau untuk mencari koin kami. Jika koin kami berhasi ditemukan, maka permintaan kami akan terkabul, jika tidak, berarti harapan kami akan sulit menjadi nyata.

“Kau mau membuat permintaan?” Tanyaku pada Kyuhyun.

“Shiro, aku tidak percaya pada hal-hal seperti ini. Danau permintaan hanya dongeng belaka, kalau kau mau keinginanmu tercapai harus ada usaha dari dalam dirimu.” Katanya menasehatiku.

“Kalau begitu aku saja yang akan membuat permintaan.”

Aku masuk ke dalam antrian orang-orang yang ingin melemparkan koinnya kedalam air. Aku memasukan tanganku ke dalam kantong celana, tetapi tidak kutemukan satupun koin disana.

“Sial! Pasti habis di mesin hadiah tadi.” Keluhku.

“Pakai punyaku saja.”

Kyuhyun menyerahkan sebuah koin berwarna perak ke tanganku. Kupandangi wajahnya dengan heran, bukannya tadi dia tidak ingin membuat permintaan, kenapa dia bisa ada disini.

“Aku hanya ingin menemanimu, dan melihat apa permintaanmu akan terkabul.” Ucapnya seakaan dia bisa membaca hatiku. Aku mengangkat bahuku, dan kembali memandangi air danau yang berkelap-kelip tertimpa sinar matahari.

Giliranku sekarang. Aku menutup mataku sambil menggenggam erat koin pemberian dari Kyuhyun.

Aku ingin memiliki seseorang yang bisa menemaniku dan menyembuhkan rasa sakitku ini. Aku mohon, aku tidak ingin terlalu lama menanggung sakitnya hati. Harapku dalam hati. Sejenak aku mencium koin itu lalu melemparkannya ke dalam air. Beberapa pemuda segera melemparkan diri kedalam air, dan mulai menyelam mencari koin milikku.

Lama aku menunggu, tetapi tidak ada seorangpun yang kembali ke daratan. Setelah waktu yang kurasa sangat lama, seorang pemuda muncul ke permukaan dengan wajah sedih dan berkata bahwa dia tidak bisa menemukan koinku. Beberapa wisatawan dibelakangku mengeluh dan ada yang menepuk bahuku memberiku semangat.

“Sudah kubilangkan, itu semua hanya dongeng. Kalau kau ingin permintaanmu terkabul, kau harus berusaha.” Ucap Kyuhyun.

Kenapa permintaanku tidak terkabul? Apakah aku tidak pantas bahagia? Apakah aku harus terus seperti ini seumur hidupku?

Tanpa terasa setetes air mata mengalir di pipiku.

“Hyemin-ah, gwenchana?” Kyuhyun merangkul bahuku seperti berusaha menghiburku.

“Kajja, kita kembali ke bandara.” Aku menepis tangannya yang ada di bahuku, dan berjalan meninggalkannya.

Aku berjalan sendiri dalam perih. Aku tidak menyangka bahwa permintaanku tidak akan pernah terkabul. Aku hanya ingin kebahagiaan, apakah itu salah? Apakah yang pantas untukku hanya penderitaan? Air mata terus menetes mengaliri pipiku. Belum lama aku berjalan, dari belakangku terdengar teriakan histeris wisatawan yang lain. Aku menoleh kepada mereka, dan mataku langsung tertuju pada tas, jaket dan sepatu Kyuhyun yang tergeletak di pinggir danau, mungkinkah dia..?

Aku bergegas berlari kembali ke pinggir danau dan bertanya pada seorang wisatawan yang berdiri di pinggir danau sambil mentap ke dalam danau dengan cemas.

“Did he jump?” Tanyaku.

“Yes.” Jawab wisatawan itu.

“Stupid boy!” Rutukku.

“Kyuhyun! cepat naik! Apa kau mendengarku? Kumohon hentikan Kyuhyun!” Teriakku.

Hatiku berdetak kencang. Aku takut dia tenggelam, aku takut dia mati. Aku tak tahu apakah dia bisa berenang atau tidak, tetapi sungguh aku takut terjadi sesuatu padanya. Ketakutanku semakin menjadi saat lebih dari 2 menit kemdian dia tidak segera muncul di permukaan.

“Oh, someone help him please.” Ratapku sambil menatap beberapa orang disitu.

Tiba-tiba sebuah tangan yang menggenggam sebuah koin muncul dipermukaan, diikuti dengan kepala Kyuhyun sepersekian detik kemudian.

“Bodoh! Kau tahu, kau adalah pria paling bodoh yang pernah aku temui!” Makiku padanya. Dia berenang menuju tepi sambil tersenyum senang.

“Lihat, aku mendapatkan koinmu, permintaanmu akan terkabul.” Aku menatapnya dengan kesal. Dia melemparkan sedikit air padaku.

“Yak! Jangan menatapku seperti itu, sedikit berterima kasihlah padaku. Kau tahu kenapa mereka tidak bisa menemukan koinmu?” Aku menggeleng lemah. Antara syok atas kelakuannya bercampur dengan kelegaan bahwa dia baik-baik saja.

“Mereka bodoh, mereka hanya mencari koin euro, padahal yang kau lempar adalah koin won, koin korea. Lihat, yang aku berikan padamu tadi adalah koin won.” Dia menyerahkan koin ke tanganku, dan membuatku sedikit tersenyum.

“Ayo naik, dan kita pulang ke bandara.” Kuulurkan tangaku dan membantunya naik ke daratan. Dia menggigil kedinginan, dan langsung memakai jaketnya. Ku bantu dia membawakan tasnya. Beberapa wisatawan bertepuk tangan atas keberanian Kyuhyun, bahkan ada seorang ahjuma gemuk yang menyalami Kyuhyun dan bahkan mencium pipinya.

“You are so romantic and gentle.” Kyuhyun hanya tersenyum senang, wajahnya sudah semerah buah apel.

“Kenapa kau terjun kedalam?” Tanyaku pada Kyuhyun.

“Aku hanya ingin membuatmu senang, aku benci melihat wanita menangis.” Ucapnya sambil lalu. Dia berjalan pergi mendahuluiku yang masih tercengang atas jawabannya.

Sejenak aku kembali teringat pada permintaanku, aku ingin memiliki seseorang yang bisa menemaniku dan menyembuhkan rasa sakitku ini. Aku mohon, aku tidak ingin terlalu lama menanggung sakitnya hati. Mungkinkah.. mungkinkah dia orangnya? Mungkinkah orang itu Kyuhyun?

“Your husband is very romantic.” Ahjuma gemuk yang tadi mencium pipi Kyuhyun mendekatiku dan menepuk bahuku sambil tersenyum. Aku hanya membalas ucapannya dengan senyuman.

“Hyemin-ah, palli!” Kyuhyun berteriak memanggilku.

“Ne.”

Berbagai pikiran berkecamuk di dalam pikiranku. Jika danau itu betul-betul bisa mengabulkan permintaan, mungkinkah jika Kyuhyun orangnya?

***
Kami kembali ke bandara yang masih di penuhi oleh para penumpang. Kami segera berjalan menuju loket maskapai penerbangan kami. Gadis yang sama seperti tadi pagi yang menyambut.

“Bagaimana? Kapan kami bisa terbang?” Tanya Kyuhyun. wajahnya sudah kembali seseram tadi.

“I’m sorry sir, penerbangan baru bisa dilanjutkan besok pagi.” Ucap sang resepsionis.

“Mwo?” Pekikku dan Kyuhyun bersamaan.

Aku mengusap wajahku dengan kesal, dan berjalan menuju ruang tunggu. Kualihkan pandanganku pada televisi yang ada di ruang tunggu yang sedang menayangkan sebuah pertandingan sepak bola. Kyuhyun menyusul duduk disebelahku dengan mulut masih meracau kesal. Berbagai umpatan dia keluarkan.

“Apa yang sekarang akan kita lakukan? Menginap disini?” Tanyaku padanya.

“Entahlah, mungkin… tunggu dulu! Football?” Pandangannya tertuju pada layar televisi, dahinya sedikit berkerut. Sedetik kemudian dia sudah mengeluarkan ponselnya dan terlihat sibuk mencari info.

“Hyemin-ah, ayo kita ke London!” Ucapnya penuh semangat. Seulas senyum sudah terpasang di wajahnya.

“Mwo?”

“Ayo kita ke London, sedang ada Liga Inggris! Bagaimana bisa aku lupa! Ayo kita melihat sepak bola!” Serunya sangat bersemangat, tangannya mengepal menggenggam ponselnya.

“Mwo?” Pekikku makin keras. Sepak bola? Liga Inggris? Aku tidak mengerti sama sekali tentang semua itu.

“Kajja!”

Dia menarik tanganku kembali menemui resepsionis tadi dan langsung membatalkan penerbangan kami. Sebagai gantinya Kyuhyun meminta tiket penerbangan ke London sesegera mungkin.

“Aku sudah tidak sabar melihat pertandingan besok.” Serunya ketika kami sudah berada di dalam pesawat. Aku hanya memutar bola mataku dengan, bosan dengan ucapannya akan sepak bola.

“Kau tahu, besok ada pertandingan Manchester City dan Swansea City di stadion Old Traffod, aku harus menontonnya, dan kau harus menemaniku!”

“Hajiman, Kyuhyun-ah, aku sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai sepak bola.”

“Kau tidak perlu tahu, kau hanya perlu melihat. Aku benar-benar tidak sabar menunggu besok.”

Kualihkan pandanganku melihat deretan awan-awan yang bergulir disampingku. Pikiranku kembali melayang pada danau permintaan tadi. Jantungku berdenyut abnormal saat mengingatnya. mungkinkah ada kebetulan seperti ini?

***
Old Traffod dipenuhi dengan orang-orang beratribut merah baik dari kaos maupun sampai wajah mereka yang di warnai merah. Bahkan tidak hanya didepan gerbangnya, dari stasiun metropun sudah dipenuhi oleh para pendukung setan merah. Aku tersenyum melihat arak-arakan pendukung Manchester United berteriak-teriak menyanyikan yel mereka. Kyuhyun yang memakai kaos merah, berdiir disebelahku ikut berteriak-teriak seperti mereka. Senyum tidak henti-hentinya merekah di wajahnya.

Kyuhyun membawaku duduk di deretan para pendukung Manchester United. Stadion dipenuhi dengan warna merah dimana-mana, hanya sedikit pendukung Swansea city yang terlihat bergerombol di bangku seberang kami.

Teriakan semakin ramai membahana saat satu-persatu para pemain memasuki lapangan hijau. Bahkan Kyuhyun sampai berdiri sambil berteriak-teriak histeris.

“Rooney! Rooney! Rooney!” Teriak Kyuhyun.

Siapa itu Rooney? Atau mungkin lebih tepatnya yang mana itu Rooney akupun tak tahu. Ya ampun, aku benar-benar payah dalam soal sepak bola seperti ini.

Pertandingan dimulai dengan bola berada di bawah kekuasaan Manchester. Setiap orang berteriak setiap kali bola bergulir, berpindah dari satu penguasa ke penguasa lain. Kulihat Kyuhyun sampai mengepalkan tangannya, dan pandangannya pun tidak pernah lepas dari rumput hijau yang membentang di hadapan kami. Aku tidak bisa mengenali setiap pemain yang bergerak cepat didepanku, yang bisa kulihat hanya kelebatan warna merah dan putih warna kaos para pemain.

“Bola berada di bawah kekuasaan Smalling, ada Sinclair yang membayanginya, ohh Giggs memberi isyarat, akankah Smalling akan mengoperkan bolanya? Sinclair terus membayangi berusaha merebut bola. Smalling akan mengoper kepada Giggs, oh tidak! Hanya tipuan ternyata! Bola bergulir di kaki Park, Park oper kepada Rooney, ya control bola yang bagus dari Rooney. Graham berhasil di lewatinya dengan mudah. Michel Vorm sudah bersiap di depan gawang, Rooney menembak dan.. aaaahh!! Meleset!” Suara Komentator pertandingan menggema disetiap sudut stadion itu diiringi gemuruh kekecewaan dari para pendukung Manchester.

“Ahh!! Bodoh! Kenapa kau bawa sendiir!! Ada si Evra dibelakang! Kenapa tidak kau lempar ke dia! Dasar Bodoh!” Teriak Kyuhyun. aku hanya tertawa melihatnya terlihat sangat marah seperti itu.

Kembali terdengar suara komentator. Aku hanya bisa mengikuti pertandingan dari suara komentator itu, karena ketika aku melihat ke bawah, ke araha lapangan hijau, aku bingung, aku tidak mengerti apa yang terjadi, yang aku tahu hanya bola yang berpindah-pindah dari satu kaki ke kaki yang lain.

“Bola bergulir dengan baik di bawah kaki Rangel, Rangel oper ke Briton, kembali ke Rangel, oh tidak! Evra berhasil merebut bola, Evra ke Rooney, Rooney ke Park, Park ke.. oooohhh… Siclair merebut bola! Bola sekarang berada di kekuasaan Swansea.”

“Ahhh! Kenapa permainan kalian jelek begini!” Kyuhyun menghentak-hentakan kakinya dengan marah. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya tampak memutih.

“Sinclair oper ke Rangel, Rangel kepada Britton, dan Britton mengembalikannya kepada Sinclair. Sinclair bersiap berhadapan dengan De Gea, kipper muda yang sangat berbakat, tahun lalu masih belum sering terjun ke lapangan. De Gea, maju dan.. Bravo!! Tangkapan yang bagus dari De Gea!” Seluruh pendukung Manchester bersorak senang. Entah kenapa semakin lama melihat pertandingan ini, aku seperti ikut terhanyut dengan suasana teganggnya. Tanpa terasa aku sempat menahan nafas saat Sinclair sudah berada di depan gawang.

“Rooney menguasai bola, oper kepada Giggs, Graham membayangi dan ohhh… Pelanggaran di kotak penalti! Apakah wasit akan memberikan penalti kepada Manchester? Ya! Tendangan penalty untuk Manchester! Siapakah yang akan mengeksekusinya?”

“Rooney! Rooney! Rooney!” Teriak Kyuhyun sambil menggerakan kepalan tangannya dengan semangat. Tiba-tiba dia menyambar tanganku dan menyuruhku mengikuti gerakannya.

“Ayo kau juga.” Dengan terpaksa aku ikut mengangkat tanganku dan mulai ikut berteriak seperti dia.

“Rooney! Rooney! Rooney!”

“Rooney bersiap mengeksekusi bola, pemain Manchester yang selalu bersinar di setiap laga ini memang andalan Manchester dalam setiap kejuaraan. Rooney akan berhadapan dengan Michel Vorm, yang menurut beberapa pendapat adalah kipper terbaik yang pernah dimiliki Swansea city. Rooney bersiap dan…”

“Gooooooooolll!!” Teriak Kyuhyun di ikuti teriakan pendukung Manchester yang lain. Dian melompat girang dan… memelukku!

Kyuhyun memelukku sangat erat sambil terus berteriak-teriak kegirangan. Dadaku berdegup kencang saat berada dalam dekapannya. Tanganku menelusup ke balik tubuhnya dan membelai punggungnya yang hangat. Rasanya nyaman, sangat nyaman, dan membuatku tidak ingin melepaskannya.

“Kau lihat tadi Hyemin? Kau lihat? Gol yang sangat indah.” Ucapnya setelah melepaskan pelukannya padaku. Sedikit rasa kecewa timbul saat dia melepaskan pelukannya padaku.

Perhatian Kyuhyun kembali teralihkan saat suara peluit berbunyi menandakan permainan sudah dimulai kembali.

***
Pertandingan sore itu ditutup dengan skor 2-0 bagi Manchester United. Seluruh pendukung setan merah merayakan suka citanya dengan membuat pesta dijalanan. Gemuruh teriakan dan juga musik yang gegap gempita menyelimuti jalanan di Manchester.

Beberapa kali Kyuhyun berpelukan merayakan kemenangan dengan orang-orang yang memakai atribut Manchester, saat kutanya apakah dia mengenalnya, dia berkata tidak. Aku heran hanya karena sebuah bola, bisa mempersatukan orang-orang dengan latar belakang berbeda, agama berbeda, bahkan ras dan negara yang berbeda.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka, dan entah kenapa aku juga merasakan kegembiraan yang sama, walaupun aku sama sekali tidak tahu apa itu offside, handball, dan peraturan yang lain.

Kyuhyun masih terus berceloteh tentang sepak bola sepanjang perjalan kami dari stasiun metro Manchester sampai London. Bahkan sampai saat kami sudah berada di hotel.

“Ah, aku senang sekali hari ini Hyemin!” Ucapnya saat dia mengantarku ke depan pintu kamarku. Aku tersenyum mendengar ucapannya.

“Aku juga senang, melihatmu senang seperti itu.”

“Baiklah, selamat beristirahat, Jjaljayo.”  Dia membuka pintu kamar disebelahku dan masuk ke dalamnya, setelah sebelumnya melambaikan tangannya padaku.

Aku masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan diriku di atas tempat tidur. Kuambil dompetku dan kukeluarkan koin yang ku gunakan untuk membuat permintaan di pulau Mykonos.

Kuusap koin berwarna silver itu, kembali mengingat semua kejadian itu. Mungkinkah Kyuhyun orang yang akan menghilangkan segala rasa sakit hatiku ini? mungkinkah dia orang yang Tuhan kirimkan untukku?

Kusambar kamera yang tergeletak di atas meja disebelah tempat tidurku, kembali kubuka foto-foto yang pernah kuambil bersama Kyuhyun. Fotoku dan dia saat berada di peternakan dan perkebunan Ollivander, fotonya saat berada di depan gereja di dekat Colloseum, foto kami saat berada di Venezia bersama ratusan merpati.

Aku tersenyum melihat semua foto itu. Kubelai wajahku yang penuh senyum di dalam layar kamera itu. Kyuhyun telah mengembalikan senyumku, senyum yang telah beberapa lama hilang. 

Aku memeluk kameraku dengan senyum masih tersungging di wajah lalu kupejamkan mataku berharap dapat bertemu dengannya dalam mimpi.

~TBC~

1 komentar: