Type
: Multi-chapter
Author
: Istrinya Kyuhyun
Main Cast : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin
Rating
: All Ages
Theme
: Romance
Review
Last Chapter
Setelah
beberapa hari kami habiskan di Roma, kami memutuskan untuk pergi ke Athena.
Kami harus menaiki pesawat kesana. Pagi-pagi sekali kami menggunakan metro
menuju bandara. Walaupun masih pagi buta, tetapi kegiatan disekitar kota Roma
sudah aktif. Banyak orang yang sudah berkumpul di stasiun metro.
Sekitar
pukul 8 pagi pesawat kami take off dari Roma menuju Athena. Aku menatap keluar
jendela pesawat yang bulat kecil, memandangi awan-awan yang bersemburat orange
karena sinar matahari pagi yang cerah, sangat indah. Disebelahku Kyuhyun
kembali tertidur dengan sedikit mendengkur. Perjalanan dari Roma ke Athena
memakan waktu sekitar 2 jam.
Baru
sekitar satu jam lima belas menit mengudara, sebuah pengumuman terdengar
menggema diseluruh kabin pesawat. Kapten pesawat meminta kami semua untuk
memasang safetybelt, karena akan mendarat darurat di pulau Mikonos karena
terjadi masalah di dalam mesin pesawat.
Mendengar
pengumuman itu dadaku bergemuruh, rasa takut segera menjalar ke dalam tubuhku.
Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bagaimana kalau hidupku berakhir di dalam
pesawat ini? Keringat dingin mengalir di pelipisku. Aku teringat akan Appa dan
Omma yang sedang menungguku, tidak bisa kubayangkan ekspresi mereka jika
mengetahui anaknya menjadi korban kecelakaan pesawat, otthoke?
***
Ditengah
kepanikan aku segera membangunkan Kyuhyun yang tampak sedikit kesal aku ganggu
tidurnya.
“
Ada apa?” Ucapnya lirih sambil menguap lebar.
“Pasang
sabuk pengamanmu, palli! Kita akan medarat darurat.”
“Mwo?
Memangnya ada apa?”
“Molla.”
Kurasakan
pesawat sedikit berguncang saat mendarat di bandara pulau Mykonos. Seluruh
Pramugari membantu kami semua untuk turun satu persatu dan menunggu di bandara.
Kulihat wajah mereka semua tampak pucat dan ketakutan. Aku tahu mereka pasti
merasakan kekhawatiran yang sama denganku.
Di
dalam bandara Kyuhyun segera mendatangi resepsionis maskapai penerbangan kami.
Kulihat wajahnya seperti menahan kesal.
“Sampai
kapan penerbangan akan ditunda?” Tanya Kyuhyun pada resepsionis wanita berambut
pirang yang tampak tersenyum dengan sabar.
“Kami
belum tahu tuan, mungkin sampai 3 jam kedepan. Sambil menunggu, tuan bisa
menikmati pariwisata di pulau ini.”
Buuk!
Kyuhyun
memukul pelan meja resepsionis lalu segera bangkit pergi meninggalkanku dan si
resepsionis yang tampak ketakutan.
“I’m
sorry.” Ucapku sambil membungkukan badanku padanya. Resepsionis itu hanya
mengangguk kecil dengan wajah masih ketakutan.
“Kyuhyun,
chakaman!” Dia tidak menoleh sama sekali saat aku memanggilnya. Dengan setengah
berlari aku mengejarnya. Kulihat wajahnya terlihat sangat mengerikan. Kenapa
dia bisa semarah ini hanya karena penundaan pesawat?
***
Kami
berjalan menyusuri jalanan di kota Mykonos. Bau garam tercium jelas dan suara
deburan ombak terdengar dimana-mana. Udara di pulau ini hangat dan nyaman,
pantas jika pulau Mykonos termasuk dala salah satu tempat wisata di Yunani.
“Kyuhyun-ah,
aku lapar.” Rengekku pada Kyuhyun yang terlihat masih bersungut-sungut kesal karena
penerbangan kami tertunda.
“Sudahlah,
kita bisa berwisata disini, lihat pemandangannya indah.” Dengan marah dia duduk
di atas batu di pinggir pantai. Melihatnya seperti itu emosiku jadi ikut naik.
Aku tidak kesal karena penerbangan kami ditunda, tetapi karena tingkah lakunya
yang terlalu merajuk itu.
“Aku
mau beli makanan, kau mau ikut atau tidak?” Dia hanya diam saja. Matanya lurus
memandang garis horizon pantai dan mengacuhkanku.
Dengan
kesal ku tinggalkan dia dipinggir pantai dan berjalan mendekati sebuh kedai
burger yang berada di dekat pantai. Seorang laki-laki gemuk dengan apron
berwarna putih berdiri di balik konter yang berisi berbagai macam jenis roti
dan isinya.
Aku
memilih menu sandwich roti perancis dengan isi daging giling, keju, sayuran dan
thousand island sauce. Sesaat aku terpana saat sang koki menunjukan
kelihaiannya bermain pisau, dengan cekatan dia membelah roti perancis menjadi 2
dan mulai mengisinya dengan daging dan keju.
“Aku
juga pesan satu.” Aku menoleh pada Kyuhyun yang sudah berdiri di belakangku.
“Ku
kira kau tidak punya rasa lapar.”
“Mianhae,
tadi aku hanya masih merasa kesal.”
Aku
menerima sandwich pesananku dan duduk di bangku kayu yang berada di bawah pohon
kelapa dan mulai memakan sandwichku. Ukuran sandwich yang besar cukup membuatku
kesulitan memakannya.
Tidak
lama kemudian Kyuhyun menyusulku dengan membawa sandwichnya dan dua kaleng
minuman.
“Gomawo.”
“Aigo,
kau ini jorok sekali.” Ucap Kyuhyun sambil mengulurkan tangannya dan mengusap
ujung bibirku. Hatiku berdesir saat tangannya menyentuh ujung bibirku. Sejenak
tubuhku menjadi gemetar.
“Lihat
ada saus di bibirmu.” Dia menunjukan jarinya yang bernoda merah karena mengusap
saus yang ada di ujung bibirku.
“Gomawo-yo”
Kutundukan wajahku dalam-dalam. Aku takut dia melihat wajahku yang memerah
malu.
“Kau
tahu Hyemin, kurasa ucapanmu benar, disini pemandanannya sangat indah.”
“Ho,
baru kali ini kau mau mendengarkanku.” Mendengar kata-kataku, dia hanya
menyeringai seakan tidak bersalah.
“Ah,
tadi saat membeli minum, aku mendapat selebaran ini.”
Kyuhyun
menunjukan sebuah selebaran yang dipenuhi dengan gambar kartun berwarna-warni.
Ternyata itu adalah selebaran dari sebuah taman bermain di kota ini.
Diselebaran itu terdapat banyak foto berbagai wahana yang ada disana.
“Waw,
taman bermain.” Pekikku.
“Kau
mau kesana?” Tanya Kyuhyun.
“Ne.
Aku selalu suka taman bermain.”
“Kajja!”
Dengan
seperempat sandwich masih tersisa ditangan, kami berjalan menyusuri jalanan
kota Mykonos yang sepi akan kendaran mencari tempat taman bermain itu.
Taman
bermain itu ramai dipenuhi oleh para wisatawan, baik warga asli pulau Mykonos
maupun wisatawan asing sepertiku. Aku berlari mendekati seorang penjual permen
kapas yang dikerubuti oleh anak-anak.
“Permen
kapas?” Tanya Kyuhyun yang berdiri disebelahku.
“Seperti
anak kecil saja.” Aku mencibir mendengar ucapannya. Selalu saja dia
menganggapku seperti anak kecil.
Aku
membeli sebuah permen kapas dengan warna pink cerah, aku sempat menawari
Kyuhyun, tetapi dia hanya mendengus dan pergi meninggalkanku.
“Yak!
Cho Kyuhyun! Chakaman!” Teriakku. Aku sedikit berlari mengejarnya yang sudah
berjalan didepanku.
“Kau
benar-benar tidak mau mencoba permen kapas ini? Hmm.. Mashita!” Aku menggodanya
dengan sengaja memakan permen kapas itu didepan wajah Kyuhyun sambil
berdecak-decak, seakan permen kapas ini benar-benar enak, walaupun sebenarnya
rasanya memang enak.
“Shiro,
aku bukan anak kecil lagi.” Dia memalingkan wajahnya, seakan enggan tergoda
oleh tingkah lakuku. Ekspresi wajahnya membuatku ingin tertawa terbahak-bahak.
Aku tahu dia hanya sedang menjaga gengsinya.
“Ya
sudah.” Aku kembali memakan permen kapas didepan wajahnya. Kulihat sesekali
Kyuhyun melirikku sambil menelan ludah. Ya Tuhan! Aku suka sekali membuatnya
menderitaa seperti itu, hahaha.
Kami
berjalan melewati sebuah kedai bermain lempar bola. Di depan kedai itu
terpampang sebuah boneka Teddy bear besar berwarna coklat sebagai hadiah bagi
siapapun yang mampu meruntuhkan sususan kaleng dengan sebuah bola.
“Aigo!
Lucu sekali bonekanya.” Pekikku.
“Boneka
kumal itu kau bilang lucu? Masih lebih lucu wajahku.” Tanpa mendengarkan
ucapannya aku menarik lengan jaket Kyuhyun menuju kedai itu.
“Welcome
Mr. and Mrs…?” Tanya laki-laki tua penjaga kedai itu.
“Mr.Cho.”
Jawab Kyuhyun.
“Ah,
Welcome Mr. and Mrs. Cho, do you wanna try it to get the teddy bear?” Tanya
kakek itu lagi.
“Yes!”
Aku menyerahkan uang 2 euro kepada kakek itu dan dia memberiku 3 buah bola
tenis berwarna putih. Aku sudah mengambil sebuah bola ketika Kyuhyun mengambil
bola dari tanganku dan mendorongku ke samping.
“Minggir,
biarkan ahli game yang menyelesaikannya.” Ucapnya.
“Mwo?
Ahli game?”
“Sudah
berapa kali kau ku kalahkan dalam bermain game?”
“Tapi..”
Belum selesai aku bicara, Kyuhyun sudah mencomot sedikit permen kapas dari
tanganku dan memasukannya ke dalam mulutku. Aku membelalakan mataku dengan
marah dan memukul bahunya dengan kesal.
“Diam
lah Hyemin, aku butuh konsentrasi!” Aku melipat tangaku dengan kesal.
“Baiklah
tuan sok jago, silahkan selesaikan game anda.”
Kyuhyun
memicingkan matanya dan mengambil ancang-ancang untuk melempar.
Buukk!!
Bola
pertama meleset 10 sentimeter ke kiri dari tumpukan kaleng dan menghantam
dinding hitam di belakangnya.
“Ouch,,
you have two ball again Mr.Cho.” Kata kakek penjaga kedai sembari tersenyum
memberi semangat.
“Waw..
lemparan yang bagus tuan jago game yang handal.” Aku tersenyum mengejek sambil
bertepuk tangan. Kyuhyun menatapku dengan keki. Dia lalu mengambil sebuah bola
lagi dan mulai melempar.
Buukk!
Kali
ini bola melambung terlalu tinggi sehingga jatuh dibelakang tumpukan kaleng
yang mengkilat itu. Kyuhyun mengerang marah, dia menghentakan kakinya dengan
kesal.
“Masih
ada satu bola lagi.” Katanya sambil menunjukan bola terakhir padaku. Aku hanya
tersenyum mengejek.
“Come
on Mr. Cho, you can do that!” Si Kakek masih saja menyemangati Kyuhyun yang
tampak sudah frustasi. Aku tahu harga dirinya sudah dia hancurkan sendiri
didepanku.
Buuk!!
Bola
melenceng ke kanan. Nyaris saja menghantam tumpukan kaleng, hanya kurang 5 mili
lagi. Kyuhyun berteriak frustasi sambil menutup wajahnya. Aku hanya tertawa
terbahak-bahak melihatnya.
“Hahaha,
3 lemparan home run dari tuan ahli game.” Aku menepuk bahunya pelan dan
berjalan pergi. Dasar tukang pamer, pria sombong, rasakan itu! Batinku dengan
senang.
Aku
duduk disebuah kursi kayu di dekat bianglala besar sambil menghabiskan permen
kapasku. Aku menggoyangkan kakiku menikmati musik yang terdengar dari pengeras
suara yang terpasang disekitar arena taman bermain itu dan juga angin pantai
yang berhenbus segar.
Kutatap
anak-anak yang berteriak-teriak kesenangan menaiki bianglala. Aku selalu suka
anak kecil, wajah polos mereka bagaikan malaikat yang suci dan bersinar.
Perhatianku tersita pada seorang anak perempuan berambut pirang ikal yang
sedang memegang boneka teddy bear coklat yang sama persis dengan yang aku ingin
kan tadi. Melihatnya aku menjadi ingat pada Kyuhyun. Dasar pria bodoh! Kalau
saja dia tidak sombong seperti tadi, pasti boneka itu sudah ada ditanganku.
Tiba-tiba
kurasakan sebuah usapan lembut di pipiku dari sebuah tangan lembut berbulu,
berbulu? Dengan kaget aku menoleh ke belakang, dan kulihat boneka teddy bear
coklat sudah berdiri dibelakangku, tanganya melambai kepadaku.
“Hai
Hyemin, aku datang.” Wajah Kyuhyun muncul dari balik kepala teddy bear itu.
“Kyuhyun,
kau? Teddy bear itu? Bagaimana bisa?” Tanyaku tergagap. Dia duduk disebelahku
dan meletakan boneka itu di pangkuanku.
“Sudah
berapa kali kubilang, aku lah pemain game yang paling handal.” Dia tertawa
senang, seakan harga dirinya sudah bisa dia raih kembali. Aku hanya bisa
memeluk boneka itu dengan senang.
“Gomawo-yo.”
Ucapku.
“Cheonmaneyo.”
Dia mengacak rambutku dengan keras sambil tersenyum.
“Kajja,
kita pergi.”
“Kau
tidak ingin naik beberapa wahana?” Aku menggeleng.
“Aku
hanya ingin berjalan-jalan saja. Eh lihat itu, ada mesin hadiah, ayo kita
kesana.”
Aku
dan Kyuhyun berjalan menuju mesin hadiah yang ada disudut taman bermain. Tidak
ada orang yang sedang memainkannya. Aku serahkan boneka yang sedang aku peluk
kepada Kyuhyun. Lalu kuambil koin 10 sent dan memasukannya ke dalam lubang
mesin. Segera terdengar suara musik saat koin itu berhasil masuk.
Dengan
konsentrasi penuh aku mengarahkan penjepit ke sebuah gantungan kunci dengan
maskot taman bermain itu sebagai hiasannya di sudut mesin. Penjepit itu sudah
berhasil menangkapnya, dan sedang membawanya ke lubang keluar. Aku mengepalkan
tanganku, tegang menunggu.
Bluk!
Tepat ditengah jalan, gantungan kunci itu jatuh.
“Aahhh!”
Teriakku kesal.
Kucoba
sekali lagi, tetapi sama saja. Dua senti dari lubang gantungan kunci itu
kembali jatuh. Dengan kesal ku pukul mesin hadiah itu.
“Aah!!
Menyebalkan!”
“Biarkan
aku yang mencoba.” Kyuhyun menyerahkan kembali teddy bear ke pelukanku dan dia
memasukan koin ke dalam mesin.
Aku
menatap penjepit yang bergerak perlahan dengan tegang. Kyuhyun sudah berhasil
mengambil gantungan kunci berwarna merah jambu yang aku incar, sekarang tinggal
berharap keajaiban penjepit itu tidak akan menjatuhkannya di tengah jalan.
“Aah!
Jatuh! Ayo Kyuhyun coba lagi.” Teriakku menyemangatinya.
“Ayo,
ayo, ayo,, jangan jatuh, jangan jatuh, jangan jatuh.” Ucapku dengan Kyuhyun
bersama. Tanpa sadar tanganku sudah menggenggam tangan Kyuhyun dengan erat
saking tegangnya.
“Kyaaa!
Berhasil!” Teriakku saat gantungan itu dengan sempurna meluncur keluar dari
mesin.
“Ayo
Kyuhyun, ambil lagi untukmu sendiri.”
Kyuhyun
kembali berkonsentrasi pada mesin hadiah, dia mengincar gantungan kunci dengan
warna biru yang terletak tidak jauh dari lubang keluar. Hanya perlu dua kali
kegagaln, gantungan kunci itu sudah berhasil dia dapatkan. Kami berteriak
bersama dan saling berhigh wave.
“Ayo
kita pasang ditas kita masing-masing.” Kataku.
“Ne.”
Kami memasang gantungan kunci itu ke tas kami masing-masing. Aku tidak berhenti
tersenyum senang hari ini.
***
Kami
berjalan keluar dari taman bermain dan berjalan menuju sebuah danau yang sangat
terkenal di pulau Mykonos. Dari informasi yang kami dapatkan tadi danau itu
bisa mengabulkan permintaan apapun.
Danau
itu berada tidak jauh dari taman bermain. Kami hanya perlu berjalan sekitar
sepuluh menit dan danau berwarna biru jernih itu sudah terhampar di depan kami.
Orang-orang
memenuhi pinggir danau, membentuk kerumunan-kerumunan yang saling berceloteh
dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Beberapa tour guide tampak sedan
gmenjelaskan kepada mereka tentang danau itu.
Kyuhyun
sempat bertanya kepada seorang tour guide tentang danau itu. Menurut tour guide
kami, kami harus melemparkan koin ke dalam danau, dan beberapa pemuda setempat
akan terjun kedalam danau untuk mencari koin kami. Jika koin kami berhasi
ditemukan, maka permintaan kami akan terkabul, jika tidak, berarti harapan kami
akan sulit menjadi nyata.
“Kau
mau membuat permintaan?” Tanyaku pada Kyuhyun.
“Shiro,
aku tidak percaya pada hal-hal seperti ini. Danau permintaan hanya dongeng
belaka, kalau kau mau keinginanmu tercapai harus ada usaha dari dalam dirimu.”
Katanya menasehatiku.
“Kalau
begitu aku saja yang akan membuat permintaan.”
Aku
masuk ke dalam antrian orang-orang yang ingin melemparkan koinnya kedalam air.
Aku memasukan tanganku ke dalam kantong celana, tetapi tidak kutemukan satupun
koin disana.
“Sial!
Pasti habis di mesin hadiah tadi.” Keluhku.
“Pakai
punyaku saja.”
Kyuhyun
menyerahkan sebuah koin berwarna perak ke tanganku. Kupandangi wajahnya dengan
heran, bukannya tadi dia tidak ingin membuat permintaan, kenapa dia bisa ada
disini.
“Aku
hanya ingin menemanimu, dan melihat apa permintaanmu akan terkabul.” Ucapnya
seakaan dia bisa membaca hatiku. Aku mengangkat bahuku, dan kembali memandangi
air danau yang berkelap-kelip tertimpa sinar matahari.
Giliranku
sekarang. Aku menutup mataku sambil menggenggam erat koin pemberian dari
Kyuhyun.
Aku ingin memiliki seseorang yang bisa
menemaniku dan menyembuhkan rasa sakitku ini. Aku mohon, aku tidak ingin
terlalu lama menanggung sakitnya hati. Harapku dalam hati.
Sejenak aku mencium koin itu lalu melemparkannya ke dalam air. Beberapa pemuda
segera melemparkan diri kedalam air, dan mulai menyelam mencari koin milikku.
Lama
aku menunggu, tetapi tidak ada seorangpun yang kembali ke daratan. Setelah
waktu yang kurasa sangat lama, seorang pemuda muncul ke permukaan dengan wajah
sedih dan berkata bahwa dia tidak bisa menemukan koinku. Beberapa wisatawan
dibelakangku mengeluh dan ada yang menepuk bahuku memberiku semangat.
“Sudah
kubilangkan, itu semua hanya dongeng. Kalau kau ingin permintaanmu terkabul,
kau harus berusaha.” Ucap Kyuhyun.
Kenapa permintaanku tidak terkabul?
Apakah aku tidak pantas bahagia? Apakah aku harus terus seperti ini seumur
hidupku?
Tanpa
terasa setetes air mata mengalir di pipiku.
“Hyemin-ah,
gwenchana?” Kyuhyun merangkul bahuku seperti berusaha menghiburku.
“Kajja,
kita kembali ke bandara.” Aku menepis tangannya yang ada di bahuku, dan
berjalan meninggalkannya.
Aku
berjalan sendiri dalam perih. Aku tidak menyangka bahwa permintaanku tidak akan
pernah terkabul. Aku hanya ingin kebahagiaan, apakah itu salah? Apakah yang
pantas untukku hanya penderitaan? Air mata terus menetes mengaliri pipiku.
Belum lama aku berjalan, dari belakangku terdengar teriakan histeris wisatawan
yang lain. Aku menoleh kepada mereka, dan mataku langsung tertuju pada tas,
jaket dan sepatu Kyuhyun yang tergeletak di pinggir danau, mungkinkah dia..?
Aku
bergegas berlari kembali ke pinggir danau dan bertanya pada seorang wisatawan
yang berdiri di pinggir danau sambil mentap ke dalam danau dengan cemas.
“Did
he jump?” Tanyaku.
“Yes.”
Jawab wisatawan itu.
“Stupid
boy!” Rutukku.
“Kyuhyun!
cepat naik! Apa kau mendengarku? Kumohon hentikan Kyuhyun!” Teriakku.
Hatiku
berdetak kencang. Aku takut dia tenggelam, aku takut dia mati. Aku tak tahu
apakah dia bisa berenang atau tidak, tetapi sungguh aku takut terjadi sesuatu
padanya. Ketakutanku semakin menjadi saat lebih dari 2 menit kemdian dia tidak
segera muncul di permukaan.
“Oh,
someone help him please.” Ratapku sambil menatap beberapa orang disitu.
Tiba-tiba
sebuah tangan yang menggenggam sebuah koin muncul dipermukaan, diikuti dengan
kepala Kyuhyun sepersekian detik kemudian.
“Bodoh!
Kau tahu, kau adalah pria paling bodoh yang pernah aku temui!” Makiku padanya.
Dia berenang menuju tepi sambil tersenyum senang.
“Lihat,
aku mendapatkan koinmu, permintaanmu akan terkabul.” Aku menatapnya dengan
kesal. Dia melemparkan sedikit air padaku.
“Yak!
Jangan menatapku seperti itu, sedikit berterima kasihlah padaku. Kau tahu
kenapa mereka tidak bisa menemukan koinmu?” Aku menggeleng lemah. Antara syok
atas kelakuannya bercampur dengan kelegaan bahwa dia baik-baik saja.
“Mereka
bodoh, mereka hanya mencari koin euro, padahal yang kau lempar adalah koin won,
koin korea. Lihat, yang aku berikan padamu tadi adalah koin won.” Dia
menyerahkan koin ke tanganku, dan membuatku sedikit tersenyum.
“Ayo
naik, dan kita pulang ke bandara.” Kuulurkan tangaku dan membantunya naik ke
daratan. Dia menggigil kedinginan, dan langsung memakai jaketnya. Ku bantu dia
membawakan tasnya. Beberapa wisatawan bertepuk tangan atas keberanian Kyuhyun,
bahkan ada seorang ahjuma gemuk yang menyalami Kyuhyun dan bahkan mencium
pipinya.
“You
are so romantic and gentle.” Kyuhyun hanya tersenyum senang, wajahnya sudah
semerah buah apel.
“Kenapa
kau terjun kedalam?” Tanyaku pada Kyuhyun.
“Aku
hanya ingin membuatmu senang, aku benci melihat wanita menangis.” Ucapnya
sambil lalu. Dia berjalan pergi mendahuluiku yang masih tercengang atas
jawabannya.
Sejenak
aku kembali teringat pada permintaanku, aku
ingin memiliki seseorang yang bisa menemaniku dan menyembuhkan rasa sakitku
ini. Aku mohon, aku tidak ingin terlalu lama menanggung sakitnya hati.
Mungkinkah.. mungkinkah dia orangnya? Mungkinkah orang itu Kyuhyun?
“Your
husband is very romantic.” Ahjuma gemuk yang tadi mencium pipi Kyuhyun
mendekatiku dan menepuk bahuku sambil tersenyum. Aku hanya membalas ucapannya dengan
senyuman.
“Hyemin-ah,
palli!” Kyuhyun berteriak memanggilku.
“Ne.”
Berbagai
pikiran berkecamuk di dalam pikiranku. Jika danau itu betul-betul bisa
mengabulkan permintaan, mungkinkah jika Kyuhyun orangnya?
***
Kami
kembali ke bandara yang masih di penuhi oleh para penumpang. Kami segera
berjalan menuju loket maskapai penerbangan kami. Gadis yang sama seperti tadi
pagi yang menyambut.
“Bagaimana?
Kapan kami bisa terbang?” Tanya Kyuhyun. wajahnya sudah kembali seseram tadi.
“I’m
sorry sir, penerbangan baru bisa dilanjutkan besok pagi.” Ucap sang
resepsionis.
“Mwo?”
Pekikku dan Kyuhyun bersamaan.
Aku
mengusap wajahku dengan kesal, dan berjalan menuju ruang tunggu. Kualihkan
pandanganku pada televisi yang ada di ruang tunggu yang sedang menayangkan
sebuah pertandingan sepak bola. Kyuhyun menyusul duduk disebelahku dengan mulut
masih meracau kesal. Berbagai umpatan dia keluarkan.
“Apa
yang sekarang akan kita lakukan? Menginap disini?” Tanyaku padanya.
“Entahlah,
mungkin… tunggu dulu! Football?” Pandangannya tertuju pada layar televisi,
dahinya sedikit berkerut. Sedetik kemudian dia sudah mengeluarkan ponselnya dan
terlihat sibuk mencari info.
“Hyemin-ah,
ayo kita ke London!” Ucapnya penuh semangat. Seulas senyum sudah terpasang di
wajahnya.
“Mwo?”
“Ayo
kita ke London, sedang ada Liga Inggris! Bagaimana bisa aku lupa! Ayo kita
melihat sepak bola!” Serunya sangat bersemangat, tangannya mengepal menggenggam
ponselnya.
“Mwo?”
Pekikku makin keras. Sepak bola? Liga Inggris? Aku tidak mengerti sama sekali
tentang semua itu.
“Kajja!”
Dia
menarik tanganku kembali menemui resepsionis tadi dan langsung membatalkan
penerbangan kami. Sebagai gantinya Kyuhyun meminta tiket penerbangan ke London
sesegera mungkin.
“Aku
sudah tidak sabar melihat pertandingan besok.” Serunya ketika kami sudah berada
di dalam pesawat. Aku hanya memutar bola mataku dengan, bosan dengan ucapannya
akan sepak bola.
“Kau
tahu, besok ada pertandingan Manchester City dan Swansea City di stadion Old
Traffod, aku harus menontonnya, dan kau harus menemaniku!”
“Hajiman,
Kyuhyun-ah, aku sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai sepak bola.”
“Kau
tidak perlu tahu, kau hanya perlu melihat. Aku benar-benar tidak sabar menunggu
besok.”
Kualihkan
pandanganku melihat deretan awan-awan yang bergulir disampingku. Pikiranku
kembali melayang pada danau permintaan tadi. Jantungku berdenyut abnormal saat
mengingatnya. mungkinkah ada kebetulan seperti ini?
***
Old
Traffod dipenuhi dengan orang-orang beratribut merah baik dari kaos maupun
sampai wajah mereka yang di warnai merah. Bahkan tidak hanya didepan
gerbangnya, dari stasiun metropun sudah dipenuhi oleh para pendukung setan
merah. Aku tersenyum melihat arak-arakan pendukung Manchester United
berteriak-teriak menyanyikan yel mereka. Kyuhyun yang memakai kaos merah,
berdiir disebelahku ikut berteriak-teriak seperti mereka. Senyum tidak
henti-hentinya merekah di wajahnya.
Kyuhyun
membawaku duduk di deretan para pendukung Manchester United. Stadion dipenuhi
dengan warna merah dimana-mana, hanya sedikit pendukung Swansea city yang
terlihat bergerombol di bangku seberang kami.
Teriakan
semakin ramai membahana saat satu-persatu para pemain memasuki lapangan hijau.
Bahkan Kyuhyun sampai berdiri sambil berteriak-teriak histeris.
“Rooney!
Rooney! Rooney!” Teriak Kyuhyun.
Siapa
itu Rooney? Atau mungkin lebih tepatnya yang mana itu Rooney akupun tak tahu.
Ya ampun, aku benar-benar payah dalam soal sepak bola seperti ini.
Pertandingan
dimulai dengan bola berada di bawah kekuasaan Manchester. Setiap orang berteriak
setiap kali bola bergulir, berpindah dari satu penguasa ke penguasa lain.
Kulihat Kyuhyun sampai mengepalkan tangannya, dan pandangannya pun tidak pernah
lepas dari rumput hijau yang membentang di hadapan kami. Aku tidak bisa
mengenali setiap pemain yang bergerak cepat didepanku, yang bisa kulihat hanya
kelebatan warna merah dan putih warna kaos para pemain.
“Bola
berada di bawah kekuasaan Smalling, ada Sinclair yang membayanginya, ohh Giggs
memberi isyarat, akankah Smalling akan mengoperkan bolanya? Sinclair terus
membayangi berusaha merebut bola. Smalling akan mengoper kepada Giggs, oh
tidak! Hanya tipuan ternyata! Bola bergulir di kaki Park, Park oper kepada
Rooney, ya control bola yang bagus dari Rooney. Graham berhasil di lewatinya
dengan mudah. Michel Vorm sudah bersiap di depan gawang, Rooney menembak dan..
aaaahh!! Meleset!” Suara Komentator pertandingan menggema disetiap sudut
stadion itu diiringi gemuruh kekecewaan dari para pendukung Manchester.
“Ahh!!
Bodoh! Kenapa kau bawa sendiir!! Ada si Evra dibelakang! Kenapa tidak kau
lempar ke dia! Dasar Bodoh!” Teriak Kyuhyun. aku hanya tertawa melihatnya
terlihat sangat marah seperti itu.
Kembali
terdengar suara komentator. Aku hanya bisa mengikuti pertandingan dari suara
komentator itu, karena ketika aku melihat ke bawah, ke araha lapangan hijau,
aku bingung, aku tidak mengerti apa yang terjadi, yang aku tahu hanya bola yang
berpindah-pindah dari satu kaki ke kaki yang lain.
“Bola
bergulir dengan baik di bawah kaki Rangel, Rangel oper ke Briton, kembali ke
Rangel, oh tidak! Evra berhasil merebut bola, Evra ke Rooney, Rooney ke Park,
Park ke.. oooohhh… Siclair merebut bola! Bola sekarang berada di kekuasaan
Swansea.”
“Ahhh!
Kenapa permainan kalian jelek begini!” Kyuhyun menghentak-hentakan kakinya
dengan marah. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya tampak memutih.
“Sinclair
oper ke Rangel, Rangel kepada Britton, dan Britton mengembalikannya kepada
Sinclair. Sinclair bersiap berhadapan dengan De Gea, kipper muda yang sangat
berbakat, tahun lalu masih belum sering terjun ke lapangan. De Gea, maju dan..
Bravo!! Tangkapan yang bagus dari De Gea!” Seluruh pendukung Manchester
bersorak senang. Entah kenapa semakin lama melihat pertandingan ini, aku
seperti ikut terhanyut dengan suasana teganggnya. Tanpa terasa aku sempat
menahan nafas saat Sinclair sudah berada di depan gawang.
“Rooney
menguasai bola, oper kepada Giggs, Graham membayangi dan ohhh… Pelanggaran di
kotak penalti! Apakah wasit akan memberikan penalti kepada Manchester? Ya!
Tendangan penalty untuk Manchester! Siapakah yang akan mengeksekusinya?”
“Rooney!
Rooney! Rooney!” Teriak Kyuhyun sambil menggerakan kepalan tangannya dengan
semangat. Tiba-tiba dia menyambar tanganku dan menyuruhku mengikuti gerakannya.
“Ayo
kau juga.” Dengan terpaksa aku ikut mengangkat tanganku dan mulai ikut
berteriak seperti dia.
“Rooney!
Rooney! Rooney!”
“Rooney
bersiap mengeksekusi bola, pemain Manchester yang selalu bersinar di setiap
laga ini memang andalan Manchester dalam setiap kejuaraan. Rooney akan
berhadapan dengan Michel Vorm, yang menurut beberapa pendapat adalah kipper
terbaik yang pernah dimiliki Swansea city. Rooney bersiap dan…”
“Gooooooooolll!!”
Teriak Kyuhyun di ikuti teriakan pendukung Manchester yang lain. Dian melompat
girang dan… memelukku!
Kyuhyun
memelukku sangat erat sambil terus berteriak-teriak kegirangan. Dadaku berdegup
kencang saat berada dalam dekapannya. Tanganku menelusup ke balik tubuhnya dan
membelai punggungnya yang hangat. Rasanya nyaman, sangat nyaman, dan membuatku
tidak ingin melepaskannya.
“Kau
lihat tadi Hyemin? Kau lihat? Gol yang sangat indah.” Ucapnya setelah
melepaskan pelukannya padaku. Sedikit rasa kecewa timbul saat dia melepaskan
pelukannya padaku.
Perhatian
Kyuhyun kembali teralihkan saat suara peluit berbunyi menandakan permainan
sudah dimulai kembali.
***
Pertandingan
sore itu ditutup dengan skor 2-0 bagi Manchester United. Seluruh pendukung
setan merah merayakan suka citanya dengan membuat pesta dijalanan. Gemuruh
teriakan dan juga musik yang gegap gempita menyelimuti jalanan di Manchester.
Beberapa
kali Kyuhyun berpelukan merayakan kemenangan dengan orang-orang yang memakai
atribut Manchester, saat kutanya apakah dia mengenalnya, dia berkata tidak. Aku
heran hanya karena sebuah bola, bisa mempersatukan orang-orang dengan latar
belakang berbeda, agama berbeda, bahkan ras dan negara yang berbeda.
Aku
hanya tersenyum melihat tingkah mereka, dan entah kenapa aku juga merasakan
kegembiraan yang sama, walaupun aku sama sekali tidak tahu apa itu offside, handball,
dan peraturan yang lain.
Kyuhyun
masih terus berceloteh tentang sepak bola sepanjang perjalan kami dari stasiun
metro Manchester sampai London. Bahkan sampai saat kami sudah berada di hotel.
“Ah,
aku senang sekali hari ini Hyemin!” Ucapnya saat dia mengantarku ke depan pintu
kamarku. Aku tersenyum mendengar ucapannya.
“Aku
juga senang, melihatmu senang seperti itu.”
“Baiklah,
selamat beristirahat, Jjaljayo.” Dia
membuka pintu kamar disebelahku dan masuk ke dalamnya, setelah sebelumnya
melambaikan tangannya padaku.
Aku
masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan diriku di atas tempat tidur. Kuambil
dompetku dan kukeluarkan koin yang ku gunakan untuk membuat permintaan di pulau
Mykonos.
Kuusap
koin berwarna silver itu, kembali mengingat semua kejadian itu. Mungkinkah
Kyuhyun orang yang akan menghilangkan segala rasa sakit hatiku ini? mungkinkah
dia orang yang Tuhan kirimkan untukku?
Kusambar
kamera yang tergeletak di atas meja disebelah tempat tidurku, kembali kubuka
foto-foto yang pernah kuambil bersama Kyuhyun. Fotoku dan dia saat berada di
peternakan dan perkebunan Ollivander, fotonya saat berada di depan gereja di
dekat Colloseum, foto kami saat berada di Venezia bersama ratusan merpati.
Aku
tersenyum melihat semua foto itu. Kubelai wajahku yang penuh senyum di dalam
layar kamera itu. Kyuhyun telah mengembalikan senyumku, senyum yang telah
beberapa lama hilang.
Aku
memeluk kameraku dengan senyum masih tersungging di wajah lalu kupejamkan
mataku berharap dapat bertemu dengannya dalam mimpi.
~TBC~
wuiiiiih romantis Kyu,
BalasHapus