Kamis, 28 Juni 2012

TALE OF GOD AND A HERO




 Annyeong readers,,,, aku bawa FF baru nih, mungkin ceritanya beda dari ff aku yang lain, bahasanya juga mungkin sedikit beda, heheheh... but.. aku harap kalian tetap bisa menikmatinya,, happy reading...


 PROLOG : IT’S BEGIN WITH REVENGE



Type           : Multy-Chapter
Author        : Istrinya Kyuhyun
Cast            : Cho Kyuhyun as Ares / Cho Kyuhyun (7000 tahun kemudian)
                     Lee Hyemin as Arimes / Lee Hyemin (7000 tahun kemudian)
                     Kim Jong Won as Hermes / Kim Jong Won (Saat dibumi)
                     Dewi Hera
                     Leto
                     Dewa Zeus
Genre         : Romance, Angst, Fantasy, Myth
Rating        : All Ages



Olympus hills, 5036 SM

Zeus, dewa tertinggi diantara semua dewa yang mendiami gunung Olympus tampak berjalan monda-mandir di depan sebuah pintu berlapis emas dan bertahtahkan berlian. Raut wajahnya menegaskan sebuah kegusaran yang amat sangat. Berkali-kali dia meremas jubah sutranya. Sebuah jerit tangis terdengar dari balik pintu emas tersebut. Jerita yang memekakan telinga dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Bahkan jeritan itu mampu merobek langit dan menyebabkan badai dahsyat di bumi manusia.


“Bagaimana keadaan dewi Hera?” Tanya Poseidon tanpa suara, tubuhnya yang berwarna biru berkilauan tertimpa cahaya lembut matahari.

“Entahlah, aku tak tahu Poseidon.” Jawab Zeus tanpa membuka bibirnya sedikitpun, dia hanya memandang mata Poseidon, dan dia akan tahu apa yang Zeus katakan. Begitulah cara para dewa saling berkomunikasi, tidak ada komunikasi verbal, hanya saling menggunakan telepati mereka.

Jeritan kembali terderang dari balik pintu yang membuat Zeus dan Poseidon tersentak.  Hera, permaisuri Zeus tengah berjuang untuk melahirkan anaknya. Setiap kesakitan yang dirasakan Hera akan berubah menjadi badai di bumi. Setiap jeritanya akan berubah menjadi suara petir yang menggelegar, dan setiap tangisannya akan mendatangkan hujan lebat di bumi.

Hera menjerit menahan kesakitan yang dia rasakan demi melahirkan anaknya. Tangannya menggapai ke udara seakan hendak melampiaskan rasa sakitnya dengan merobek sesuatu. Para dayang yang berada disampingnya hanya bisa menangis melihat penderitaan yang Hera rasakan tanpa bisa berbuat apapun.

Setelah satu bulan menjalani penderitaan yang sangat menyengsarakan itu, putra Hera dan Zeus lahir. Zeus sangat senang melihat putra mungilnya yang berwarna keemasan dan berkilauan, dengan sebuah sayap mungil berwarna putih bersih terlipat di balik punggungnya, tampak tergolek pulas di dalam gendongannya. Rambutnya yang berwarna merah menandakan bahwa kelak dia akan menjadi pria yang tegar nan kuat.

Dalam sebuah upacara besar Zeus menganugrahkan nama Ares kepada bayi tampannya itu. Dia juga memberikan kekuatan mahadahsyat kepadanya. Zeus memberikan kekuatan dan keberuntungan penuh kepada Ares dan membuatnya menjadi calon dewa perang, walaupun dirinya baru saja dilahirkan.

***
4 Tahun kemudian, 5032 SM

Hera menatap dengki kepada sesosok wanita bergaun perak yang sedang membawa seguci penuh air suci dari danau suci di puncak gunung Olympus. Tubuh wanita itu tampak kurus, walaupun bagian perutnya sedikit membuncit.

Dengan geram Hera meremas gaun emasnya untuk meluapkan segala emosinya.

“Leto! Aku ingin berbicara kepadamu!” Tanpa membuka mulutnya, dia mengirimkan telepati kepada Leto. Leto yang mendengar suara  Hera didalam kepalanya menoleh ke belakang dan seketika ketakutan melihat Hera telah berdiri dibelakangnya dengan tampang yang sangat menakutkan.

“Hera?” Leto mengalihkan pandangan matanya berusaha untuk berlari dari tatapn tajam nan murka Hera.

“Dengan siapa kau mengandung?” Tanya Hera, masih dengan suara telepatinya. Matanya masih terpancang tajam kepada Leto yang tubuhnya tampak menegang mendengar pertannyaannya. Kediaman Leto semakin membuat amarah Hera memuncak.

“Jadi benar bayi di dalam perutmu itu anak Zeus suamiku? Jawab aku Leto!” Kiriman telepati Hera kepada Leto yang penuh dengan amarah, mampu membuat sakit kepala Leto. Kekuatan Hera yang jauh melebihinya membuat tubuhnya melemas dan tidak berdaya. Dia hanya bisa mengangguk lemah, merasa sudah tidak ada pilihan lain, selain berkata jujur.

“TERKUTUKLAH KAU LETO! BERANI-BERANINYA KAU BERSELINGKUH DENGAN SUAMIKU! AKU BERSUMPAH KAU TAK AKAN BISA MELAHIRKAN BAYI LAKNAT ITU DI DUNIA ATAS MAUPUN DUNIA BAWAH SELAMANYA!” Suara melengking Hera terdengar hingga keseluruh penjuru gunung Olympus, dan membuat guntur menggelegar di dunia bawah.

Kilatan cahaya keemasan menyelimuti tubuh Leto menandakan kutukan yang diucapkan Hera sudah mengikat Leto. Sesaat kemudian Zeus berlari secepat kilatan cahaya lalu memeluk Leto tepat di depan mata Hera. Mata sapphire Hera seketika berubah semerah darah. Tampak kilatan api tergambar di pupilnya. Kulit keemasan Hera pun berubah menjadi seputih salju, menandakan betapa marahnya dia melihat perbuatan Zeus.

“Hera! Apa yang sudah kau lakukan?” Suara Zeus menggelegar meraung memecahkan kesunyian langit dan berubah menjadi guntur yang memekakan telinga manusia. Hera hanya menatap suaminya dengan penuh kebencian. Nafasnya yang semula sehangat musim semi berubah menjadi sedingin salju, yang bisa membekukan apapun yang terhembusinya.

“Kau keterlaluan Hera!”

“Aku? Aku yang keterlaluan? Kau yang keterlaluan! Sudah berapa banyak anak yang kau miliki dari perempuan lain? Sudah berapa banyak? Aku dewi pernikahan Zeus, tetapi kenapa aku sendiri tak bisa menyelamatkan pernikahanku sendiri? KENAPA ZEUS?!” Kilatan api di dalam pupil Hera semakin besar, kemurkaannya semakin membara. Didalam tubuhnya, ingin sekali dia menerjang Zeus dan membunuh Leto, tetapi belum sempat dia melakukannya, tubuhnya telah didekap oleh Hestia, Dewi perapian sekaligus saudara perempuan Zeus.

“Bawa Hera pergi Hestia, dan redamkan amarahnya.” Hestia mengangguk mendengar perintah Zeus. Dengan bersusah payah, Hestia menyeret Hera yang terus meronta pergi dari ladang milik Leto.

“Leto, apakah kau baik-baik saja?” Tanya Zeus dengan lembut kepada Leto yang masih berada di dalam dekapannya. Leto hanya mengangguk lemas. Kekuatan Hera yang sangat besar begitu mempengaruhi tubuhnya.

Zeus terus memeluk tubuh lemas Leto sambil mengirimkan sebagaian energinya agar kekuatan Leto kembali pulih.

***
Setelah kejadian murkanya Hera kepada Leto, Zeus merasa istana langit sudah tidak lagi aman untuk Leto. Dia sangat paham tipikal Hera yang tidak akan berhenti bertindak, sebelum orang yang dia benci mengalami penderitaan yang sangat bahkan lebih memilih untuk mati beribu kali, daripada mendapatkan hukuman atas kemurkaan Hera.

Maka dari itu dia menciptakan sebuah pulau bernama Ortigia. Pulau itu tidak berada di dunia manusia, maupun di dunia langit, agar Leto bisa tinggal disana dan melahirkan anaknya sesuai dengan kutukan yang telah diucapkan Hera.

Dua hari setelah Leto pergi ke pulau Ortigia, Hermes muda melapor kepada ayahnya, bahwa Leto telah melahirkan seorang bayi perempuan, dan sedang menunggu bayi kedua lahir. Zeus yang sangat mendengar anaknya seorang perempuan segera pergi menuju Ortigia bersama Hermes.

Saat mereka tiba disana, Leto tampak sedang tertawa bahagia sambil memeluk kedua bayinya yang sedang tertidur. Melihat kedatangan Zeus dan Hermes, senyum diwajah Leto semakin mengembang. Dia menyerahkan anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan kepada Zeus.

Zeus menimang anaknya dengan penuh kasih. Bayi itu berwarna keperakan dengan kulit sehalus sutra. Matanya berwarna hijau zamrud dan penuh dengan ketenangan. Wajahnya yang cantik menunjukan raut kelembutan dan kasih sayang. Di balik punggungnya terlipat sepasang sayap perak yang berkilauan seperti sinar bulan.

“Keberuntungan bulan akan selalu menaungimu nak, karena itu kau akan kuberi nama Artemis.” Ucap Zeus lembut menggunakan telepatinya. Setelah menciumi kedua belah pipi montok dan membuat bayi itu menggeliat geli karena gesekan kumisnya, Zeus menyerahkan bayi Artemis kepada Hermes. Hermes sangat senang melihat adik barunya. Dia menyentuh pipi montok Artemis, dan tanpa diduga, tangan mungil Artemin menggapai jari Hermes dan memeluknya. Sebuah perasaan hangat menyeruak di dalam hati Hermes, dan membuat sayap putihnya semakin berkilauan.

Sementara itu Zeus telah menimang kembaran Artemis, seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Kulit bayi itu berwarna coklat susu, matanya sama seperti mata Artemis, berwarna hijau zamrud dan penuh pancaran ketenangan. Sepasang sayap putih terlipat dibalik punggungnya. Sayap itu memancarkan kilau bagaikan mutiara yang sangat indah.

“Apollo, aku akan memberimu nama Apollo. Dan oleh karenanya, keberuntungan matahari akan menaungimu nak.”

Pelangi tercipta di pulau Ortigia. Burung-burung berkicau menciptakan suasanan tenang yang semakin memanjakan kalbu setiap orang yang berdiam di pulau itu. Senandung kebahagian mengalun perlahan dari harpa suci dan membangkitkan rasa cinta kasih setiap yang mendengarnya.

Sementara itu di Istana Langit, Hera membanting kaca sucinya hingga pecah berkeping-keping setelah menyaksikan kebahagian Leto dan Zeus. Tubuhnya yang keemasan berubah kembali menjadi seputih salju. Bara api dipupil matanya kembali membara seiring dengan desah nafasnya yang semakin sedingin es, menciptakan suasana mengerikan di dalam istananya.

Tidak seperti didalam istana Hera, taman asri milik para Moira tampak diliputi kebahagian dengan berita kelahiran putri dan putra Zeus yang baru. Moira Klotho, dewi perajut nasib manusia, tampak sedang menenun benang-benang kehidupan milik Artemis diiringi dengan dentingan harpa yang dimainkan oleh Artropos, sang Moira pemutus benang kehidupan.

Atas perintah Dewa Langit Klotho merajut benang kehidupan Artemis dengan dua benang kehidupan lain. Klotho tengah menggariskan kehidupan tiga orang besar, dia sedang mencoba berjudi dengan garis yang tengah dia buat sekarang. Garis yang paling penuh liku dari yang pernah dia buat. Garis yang akan menebus semua dosa dan dendam para pendahulu, garis yang akan penuh dengan tetasan air mata dan perjuangan dan garis yang akan dilalui oleh ketiga dewa dewi yang dipenuhi cinta.

~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar