Annyeong readers,,,, aku bawa FF baru nih, mungkin ceritanya beda dari ff aku yang lain, bahasanya juga mungkin sedikit beda, heheheh... but.. aku harap kalian tetap bisa menikmatinya,, happy reading...
PROLOG : IT’S
BEGIN WITH REVENGE
Type :
Multy-Chapter
Author :
Istrinya Kyuhyun
Cast :
Cho Kyuhyun as Ares / Cho Kyuhyun (7000 tahun kemudian)
Lee Hyemin as Arimes / Lee Hyemin (7000 tahun
kemudian)
Kim Jong Won as Hermes / Kim Jong Won (Saat
dibumi)
Dewi Hera
Leto
Dewa Zeus
Genre :
Romance, Angst, Fantasy, Myth
Rating :
All Ages
Olympus hills, 5036
SM
Zeus, dewa tertinggi diantara semua dewa yang
mendiami gunung Olympus tampak berjalan monda-mandir di depan sebuah pintu
berlapis emas dan bertahtahkan berlian. Raut wajahnya menegaskan sebuah
kegusaran yang amat sangat. Berkali-kali dia meremas jubah sutranya. Sebuah
jerit tangis terdengar dari balik pintu emas tersebut. Jerita yang memekakan
telinga dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Bahkan jeritan itu mampu
merobek langit dan menyebabkan badai dahsyat di bumi manusia.
“Bagaimana keadaan dewi Hera?” Tanya Poseidon tanpa
suara, tubuhnya yang berwarna biru berkilauan tertimpa cahaya lembut matahari.
“Entahlah, aku tak tahu Poseidon.” Jawab Zeus tanpa
membuka bibirnya sedikitpun, dia hanya memandang mata Poseidon, dan dia akan
tahu apa yang Zeus katakan. Begitulah cara para dewa saling berkomunikasi,
tidak ada komunikasi verbal, hanya saling menggunakan telepati mereka.
Jeritan kembali terderang dari balik pintu yang
membuat Zeus dan Poseidon tersentak.
Hera, permaisuri Zeus tengah berjuang untuk melahirkan anaknya. Setiap
kesakitan yang dirasakan Hera akan berubah menjadi badai di bumi. Setiap
jeritanya akan berubah menjadi suara petir yang menggelegar, dan setiap
tangisannya akan mendatangkan hujan lebat di bumi.
Hera menjerit menahan kesakitan yang dia rasakan
demi melahirkan anaknya. Tangannya menggapai ke udara seakan hendak
melampiaskan rasa sakitnya dengan merobek sesuatu. Para dayang yang berada
disampingnya hanya bisa menangis melihat penderitaan yang Hera rasakan tanpa
bisa berbuat apapun.
Setelah satu bulan menjalani penderitaan yang sangat
menyengsarakan itu, putra Hera dan Zeus lahir. Zeus sangat senang melihat putra
mungilnya yang berwarna keemasan dan berkilauan, dengan sebuah sayap mungil
berwarna putih bersih terlipat di balik punggungnya, tampak tergolek pulas di
dalam gendongannya. Rambutnya yang berwarna merah menandakan bahwa kelak dia
akan menjadi pria yang tegar nan kuat.
Dalam sebuah upacara besar Zeus menganugrahkan nama
Ares kepada bayi tampannya itu. Dia juga memberikan kekuatan mahadahsyat
kepadanya. Zeus memberikan kekuatan dan keberuntungan penuh kepada Ares dan
membuatnya menjadi calon dewa perang, walaupun dirinya baru saja dilahirkan.
***
4 Tahun kemudian,
5032 SM
Hera menatap dengki kepada sesosok wanita bergaun
perak yang sedang membawa seguci penuh air suci dari danau suci di puncak
gunung Olympus. Tubuh wanita itu tampak kurus, walaupun bagian perutnya sedikit
membuncit.
Dengan geram Hera meremas gaun emasnya untuk
meluapkan segala emosinya.
“Leto! Aku ingin berbicara kepadamu!” Tanpa membuka
mulutnya, dia mengirimkan telepati kepada Leto. Leto yang mendengar suara Hera didalam kepalanya menoleh ke belakang
dan seketika ketakutan melihat Hera telah berdiri dibelakangnya dengan tampang
yang sangat menakutkan.
“Hera?” Leto mengalihkan pandangan matanya berusaha
untuk berlari dari tatapn tajam nan murka Hera.
“Dengan siapa kau mengandung?” Tanya Hera, masih dengan
suara telepatinya. Matanya masih terpancang tajam kepada Leto yang tubuhnya
tampak menegang mendengar pertannyaannya. Kediaman Leto semakin membuat amarah
Hera memuncak.
“Jadi benar bayi di dalam perutmu itu anak Zeus
suamiku? Jawab aku Leto!” Kiriman telepati Hera kepada Leto yang penuh dengan
amarah, mampu membuat sakit kepala Leto. Kekuatan Hera yang jauh melebihinya
membuat tubuhnya melemas dan tidak berdaya. Dia hanya bisa mengangguk lemah,
merasa sudah tidak ada pilihan lain, selain berkata jujur.
“TERKUTUKLAH KAU LETO! BERANI-BERANINYA KAU
BERSELINGKUH DENGAN SUAMIKU! AKU BERSUMPAH KAU TAK AKAN BISA MELAHIRKAN BAYI
LAKNAT ITU DI DUNIA ATAS MAUPUN DUNIA BAWAH SELAMANYA!” Suara melengking Hera
terdengar hingga keseluruh penjuru gunung Olympus, dan membuat guntur
menggelegar di dunia bawah.
Kilatan cahaya keemasan menyelimuti tubuh Leto
menandakan kutukan yang diucapkan Hera sudah mengikat Leto. Sesaat kemudian
Zeus berlari secepat kilatan cahaya lalu memeluk Leto tepat di depan mata Hera.
Mata sapphire Hera seketika berubah semerah darah. Tampak kilatan api tergambar
di pupilnya. Kulit keemasan Hera pun berubah menjadi seputih salju, menandakan
betapa marahnya dia melihat perbuatan Zeus.
“Hera! Apa yang sudah kau lakukan?” Suara Zeus
menggelegar meraung memecahkan kesunyian langit dan berubah menjadi guntur yang
memekakan telinga manusia. Hera hanya menatap suaminya dengan penuh kebencian. Nafasnya
yang semula sehangat musim semi berubah menjadi sedingin salju, yang bisa
membekukan apapun yang terhembusinya.
“Kau keterlaluan Hera!”
“Aku? Aku yang keterlaluan? Kau yang keterlaluan! Sudah
berapa banyak anak yang kau miliki dari perempuan lain? Sudah berapa banyak? Aku
dewi pernikahan Zeus, tetapi kenapa aku sendiri tak bisa menyelamatkan
pernikahanku sendiri? KENAPA ZEUS?!” Kilatan api di dalam pupil Hera semakin
besar, kemurkaannya semakin membara. Didalam tubuhnya, ingin sekali dia menerjang
Zeus dan membunuh Leto, tetapi belum sempat dia melakukannya, tubuhnya telah
didekap oleh Hestia, Dewi perapian sekaligus saudara perempuan Zeus.
“Bawa Hera pergi Hestia, dan redamkan amarahnya.”
Hestia mengangguk mendengar perintah Zeus. Dengan bersusah payah, Hestia
menyeret Hera yang terus meronta pergi dari ladang milik Leto.
“Leto, apakah kau baik-baik saja?” Tanya Zeus dengan
lembut kepada Leto yang masih berada di dalam dekapannya. Leto hanya mengangguk
lemas. Kekuatan Hera yang sangat besar begitu mempengaruhi tubuhnya.
Zeus terus memeluk tubuh lemas Leto sambil
mengirimkan sebagaian energinya agar kekuatan Leto kembali pulih.
***
Setelah kejadian murkanya Hera kepada Leto, Zeus
merasa istana langit sudah tidak lagi aman untuk Leto. Dia sangat paham tipikal
Hera yang tidak akan berhenti bertindak, sebelum orang yang dia benci mengalami
penderitaan yang sangat bahkan lebih memilih untuk mati beribu kali, daripada
mendapatkan hukuman atas kemurkaan Hera.
Maka dari itu dia menciptakan sebuah pulau bernama
Ortigia. Pulau itu tidak berada di dunia manusia, maupun di dunia langit, agar
Leto bisa tinggal disana dan melahirkan anaknya sesuai dengan kutukan yang
telah diucapkan Hera.
Dua hari setelah Leto pergi ke pulau Ortigia, Hermes
muda melapor kepada ayahnya, bahwa Leto telah melahirkan seorang bayi
perempuan, dan sedang menunggu bayi kedua lahir. Zeus yang sangat mendengar
anaknya seorang perempuan segera pergi menuju Ortigia bersama Hermes.
Saat mereka tiba disana, Leto tampak sedang tertawa
bahagia sambil memeluk kedua bayinya yang sedang tertidur. Melihat kedatangan
Zeus dan Hermes, senyum diwajah Leto semakin mengembang. Dia menyerahkan anak
pertamanya yang berjenis kelamin perempuan kepada Zeus.
Zeus menimang anaknya dengan penuh kasih. Bayi itu
berwarna keperakan dengan kulit sehalus sutra. Matanya berwarna hijau zamrud
dan penuh dengan ketenangan. Wajahnya yang cantik menunjukan raut kelembutan
dan kasih sayang. Di balik punggungnya terlipat sepasang sayap perak yang
berkilauan seperti sinar bulan.
“Keberuntungan bulan akan selalu menaungimu nak,
karena itu kau akan kuberi nama Artemis.” Ucap Zeus lembut menggunakan
telepatinya. Setelah menciumi kedua belah pipi montok dan membuat bayi itu
menggeliat geli karena gesekan kumisnya, Zeus menyerahkan bayi Artemis kepada
Hermes. Hermes sangat senang melihat adik barunya. Dia menyentuh pipi montok
Artemis, dan tanpa diduga, tangan mungil Artemin menggapai jari Hermes dan
memeluknya. Sebuah perasaan hangat menyeruak di dalam hati Hermes, dan membuat
sayap putihnya semakin berkilauan.
Sementara itu Zeus telah menimang kembaran Artemis,
seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Kulit bayi itu berwarna coklat susu,
matanya sama seperti mata Artemis, berwarna hijau zamrud dan penuh pancaran
ketenangan. Sepasang sayap putih terlipat dibalik punggungnya. Sayap itu
memancarkan kilau bagaikan mutiara yang sangat indah.
“Apollo, aku akan memberimu nama Apollo. Dan oleh
karenanya, keberuntungan matahari akan menaungimu nak.”
Pelangi tercipta di pulau Ortigia. Burung-burung
berkicau menciptakan suasanan tenang yang semakin memanjakan kalbu setiap orang
yang berdiam di pulau itu. Senandung kebahagian mengalun perlahan dari harpa
suci dan membangkitkan rasa cinta kasih setiap yang mendengarnya.
Sementara itu di Istana Langit, Hera membanting kaca
sucinya hingga pecah berkeping-keping setelah menyaksikan kebahagian Leto dan
Zeus. Tubuhnya yang keemasan berubah kembali menjadi seputih salju. Bara api
dipupil matanya kembali membara seiring dengan desah nafasnya yang semakin
sedingin es, menciptakan suasana mengerikan di dalam istananya.
Tidak seperti didalam istana Hera, taman asri milik
para Moira tampak diliputi kebahagian dengan berita kelahiran putri dan putra
Zeus yang baru. Moira Klotho, dewi perajut nasib manusia, tampak sedang menenun
benang-benang kehidupan milik Artemis diiringi dengan dentingan harpa yang
dimainkan oleh Artropos, sang Moira pemutus benang kehidupan.
Atas perintah Dewa Langit Klotho merajut benang
kehidupan Artemis dengan dua benang kehidupan lain. Klotho tengah menggariskan
kehidupan tiga orang besar, dia sedang mencoba berjudi dengan garis yang tengah
dia buat sekarang. Garis yang paling penuh liku dari yang pernah dia buat. Garis
yang akan menebus semua dosa dan dendam para pendahulu, garis yang akan penuh
dengan tetasan air mata dan perjuangan dan garis yang akan dilalui oleh ketiga
dewa dewi yang dipenuhi cinta.
~TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar