Senin, 27 Agustus 2012

I WISH NEVER MEET YOU - ENDING


 Akhirnya... akhirnyaa.. akhirnya.. cerita ini sampai pada endingnya, setelah 8 bulan, hehehehe... Terima kasih untuk semua yang setia dengan FF aku yang sangat nggak jelas ini, hehehe, sampai sering nanyain di FB aku, hehehehe *bow, kisseu*, Selamat membaca semuanya ^^



 
Type                    : Multi-chapter
Author                 : Istrinya Kyuhyun
Main Cast            : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin
Rating                   : All Ages
Theme                   : Romance


Review last chapter

Kuambil pula kamera miliknya, yang tergeletak di samping patung itu. Kamera itu tampak mati, sehingga harus aku nyalakan terlebih dahulu. Hatiku mencelos saat kubuka file fotonya di dalam kamera itu. Ada banyak sekali foto seorang wanita. Dari latar fotonya bisa kutebak, foto ini diambil di Eropa. Tetapi… bukankah wanita itu Hyemin? Hyemin yang tadi diperkenalkan di pesta? Dan.. Tunggu.. wajah ini.. wajah ini juga yang ada di patung kaca itu!

Kuambil patung kaca itu dan mengamatinya dengan lebih seksama. Betul! Wanita ini Hyemin! Kubalikan patung itu dan kulihat sebuah tulisan terukir di dasarnya, Hangeul bertuliskan Lee Hyemin. Tetapi bagaimana bisa? Apakah mereka bertemu di Eropa? Apakah mereka bersama selama ini? Tetapi kenapa mereka seakan tidak saling kenal saat di pesta? Kenapa? Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?

Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam hati dan pikiranku. Perasaanku mendadak menjadi tak menentu, sesuatu telah terjadi tanpa sepengetahuanku.


***
Hyemin’s pov

Sudah satu minggu sejak pertanyaan cinta Kyuhyun padaku malam itu, dan tak pernah sekalipun lagi aku bertemu dengannya. Hari pernikahan Kyuhyun tinggal satu minggu lagi. Undangannya telah sampai di tangan ayahku. Eomma berkali-kali bercerita tentang bagaiman indahnya undangan yang sama sekali tak ingin aku lihat itu.

Kini setiap hari aku selalu mencoret setiap hari yang telah berlalu sebagai pengingat akan waktu yang tersisa untukku mengenang Kyuhyun.

***

H-7

Kutelusuri rak demi rak pakaian yang ada di butik ini dengan tidak bersemangat. Sebuah mini dress bewarna cokelat sempat mencuri perhatianku, tetapi nafsu berbelanjaku sedang menghilang, sehingga hanya kuamati saja dress itu lalu kukembalikan ke tempatnya.

Kuhembuskan nafas dengan lemas, bingung apalagi yang harus kulakukan sekarang. Aku bosan dirumah sementara Eomma terus saja berkicau tentang pernikahan Kyuhyun, berulang kali dia berkata betapa beruntungnya Cho Hanna, ibu Kyuhyun sekaligus temannya. Tetapi ketika aku sudah keluar dari rumah dan berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan seperti ini, aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku sedang tidak ingin berbelanja, tetapi jika hanya melihat-lihat saja tentu akan sangat membosankan.

“Hyemin? Lee Hyemin kan?” Panggilan seseorang di belakangku membuatku menoleh dari arah tumpukan baju di rak.

Ah, Ahra eonni.” Kenapa aku harus selalu bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dekat dengan Kyuhyun? Sepertinya dunia ini memang sangat sempit.

“Sedang apa disini? Ah belanja tentu saja, tak harus kutanya.” Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang bertanya padaku, lalu sedetik kemudian dia jawab sendiri.

Eonni sendiri?”

“Aku sedang mencari beberapa accesoris untuk pesta pernikahan Kyuhyun. Aku juga belum membelikan hadiah pernikahan untuk mereka.” Ah, tentu saja, dia kesini pasti ada hubungannya dengan pernikahan Kyuhyun, harusnya tak perlu kutanya.

“Bagaimana jika kau saja yang menemaniku belanja Hyemin-ah.” Aku tercekat mendengar pemintaannya. Membeli hadiah pernikahan untuk Kyuhyun? Yang benar saja! Hatiku saja masih perlu untuk dibenahi, masa aku harus membelikan hadiah untuk orang yang sudah memporak-porandakanya. Tetapi tatapan memelas Ahra eonni membuatku iba.

Ne eonni, kajja. Pertama kemana kita pergi?” Sungguh aku tak tahu apa yang diinginkan otakku, hingga bisa dengan mudah menerima ajakan Ahra eonni.

Ahra eonni mengajakku memasuki sebuah toko perhiasan, disana dia sibuk memilih anting dan gelang baru. Dia bilang beberapa hari yang lalu kekasihnya memberikan kalung untuknya, sehingga saat ini dia butuh pasangannya.

Dia sempat memuji seleraku yang bagus dalam membeli perhiasan. Walaupun sebenarnya aku merasa biasa saja. Aku bahkan sebenarnya tidak terlalu tertarik akan barang-barang seperti itu. Aku hanya asal saja memilihkan untuknya.

Setelah hampir dua jam kami menghabiskan waktu untuk memilih perhiasan. Dia mengajakku mencari hadiah pernikahan untuk Kyuhyun. Kali ini aku hanya banyak terdiam, aku tak tahu hadiah seperti apa yang harus di berikan untuk Kyuhyun. Ahra eonni menyeretku menuju sebuah butik, dia bilang ingin memberikan sepasang baju tidur. Tetapi langkahku terhenti disebuah toko yang menawarkan jasa bulan madu. Kuambil sebuah selebaran yang disediakan di depan toko. Bulan madu romantis di Bora-bora, French Pelonesia?

Kenangan di dalam kepalaku bergulir deras seperti aliran air sungai, dan membawaku kembali mengingat saat aku berada di dalam gendongan Kyuhyun, di bawah temaramnya lampu London Eye. Aku pernah bilang ingin berlibur ke pulau tropis padanya.

Omo, Hyemin-ah, kukira kau hilang. Eh, apa itu?” Ahra eonni tiba-tiba saja sudah berdiri disebelahku. Kuserahkan selebaran itu padanya, dan dahinya seketika mengernyit.

“Menurutku, hadiah bulan madu ke pulau tropis akan lebih baik daripada sepasang baju tidur.” Ucapku.

Ah, kau memang jenius. Ayo kita pesan paket bulan madunya.” Aku tersenyum miris mendengarnya. Bukan Kyuhyun yang menginginkan bulan madu itu, tetapi aku eonni. Tetapi tak mungkin aku pergi kesana sendiri.

Kami berpisah segera setelah menyelesaikan pesanan paket bulan madu untuk Kyuhyun dan Soona.

***
H-6
Kyuhyun’s pov

Matahari menjatuhkan sinarnya, menernagi bumi, menerpa dedaunan hijau. Panasnya yang terik menghujam, menusuk kulitku. Aku benci musim panas! Tapi sepertinya tidak dengan gadis yang sedang menggelayut manja di lenganku ini. panas matahari tak menghentikan ocehannya tentang segala angan tentang pernikahan kami yang akan digelar kurang dari 6 kali rotasi bumi lagi.

Kami berjalan berdua menuju sebuah butik yang dipenuhi dengan gaun pengantin. Menurut Soona butik ini sangat manis karena dekorasinya yang berdominan putih dan cream. Walaupun menurutku dekorasinya terlalu membosankan. Aku lebih menyukai warna biru.

Kulitku terasa sejuk saat kubuka pintu kaca butik dan udara dingin AC menerpaku. Kuhembaskan tubuh letihku di atas sofa berwarna cream diantara ratusan gaun yang tergantung dan terpanjang di dinding. Seorang pria botak berkamata dengan syal berwarna merah muda terikat di leher jenjangnya. Sedetik aku bingung dengan orientasi seksualnya, terlebih saat melihat dia berjalan dan berbicara yang sangat mirip dengan seorang perempuan.

“Soona-ssi. Aku sudah lama menunggumu.” Ucap laki-laki itu.

Mianha eonni. Tunanganku sangat susah untuk kubangunkan. Maka dari itu aku terlambat.” Jawab Soona sambil mengerling ke arahku.

Eonni? Baiklah sekarang aku semakin menjadi bingung dengan orientasi seksual pria itu. Rasa ngeri sedikit terbersit di hatiku saat kulihat dia memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tidak berkedip.

“Tunanganmu sangat tampan.” Ucapnya. Okeh ini tidak baik.Batinku.

“Tentu saja dia tampan, tetapi dia hanya milikku.” Kata Soona yang membuat laki-laki itu terkekeh. Ya Tuhan! Aku ingin ini cepat berakhir.

Mereka berdua pergi meninggalkanku sendirian, dan masuk lebih dalam ke dalam butik. Seorang wanita berseragam mendekatiku dan memintaku mengikutinya untuk mencoba tuxedo milikku. Dengan setengah hati ku ikuti langkah kaki wanita itu yang membawaku menuju sebuah ruangan yang penuh dengan tuxedo dengan berbagai macam bentuk, model dan warna.

Wanita itu mengambilkanku sebuah tuxedo berwarna hitam dengan bordiran berwarna perak menghiasi kerah, ujung lengan dan bagian kancing. Sebuah label nama ‘Soona’ tertempel di atas hanger. Dia menunjukan padaku tempat untuk berganti pakaian yang berada di ujung ruangan.

Aku sedikit bersyukur bukan laki-laki botak itu yang membantuku berpakaian. Entah apa yang akan terjadi nanti jika dia yang membantuku berganti pakaian. Tuxde itu pas menempel di tubuhku, padahal aku belum pernah mengukurkan tubuhku disini. Darimana dia bisa mengetahui ukuran tubuhku?

Aku keluar dari dalam ruang ganti dengan tuxedo telah kukenakan. Wanita berseragam tadi mengantarkanku ke ruangan di sebelah ruanganku, dan kulihat Soona telah menungguku. Sebuah gaun tube berwarna putih dengan payet berkilau-kilauan melekat di tubuhnya. Ekor gaun itu sangat panjang. Soona tampak kaget melihatku.

“Kyuhyun-ah, kau sangat tampan.” Ucapnya. Dia menarikku ke sisinya dan melingkarkan tangannya pada lenganku. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya. Seumur hidupku belum pernah ada seorangpun yang tidak memuji ketampanannku.

Ah! Kalian sangat sempurna. Pasangan sangat cocok.” Kata perancang busana kami.

Eonni, aku ingin mencoba gaunku yang lain.” Ucap Soona dengan manja.  Tangannya masih menempel di lenganku.

Kulepaskan tangannya lalu aku keluar dari ruangan ganti Soona. Aku berjalan di sepanjang lorong yang memisahkan ruangan ganti dengan lobi butik. Langkahku terhenti saat ujung mataku menangkap sebuah foto yang tergantung di dinding dengan bingkainya yang berwarna hitam pekat.

Foto sebuah pantai yang sangat indah, dengan hamparan pasir putih membiaskan sinar matahari berwarna orange yang menggantung di kaki langit. Laut berwarna amethis menghampar di hadapannya berserta ombak lembutnya. Daun kelapa melambaikan bagaikan tengah berdansa dengan angin.

Dibawah bingkai foto itu terdapat sebuah kertas yang menunjukan dimana tempat itu berada. Bora-Bora Beach (Romantic Heaven on Earth) -French Polynesia. Sebuah senyum mengembang di wajahku. Pantai tropis, Hyemin. Batinku.

Ingatanku kembali terlempar saat kami berada di London. Di bawah lampu London eye, dia berada di punggungku, dan aku bisa merasakan desahan hangat nafasnya di leherku saat itu. Dia berkata dia ingin kembali berlibur denganku di sebuah pantai tropis.

 ‘Kapan aku bisa memenuhi keinginanmu itu, Hyemin-ah.’ Ucapku pada diriku sendiri.

***

Soona mengajakku mengunjungi sebuah coffe shop ang sangat dia sukai di daerah Myeongdong Gyoja. Dia memilih duduk di dekat jendela, dia berkata bahwa pemandangan jalan dari situ terlihat indah.

Seorang pelayan berapron hitam mendekati kami dengan sebuah buku menu di genggamnya. Dia menanyakan apa yang akan kami pesan.

“Satu gelas frappucino.” Kata Soona.

“Bagaimana denganmu chagi?” Tambahnya.

“Aku mau secangkir kopi dengan dengan dua sendok gula, dan satu sendok cream.” Aku memesan kopi yang sama dengan yang selalu Hyemin pesan. Dengan cekatan pelayan itu mencatat pesanan kami lalu meninggalkan kami sendiri.

“Dua sendok gula? Baru kali ini aku melihatmu memesan kopi dengan dua sendok gula, biasana hanya satu.” Tanya Soona ang seketika membuat wajahku memucat.

Ah, salah seorang temanku mengajariku memesan kopi seperti itu. Sepertinya rasanya enak.” Jawabku asal. Entah kenapa aku menangkap sebuah raut kecurigaan di wajah Soona.

Soona menjadi lebih pendiam sejak saat itu. Atmosfir kaku tercipta diantara kami, yang sejujurnya baru pernah aku rasakan kali ini dengan Soona, sepanjang aku berhubungan dengannya.
***
H-5
Hyemin’s pov
Kubalik-balikan halaman majalah wanita yang tengah aku pegang dengan kasar. Hari yang benar-benar membosankan. Appa pergi bermain tenis dengan teman kantornya, dan Eomma sibuk membereskan kamarnya. Kulemparkan majalah yang ada di tanganku ke tengah meja di depanku dan tepat mengenai sebuah undangan yang tergeletak. Kutatap sejenak undangan itu lalu kualihkan pandangan pada jam tangan di pergelanganku. Lima hari lagi Kyuhyun akan menikah.

Aish! Jinja!! Kendalikan dirimu Lee Hyemin!!” Teriakku frustasi. Kutekankan bantal duduk ke wajahku untuk meredakan emosi yang mendadak mendera hatiku.

“Hyemin-ah.” Kudengar suara Eomma memanggilku dan membuatku kaget. Kulihat Eomma sudah berdiri disampingku. Tubuhku mengeras seketika melihat benda-benda yang berada di tangan Eomma.

Eomma?” Eomma duduk disampingku dan meletakan kedua benda yang dia bawa, patung kaca Kyuhyun dan kamera milikku, di atas pangkuanku. Aku ingat, aku belum mematikannya tadi setelah kembali melihat foto-foto Kyuhyun.

“Apa kau bisa menjelaskan semuanya sekarang?” Eomma mentap tajam padaku. Aku tahu dia pasti marah karena aku sudah menyembunyikan hal penting darinya.

Mianhae.”

“Jadi kau benar-benar bertemu dengannya?” Tanya Eomma. Nada suaranya meninggi.

Ne.”

“Ceritakan padaku semuanya.”

Kuhela nafas panjang, ingatanku menerawang kilasan-kilasan kejadian sebualn yang lalu. Kejadian yang tanpa kuduga bisa kembali menjatuhkanku pada lubang yang sama.

“Aku bertemu pertama kali dengannya di London. Saat itu aku dan dia sama-sama terjebak dalam sebuah gerbong kereta menuju Paris. Dia memberiku sepotong burger, karena mendengar perutku berbunyi nyaring menahan lapar saat itu.” Aku tertawa getir mengingat kembali masa itu. aku tertawa, tetapi mataku mengeluarkan air mata. Kulihat dari sudut mataku Eomma pun sedikit tersenyum mendengar ceritaku.

“Pada awalnya aku mengira dia adalah seorang brandalan yang akan melakukan perbuatan jahat padaku. Entah kenapa Tuhan selalu membuat kami bertemu, di berbagai negara yang kami kunjungi. Di Paris, dia menolongku saat aku kehilangan passport dan semua dokumenku. Sejak itu aku tidak lagi menganggapnya pria nakal, hahaha.” Aku kembali tertawa getir menceritakan kisahku pada Eomma, namun air mataku tak bisa berhenti mengalir. Nafasku terasa sesak seakan sebuah gabus menumpal saluran pernafasanku.

“Akhirnya kami memutuskan untuk berlibur bersama, karena kebetulan negara tujuan kami selalu sama. Sepanjang perjalanan kami dia selalu membuatku tertawa dan mampu membuatku melupakan sakit yang aku bawa.”

“Lalu kau mulai jatuh cinta padanya?” Eomma membelai kepalaku dengan lembut sambil mengangsurkan selembar tissue. Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaannya.

Molla.” Jawabku. Kulihat Eomma mengerutkan dahinya bingung akan jawabanku.

“Aku tak tahu Eomma. Aku hanya merasakan sebuah perasaan aneh muncul di hatiku saat aku berada di sisinya. Dan aku merasakan nafasku sesak saat dia berkata dia telah memiliki tunangan. Air matakupun tak bisa berhenti mengalir saat aku berpisah dengannya di bandara. Tanganku seakan ingin menggenggam tangannya dan membuatnya lebih lama di sisiku.”

“Hyemin..”

“Jika Eomma menganggap bahwa rasa sakit yang kurasakan ini adalah karena cinta, maka benar aku telah jatuh cinta padanya, pada Cho Kyuhyun.” Kulihat pipi Eomma telah di basahi oleh air mata.

Ohh, anakku” Eomma menarikku kedalam pelukannya dan memuatku menangis tersedu. Kenapa nasibku menderita seperti ini? Bahkan ibuku sendiri mengasihaniku. Kapan aku bisa mendapatkan cinta yang aku mau? Kenapa aku selalu kehilangannya? Wae?

“Beberapa hari yang lalu Eomma sempat bertemu dengan Soona. Kami sempat beberapa lama berbicara berdua. Apa dia tahu tentang semua ini?” Kata Eomma. Kedua tanganna masih memelukku dengan erat.

“Sepertinya tidak Eomma.”

Kudenga helaan nafas Eomma dan kecupan lembutnya pada kepalaku. Tangannya pun membelai punggungku dengan penuh kasih. Mianhae Eomma harus kembali membuatmu sedih dan khawatir. Batinku nelangsa.

***

H-4

Hari ini aku kembali keluar dari rumah, walaupun Eomma sudah tak lagi berkicau tentang pernikahan Kyuhyun seperti sebelumnya, setelah mendengar ceritaku. Namun, pandangan Eomma yang menyedihkan dan kekhawatirannya yang berlebihan padaku membuatku jengah. Dia selalu bertanya apa aku baik-baik saja? Apa yang sedang aku pikirkan? Sepertinya dia takut aku bisa kapan saja menggantung diriku di atas langit-langit kamar, atau bahakan menenggelamkan diriku di dalam bathtub.

Aku tahu, dia hanya trauma melihat kepedihanku kembali terulang. Tapi tak ada niat dalam diriku sama sekali untuk mengakhiri hidupku. Tak ada. Tetapi semua kekhawatiran Eomma, dan sikap Eomma membuatku tak nyaman, aku benci dipandangi dengan mata memelas, seakan aku adalah seseorang yang memang pantas untuk dikasihani.

Kupandangi orang-orang yang sibuk berlalu lalang di depanku, aku bosan dengan pusat perbelanjaan, hingga kuputuskan untuk pergi ke sungai Cheonggyecheon. Suara gemericik air sungai dan hiruk pikuk orang bisa sedikit membuat batinku merasa tenang. Bahkan aku sudah bisa tertawa saat kulihat seorang balita jatuh di depanku saat dia belajar berjalan.

Namun ketenangannku terhenti saat ponselku berbunyi nyaring, saat kulihat kedalam layar, sebuah nomor tak kenal muncul disana. Siapa ini?

Yeoboseo?” Kataku menyapanya.

“Yeoboseo, Lee Hyemin” Sebuah suara wanita yang sangat asing terdengar dari seberang telepon.

Ne, nugu?”

“Park Soona.” Soona? Untuk apa dia menghubungiku? Apakah sesuatu telah terjadi?

Ah, Soona, ada apa?”

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisakah kau datang ke Myeongdong Gyoja sekarang? Aku tunggu disana.”

Belum sempat aku menjawabnya, Soona sudah memutus teleponnya. Sekarang berbagai pertanyaan tercipta di benakku. Apa yang dia ingin bicarakan denganku? Apakah dia sudah tahu tentang segala yang terjadi di Eropa? Atau… Dengan tergesa ku pacu kendaraanku untuk mencapai Myeongdong, tak seberapa jauh sebetulnya dari tempatku berada.

***
Kulihat Soona sudah menungguku di sudut café itu dengan secangkir kopi mengepul di depannya. Dia tersenyum simpul saat melihat kedatanganku. Kubungkukan badanku padanya dan duduk di depannya, tasku kuletakan di atas meja,dan entah kenapa saat itu juga Soona menatap gantungan kunci tasku dan mengangakat sedikit bibir atasnya.

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

“Akan lebih sopan jika kau memesan segelas minuma terlebih dulu.” Ia mengangkat tangannya dan memanggil seorang pelayan.

“Aku pesan secangkir kopi dengan..” Belum sempat kuselesaikan pesananku pada si pelayan, Soona sudah memotong ucapanku.

“Dengan dua sendok gula, dan satu sendok cream.” Kutatap wajahnya yang tenang dengan heran. Dari mana dia tahu kopi kesukaanku? Aku belum pernah bertemu dengannya sebelum pertemuan kami di pesta itu. Mungkinkah Kyuhyun benar-benar sudah berkata jujur padanya tentang semuanya?

“Benarkan?” Tanyanya, mengalihkan keherananku padanya. Kupalingkan kembali pandanganku pada si pelayan dan mengangguk mengiyakan.

Ah sekalian, aku juga pesan segelas air putih dingin.” Setelah mencatat pesanan kami, si pelayan itu pergi, dan tinggalah kami berdua dalam kesunyian. Café ini tampak sepi hanya ada 2 meja lain yang terisi.

“Da,, darimana…”

“Aku akan menjawab semua setelah minumanmu datang.” Lagi-lagi dia memotong ucapanku. Perasaanku benar-benar tidak nyaman. Sikapnya yang misterius seperti menyimpan sebuah amarah membuatku sedikit khawatir.

Tak berapa lama, secangkir kopi panas dengan uap putih masih mengepul tersaji didepanku. Soona mempersilahkanku untuk meminum kopiku, sedangkan dia sendiri meminum miliknya.

“Darimana kau tahu takaran kopi kesukaanku?” Mendengar pertanyaanku, sebuah tawa kecil terdengar dari mulutnya. Namun bukan tawa lucu yang kudengar, melainkan tawa mengejek yang kentara sekali.

“Dari Kyuhyun.” Jadi benar Kyuhyun sudah menceritakan semuanya pada Soona.

“Kyuhyun tidak menceritakan apapun padaku, sikapnya yang memberitahuku.” Dahiku mengernyit heran mendengarnya. Sikapnya? Memang apa yang berubah dari sikapnya?

“Beberapa hari yang lalu aku dan Kyuhyun minum kopi ditempat ini, di tempat duduk yang sama, dan dia duduk di kursi yang kau tempati sekarang.” Dia memotong ucapannya, lalu kembali meneguk kopinya. Aku terus mengamati gerak-geriknya yang membuatku semakin merasa tidak nyaman.

“Kami sama-sama memesan kopi. Hanya saja, kopi yang Kyuhyun pesan berbeda dari biasanya. Dia memesan kopi dengan dua sendok gula dan sesendok cream. Aku hafal betul Kyuhyun tak pernah menyukai kopi yang terlalu manis, dan dia juga tak pernah memesan kopi dengan cream. Dari situlah aku tahu itu pasti kopi kesukaanmu, Hyemin, wanita yang telah dia temui di perjalanannya di Eropa.” Mataku melebar kaget mendengar kata-kata terakhirnya. Jadi dia benar-benar sudah tahu semuanya.

“Apa kau terkejut? Apa sekarang kau bertanya-tanya dari mana aku tahu semua itu? Haah.. Sejujurnya aku memang telah tertipu oleh permainan kalian saat di pesta tempo hari. Aku cukup sadar untuk mengetahui kegelisahanmu saat itu Hyemin, tubuhmu gemetaran, dan kau tak pernah berani untuk memandangku ataupun Kyuhyun, tapi ternyata aku tidak cukup sadar untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku. Hingga saat aku masuk ke dalam kamar Kyuhyun setelah pesta itu berakhir.” Dia kebali menggantung akhir ceritanya dengan meminum kopinya. Nada suaranya memang datar dan tenang, namun aku bisa menangkap aura kemarahannya.

“Aku menemukan sebuah patung dari kaca berbentuk seorang wanita muda di kamarnya. Didasar patung itu terukir sebuah nama, Lee Hyemin. Aku ingin bertanya padamu Hyemin-ah, ada berapa orang di dunia ini yang memiliki nama yang sama denganmu dan berwajah mirip dirimu?”  Tubuhku mendadak kembali bergetar hebat. Kugenggam erat cangkirku dan mulai meneguk kopi panas di dalamnya tanpa menghiraukan rasa terbakar pada lidahku.

“Untuk apa Kyuhyun membuat sebuah patung yang mirip dengan wajahmu? Kenapa dia tidak membuat patung yang mirip denganku, calon istrinya? Dan untuk apa, kameranya dia penuhi dengan foto sebuah wajah yang sama persis dengan wajah patung kacanya? Dari situlah aku tahu bahwa tak ada lagi cinta untukku dihatinya. Setiap relung hatinya telah terpenuhi dengan cinta untukmu.” Sebutir air mata turun dari mata cantik Soona, bibirnya bergetar seperti menahan kesakitan yang amat sangat. Sesaat aku teringat akan diriku yang sedang meratapi nasib karena dikhianati oleh kekasihku dulu.

“Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan ibumu, dia menceritakan tentang kau yang pergi ke Eropa karena sakit hati dikhianati oleh tunanganmu sendiri. Seharusnya sekarang kau tahu bagaimana rasanya sakit hati itu Hyemin.”

“Aku tak pernah tahu Kyuhyun sudah memiliki tunangan, lagipula aku dan Kyuhyun tak pernah memiliki hubungan khusus.”

“Tapi dia mencintaimu, dan kau pun mencintainya. Aku tahu itu semua Hyemin. Aku tak bisa lagi menemukan kehangatan pada setiap pelukan Kyuhyun, aku tak pernah lagi menemukan rasa kasih disetiap ucapannya padaku. Semua terasa asing dan dingin.”

Mianhae…” Aku tahu seperti apa sakit yang sedang Soona rasakan sekarang, tapi akupun tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku dan Kyuhyun tak pernah berkomitmen untuk bersama, kami sudah tahu bahwa rasa yang kami miliki hanya akan berakhir sia-sia. Akupun tahu bahwa sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa memiliki Kyuhyun. Lalu apa lagi yang harus kulakukan?

“Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?” Soona mengusap air matanya yang masih mengalir jelas dipipinya. Kulit wajahnya yang putih memerah menahan sedih.

“Jauhi Kyuhyun. Jangan pernah lagi kau muncul dihadapannya. Jangan pernah lagi kau ingat semua tentang Kyuhyun, hapus semua namanya dihatimu. Dan jangan datang ke acara pernikahan kami.” Aku terdiam mendengarnya. Menjauhinya, tak pernah muncul dihadapannya atau tak datang dipernikahannya mungkin hal yang mudah untuk kulakukan. Tetapi menghapus namanya dari hatiku? Menghapus semua kenanganku dengannya? Tidak, itu semua terlalu sulit untuk kulakukan, sesulit saat aku harus mengingat sebuah nama yang tak pernah kudengar sebelumnya.

“Apa semua itu terlalu sulit Hyemin? Hahaha, kudengar dari ibumu dulu kau sangat membenci wanita yang menghancurkan pernikahanmu, seharusnya kau bisa memahamiku saat ini. Kau tak lebih berbeda dari wanita itu sekarang.” Hatiku sakit mendengarnya, dia kembali mengingatkanku pada saat itu, saat dimana aku lebih memilih mati daripada harus mengalami sakit itu.

Ne, jika itu yang kau minta. Aku tak akan pernah menemui Kyuhyun lagi. aku akan menajuhi hidupnya. Aku.. aku akan menghapus semua kenangan tentangnya, akan menghapus namanya dari hatiku, dan aku tak akan datang di pesta pernikahan kalian berdua.” Senyum Soona mengembang mendengar ucapanku.

“Aku senang mendengarnya, kuharap kau bukan seorang pelanggar janji. Dan kurasa tak ada lagi yang perlu aku bicarakan denganmu.” Dia bangkit dari tempat duduknya dan membungkuk sedikit padaku. Namun ketika baru selangkah dia menjauh dariku, dia kembali memutar badannya menghadap kepadaku.

Ah, aku lupa satu hal lagi.” Seakan waktu berputar melambat, bisa kulihat gerak pelan tangannya menyambar gelas air putih dengan butiran es mengapung diatasnya dari meja, lalu menyiramkan seluruh isinya ke wajahku. Beberapa butiran keras es, menghantam pelipisku dan menginggalkan rasa sakit disana.

Gomawo sudah menghancurkan pernikahanku.” Soona segera pergi meninggalkanku sendirian. Beberapa orang yang berada di café itu menoleh padaku, pelayan yang tadi mencatat pesanan kami, menghampiriku dengan tergesa dan menyerahkan sebuah kain untuk mengeringkan wajahku.

Aigo, jahat sekali wanita itu.” Gumamnya.

Kutekan kain untuk menutupi wajahku dan air mataku yang sudah mengalir deras. Rasa hangatnya berlawanan dengan dinginnya air yang telah Soona siramkan padaku, tetapi lebih terasa dingin jauh di dalam hatiku.

***

H-1

Kulemparkan tas dan heels ku ke kamar dengan malas, lalu ku jatuhkan tubuhku ke atas kasur yang hangat dan empuk. Rasanya hari ini sangat menguras tenaga dan pikiranku. Seakan sudah terprogram tanganku meraih spidol merah di samping calendar kecil di atas meja. Ku balikan tubuhku menghadap calendar yang penuh dengan coretan merah itu, hanya tersisa satu kolom yang belum kucoret. Jadi besok hari pernikahannya. Kuhirup nafas dalam-dalam seakan setelah ini aku tak akan lagi mampu menghirup udara disekitarku. Kembali ku baringkan tubuhku dengan telentang sambil memandangi langit-langit kamarku. Marmer putih di atas kepalaku membawaku kembali mengenang masa-masa saat aku berada bersama Kyuhyun.

Saat aku jatuh menimpa tubuhnya dan tanpa sengaja dia mencium pipiku di Roma, pelukan hangatnya di London, bahkan sampai senyuman pertama yang kulihat di dalam kereta saat aku pertama kali bertemu dengannya, tergambar jelas di dalam otakku.

Dering ponselku membuatku terbangun dari lamunanku menyelami masa lalu yang mungkin sesaat terasa sangat indah, dan sesaat kemudian membuatku merasakan sakit yang teramat sangat.

Dengan malas kuraba seluruh penjuru buffet kecil di samping tempat tidurku, hingga aku berhasil menggenggam ponselku. Sebuah nomor tak ku kenal tertera di layarnya. Siapa orang yang malam-malam seperti ini repot-repot menghubungiku?

Yeoboseo?”

“Yeoboseo. Lee Hyemin?” Ucap sebuah suara yang sudah sangat ku kenal dan seketika itu juga membuatku terbangun dari posisi tidurku.

“Kyu… Kyuhyun? Cho Kyuhyun?”

“Ne, ternyata kau masih sangat mengenali suaraku, hahaha.” Dasar bodoh! Bagaimana mungkin aku melupakan suara yang selalu terngiang-ngiang di dalam kepalaku, batinku.

“Bisakah aku bertemu denganmu sekarang?”

“Sekarang?”

“Ne, sekarang. Aku tunggu di taman namsan tower.”

Hajiman…” Belum sempat aku selesai bicara, Kyuhyun sudah menutup teleponnya. Untuk apa dia ingin bertemu denganku?

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Tak ada waktu lagi, ini kesempatan terakhirku untuk bisa bertemu dengannya.

***
Aku berjalan di taman namsan tower dengan mewaspadakan mataku, mencari sosok Kyuhyun. sesosok pria berjaket hitam yang tampak sedang duduk dibangku taman menarik perhatianku. Jika aku tak salah, dialah orang yang sedang aku cari. Kudekati laki-laki itu lalu duduk disebelahnya.

Ah, kau sudah datang.” Ucapnya diiringi sebuah senyuman khasnya, senyuman yang selalu aku sukai, tetapi entah kenapa kali ini tersembunyi sebuah kesedihan di balik senyum itu.

“Ada apa kau memangilku kesini?”

“Aku ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya. Besok aku akan menikah dan aku yakin kau tak akan datang.” Aku tak membuka mulutku dan mengucapkan sepatah katapun padanya. Aku hanya memandanginya dengan perasaan sedih.

“Lalu, apa yang ingin kau lakukan setelah bertemu denganku?”

“Aku hanya ingin bertanya padamu. Pertama kali kita bertemu kau sangat membenciku, apakah saat ini, saat terakhir kita bertemu kau akan sama membenciku seperti dulu? Maksudku, kupikir, apakah setelah ini kita tidak bisa berteman?” Ucapnya lirih dengan sedikit senyum yang terpaksa mengembang. Ada nada getir dalam suaranya.

“Kita masih berteman kan?” Ulangnya. Aku hanya mengangguk kecil. Ku alihkan pandanganku ke arah lain, berusaha untuk menahan tangisku.

“Mungkin… mungkin kita bisa saling menjodohkan anak kita kelak, seperti janji kedua ibu kita.” Aku mengangguk sekali lagi. Mataku sudah basah sekarang, rasa sakit kembali tercipta di luka hatiku yang masih basah. Kali ini kuberanikan menatap matanya, dan hatiku mencelos saat kulihat matanya pun telah berkaca-kaca.

“Aku senang memiliki teman sepertimu.” Suara Kyuhyun kini bergetar, seakan menahan sesuatu yang akan meledak dari dalam dirinya.

Nado.” Kupaksakan sebuah senyuman menyungging di wajahku. Namun saungguh sangat sulit, sesulit mencoba mematahkan baja yang keras.

“Boleh aku memelukmu?” Kyuhyun menatapku dengan wajah memelas. Sungguh aku sudah tak sanggup untuk tidak menangis. Sungguh hatiku sakit melihatnya seperti itu, menyadari nasib kami yang begini menyedihkan.

Aku mengangguk lemah dan menelusup kedalam pelukannya, kedalam kehangatan dadanya. Disana aku menangis, menumpahkan segala emosi yang selama aku tahan. Aku ingin dia tahu betapa aku mencintainya, betapa aku menginginkannya menjadi milikku. Aku menangis, hatiku menjerit menahan sakit yang semakin menghujam. Kurasakan tubuh Kyuhyun ikut menggelinjang, mungkinkah dia juga menangis? Ya Tuhan, betapa menyedihkannya nasib kami.
Malam semakin larut dan kami semakin tenggelam dalam kesedihan dan kemeranaan kami. Malam yang sunyi senyap seakan memberiakan kami kesempatan untuk saling mencurahkan semua yang kami pendam. Memberikan kesempatan kami untuk menyalakan api cinta kami, walaupun pada akhirnya harus kembali kami padamkan. Memberiku kesempatan untuk kembali merasakan hangatnya pelukannya untuk terakhir kalinya.

***
Pukul 2 dini hari Kyuhyun mengantarkanku pulang, sepanjang perjalanan kami saling terdiam membisu. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Kurasa semua kata-kataku telah hilang ditelan badai kegetiran dalam hatiku.

Hatiku terasa semakin berat saat mobil yang kami tumpangi memasuki pekarangan rumahku yang tampak sepi.

“Sudah sampai.” Ucapnya memecah kesunyian. Aku mengangguk kepadanya.

“Selamat menempuh hidup baru Kyuhyun. semoga kau bahagia dengan Soona.” Kataku padanya. Kucoba untuk menghilangkan kesedihan dalam nada suaraku, namun ternyata hal itu malah semakin menambah aneh nada suaraku.

“Hyemin?” Panggilnya sesaat sebelum tanganku membuka handle pintu mobil. Aku menoleh padanya, dan seketika itu juga bibirnya mengunci bibirku.

Dia mendekapku erat-erat dalam pelukannya. Bibirnya melumat bibirku dengan rakus, seakan tak akan pernah lagi bisa dia rasakan. Sesuatu dalam tubuhku mendorong untuk melakukan hal yang sama. Aku membalas setiap ciumannya, setiap lumatan bibirnya, bahkan aku pun mulai meremas rambutnya.

Dia mendorong tubuhku hingga aku tersudut diantara tubuhnya dan pintu mobil. Ciumannya semakin mengganas. Dia menjilat bibirku, memaksaku untuk membuka mulutku lebar-lebar. Perlahan tapi pasti lidahnya menggelitik langit-langit mulutku dan membuat lidahku membalasnya, melilit lidahnya dengan liar. Suara kecupan kami terdengar memecah kesunyian malam.

Desah nafasnya yang memburu semakin meningkatkan hasratku untuk terus menciumnya. Ciuman Kyuhyun sekarang berpindah, dia tidak lagi menjadikan bibirku target ciumannya, melainkan leherku. Dia mulai menurukan ciumannya dari wajahku menuju leherku. Sensasi luar biasa terasa saat bibir lembut nan hangat Kyuhyun mulai menyentuh setiap jengkal leherku, dan mengaktifkan saraf-saraf hasratku disana. Kutengadahkan kepalaku, memberinya kesempatan untuk menjangkau lebih dalam dan lebih luas. Kutarik rambutnya agar kepalanya semakin dalam menelusup dalam leherku. Mataku terpejam menikmati setiap jengkal ciuman yang Kyuhyun berikan padaku.

Wangi aroma rambutnya menempel erat di depan hidungku, membuatku terkunci, terbuai dalam indahnya aroma tubuh manusia suci yang sedang mencumbuku ini. Kubelai pelan kepalanya, merasakan setiap gesekan lembut rambutnya dengan jemari tanganku. Dia kembali menjadikan bibirku sebagai sasarannya. Dia pagut bibirku dengan sesekali kurasakan giginya menggigit birbiku lembut. Kami saling berpagutan, meleburkan kedua perasaan kami menjadi satu.

Ini sudah terlalu jauh Hyemin! Tiba-tiba sebuah suara terdengar di kepalaku. Secara reflex aku menjauhkan tubuh Kyuhyun dari tubuhku. Kyuhyun menatapku dengan pandangan kecewa sekaligus merasa bersalah.

Tanpa berkata sepatah katapun kubuka pintu mobil, dan segera berlari memasuki rumahku. Tak kuhiraukan panggilan nelangsa Kyuhyun di belakangku.

Kuraba kembali bibir dan leherku, dimana bekas ciuman Kyuhyun tersimpan. Kenapa harus disaat seperti ini? Kenapa aku tak bisa memilikinya? Kenapa?

***

D-day

“Hyemin-ah ireona palli.” Teriakan Eomma membuat telingaku berdengung, dan membangunkanku seketika. Kuraba seluruh permukaan kasurku mencari selimut yang telah disibakan Eomma, dan segera menutupi kembali tubuhku dengan selimut itu.

Yak! Ireona palli! Sudah jam 6 pagi” Eomma kembali berteriak sambil menarik lenganku hingga aku terduduk ditempat tidur dengan mata terpejam.

Aigo Eomma!! Aku masih mengantuk.” Baru kali ini Eomma membangunkanku sepagi ini. Kalau memang benar sekarang jam 6 pagi, maka aku baru saja tidur selama 2 jam. Setelah berpisah dengan Kyuhyun semalam, rasanya mata ini sulit untuk terpejam.

“Kau harus cepat bangun dan bersiap!”

“Bersiap? Bersiap untuk apa? Aku tidak akan datang ke pesta itu Eomma.” Keningku berkerut mendengar ucapan Eomma yang terasa aneh. Eomma terdiam sejenak lalu tanpa kuduga dia menyeret tanganku untuk bangun. Dia mendorongku menuju kamar mandi dan menutup pintunya, lebih tepat mengunciku di dalam kamar mandi setelah sebelumnya melemparkan handuk pada wajahku.

Eomma baru akan membukakan pintu setelah kau mandi. Eomma bisa mendengar suara air Hyemin.” Teriak Eomma dari balik pintu.

Ada apa ini sebenanrnya. Kenapa Eomma sangat memanksaku. Dia tidak akan memakasaku dan menyeretku untuk menghadiri acara pernikahan Kyuhyun kan? Bagaimana kalau ternyata benar? Bagaimana janjiku dengan Soona? Astaga Eomma!

Eommaaaaaa!!!” Teriakku sambil menggedor pintu kamar mandi. Namun tak ada balasan. Sepertinya aku benar-benar terpaksa harus mandi. Dengan malas kubuka keran air dan mulai mengisi bathtub milikku.

Selama aku berendam, berbagai pikiran melintas di benakku. Jika benar Eomma akan menyeretku ke pernikahan Kyuhyun apa yang akan aku lakukan? Diam-diam pergi sebelum Soona sempat melihatku? Atau aku harus menyamar agar Soona tak mengenaliku? Tapi pasti dia akan mengenaliku jika aku duduk bersebelahan dengan Eomma dan Appa. Arrghh! Eottoke!! Kutenggelamkan wajahku kedalam bathtub untuk meredam kebingunganku.

***
Dengan perasaan aneh aku menuruni tangga menuju ruang keluarga dimana Eomma dan Appa sudah menungguku. Pakaian mereka tampak sudah rapi.

Eomma, Appa, tidakkah kalian terlalu pagi untuk menghadiri pesta pernikahan Kyuhyun? Bukankah acaranya  dimulai nanti sore?” Tanyaku sambil menatap mereka dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku mencium sesuatu yang mencurigakan.

Ah.. Kami, ah tidak Eomma mu harus ke salon lebih dulu, dan itu pasti memakan waktu lama.” Ucap Appa. Raut wajahnya terlihat aneh, seakan sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

Ne, benar. Kami harus banyak bersiap-siap.” Tambah Eomma dan membuatku semakin mencurigai mereka merencanakan sesuatu.

Kucondongkan tubuhku kearah mereka dan menatap lekat kedua mata mereka. Ada yang tidak beres disini.

Wa…wae? Kenapa kau menatap kami seperti itu?” Ucap Eomma tergagap.

“Sepertinya ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku.” Ucapku. Kugigit bibir bawahku mencoba berpikir kemungkinan apa yang sedang mereka sembunyikan.

Ah, ahni. Tidak ada yang kami sembunyikan.” Kata mereka bersamaan. Eomma dan Appa bergegas menuju pintu keluar.

“Kami pergi dulu.”

Chakaman! Jika kalian akan meninggalkanku dirumah, lalu untuk apa aku harus bersiap sejak pagi?” Aku benar-benar kesal. Untuk apa mereka membangunkanku jika hanya untuk meninggalkanku?

“Mungkin akan ada tamu yang datang.” Kata Appa lalu segera menutup pintu dan meninggalkanku sendiri. Kuhentakan kakiku dengan kesal. Sebenarnya apa yang sedang mereka pikirkan, hati kecilku sangat yakin sesuatu akan terjadi.

Kulangkahkan kakiku menuju dapur. Kulihat di atas meja telah tersedia sarapan buatan Eomma. Kubuka lemari es dan mengambil sekotak jus jeruk. Kuletakan jus tersebut di atas meja dan menyambar sumpit di dalam rak dan mulai memakan sarapan yang telah Eomma siapkan.

Akhirnya hari ini tiba. Aku tertawa getir menyadari bahwa aku harus dua kali melewati hari yang mengenaskan seperti ini. Kutusuk tofu rebus dihadapanku lalu memasukan semuanya kedalam mulutku sekaligus kutenggak jus didalam kotak. Makan memang lumayan bisa membuat stress di pikiranku menghilang.

Tak berapa lama kemudian, kudengar suara bel pinru rumahku berdentang beberapa kali. Apakah orang tuaku kembali lagi? dengan enggan kuseret langkahku menuju pintu depan, lalu kubuka pintunya.

Tubuhku mengeras melihat sosok yang berada dihadapanku.

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu Lee Hyemin.” Ucapnya dengan wajah datar.

“Soona?”
***
Author’s pov
Sinar matahari sore hari yang lembut memancar dari sang bola api penguasa jagat. Menembus kaca patri membiaskan warna-warni cerah. Angin bertiup pelan menggoyangkan dedauan, suaranya beradu dengan dentang bel gereja di kejauhan menciptakan alunan melodi yang khitmad dan menyejukan hati.

Kyuhyun, dengan tuxedo hitamnya berdiri di depan altar pernikahan. Beberapa kali di menggerakan telapak kakinya untuk meredam gelisah. Sudah lebih dari lima belas menit Soona terlambat di acara pernikahan mereka. Pendeta juga tampaknya sudah gelisah, hingga berkali-kali bertanya kepadanya.

Eomma, dimana Soona?” Tanya Kyuhyun pada ibunya yang duduk paling dekat dengannya.

“Tenang saja Kyuhyun. Dia harus menyelesaikan beberapa urusan penting lebih dulu.” Dahi Kyuhyun berkerut melihat senyum penuh arti di wajah ibunya.

Tiba-tiba pintu gereja terbuka mengijinkan sinar matahari yang terang masuk ke dalam ruangan gereja, menyilaukan seluruh orang yang hadir. Seorang gadis bergaun pengantin putih berdiri di depan pintu, didampingi oleh ayahnya dan seorang gadis lain yang memakai mini dress berwarna pastel. Kerudung satin yang menghiasi rambut si pengantin tampak terjurai menutupi wajahnya. Mereka bertiga berjalan bersama seiring dengan bergema orgel mengalunkan mars pernikahan.

Mata Kyuhyun memicing, memfokuskan pandangan kearah mereka bertiga dan mendadak tubuhnya menegang, wajahnya mengeras dan dahinya berkerut heran.

“Soona? Kau? Wae?”

Mereka bertiga berhenti di tengah-tengah ruangan gereja. Seluruh tamu undangan menatap kearah mereka dengan heran. Gadis bergaun pastel tersenyum pada Kyuhyun lalu berjalan mendekatinya.

“Aku sudah tahu semuanya Kyuhyun. Tentang Hyemin, tentang kalian dan cinta yang tercipta diantara kalian.” Kerutan di dahi Kyuhyun semakin banyak terlihat, mendengar ucapan Soona.

“Aku tahu dihatimu sudah tak ada lagi namaku. Dimatamu tak terlihat lagi cinta untukku. Hyemin, dia yang sudah berhasil merebut hatimu dari ku. Sekarang aku sadar dialah pemilik hatimu.”

“Tapi.. bagaimana denganmu?” Tanya Kyuhyun.

“Aku akan sangat munafik jika aku berkata hatiku tidak merasakan sakit. Aku sangat sakit hati Kyuhyun, sangat. Tetapi aku akan lebih merasakan sakit jika aku harus hidup bersama seseorang yang tidak mencintaiku, dengan orang yang selalu terbayang wajah wanita lain, seumur hidupku.” Setetes air mata mengalir dari mata Soona. Namun sedetik kemudian sebuah senyuman terlihat di wajahnya.

“Aku pasti akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik Kyu.” Kyuhyun tersenyum mendengarnya, sebuah rasa bersalah terbersit di hatinya, namun dia sadar, kalau takdirnya bukanlah bersama Soona, tetapi dengan wanita yang memakai gaun pengantin dihadapannya.

“Dan sekarang aku mengantarkan pengantinmu.” Tambah Soona lagi. dia kembali mendekati Hyemin dan ayahnya, lalu membimbingnya untuk mendekati Kyuhyun.

“Kutitipkan anakku satu-satunya padamu. Jangan pernah sakiti dia.” Ucap Ayah Hyemin sambil menyerahkan sebelah tangan putrinya yang terbalut kaos tangan satin.

Ne, saya berjanji ahjusi.”

Dia menatap mata Hyemin yang sedikit tersembunyi di balik kerudungnya. Dia genggam erat tangan gadisnya, gadis yang sangat ia inginkan di dunia ini.

Ah! Tunggu sebentar.” Ucap Kyuhyun mendadak.

Jangan sampai dia membuat masalah lagi di hari penting seperti ini. Batin Hyemin.

“Ada apa lagi?” Desis Hyemin sambil menatap tajam pada Kyuhyun.

“Sepertinya aku melewatkan satu ritual. Bisakah anda memberi waktu pada saya lima menit saja?” Tanya Kyuhyun pada pendeta yang telah bersiap dihadapannya. Dia hanya mengangguk mengiyakan.

Kyuhyun berlutut di hadapan Hyemin dengan tangannya masih menggenggam tangan erat tangan Hyemin. Dia menghela nafasnya pelan, lalu mendongak dan tersenyum pada gadis dihadapannya.

“Mungkin aku memang pria yang menyebalkan. Mungkin kau pikir aku pria brengsek. Tapi apa kau tahu, kau jauh lebih menyebalkan dari aku.” Ucap Kyuhyun yang membuat seluruh tamu undangan dan Hyemin membelalakan matanya.

“Kau sangat menyebalkan karena membuatku mencintaimu. Membuatku tak pernah bisa meluoakan bayangan dan suaramu. Membuat hatiku sakit saat ku tahu kau tak ada disisiku. Jadi sekarang bisakah kau selalu tinggal disampingku dan menjaga hatiku?”

“Jadi kau berniat melamarku?” Tanya Hyemin pada Kyuhyun.

“Tentu saja, kau kira apalagi yang aku inginkan. Aku hanya menawarkan dua jawaban Hyemin. Ya atau baiklah, tak ada jawaban lain!” Kata Kyuhyun dan membuat semua orang di dalam gereja itu tertawa.

Mwo? Kau curang!”

“Memangnya kau akan menjawab yang lain?”

“Mungkin saja.” Hyemin mengerling pada Kyuhyun dan membuatnya mendengus.

“Ayolah Hyemin-ah cepat kau jawab. Lututku sudah terasa sakit. Celana sialan ini terlalu ketat!”

“Kau benar-benar laki-laki paling tidak sopan yang pernah kukenal.”

Kyuhyun hanya tertawa mendengarnya. Dia menggenggam tangan Hyemin lebih erat.

“Jadi apa jawabannya?”

Hmm.. aku akan menjawab yang lain.”

Mwo? Apa maksudmu dengan yang lain? Kau tidak mencintaiku?” Ucap Kyuhyun merajuk. Hyemin menyunggingkan senyumnya melihat tingkah Kyuhyun yang seperti anak kecil.

“Jawabanku adalah ‘aku mau’. Bukankah itu jawaban yang lain?” Senyum terbentuk di wajah tampan Kyuhyun. dia cium sekilas tangan gadisnya, lalu segera berdiri menghadap pendeta.

“Ayo bapa cepat nikahkan kami. Aku sudah tak sabar ingin menikah dengannya.” Ucapnya yang membuat seluruh tamu undangan tertawa terbahak-bahak.

Suara tawa riuh berpadu dengan bunyi orgel yang menyenandungkan mars pernikahan ditimpa dengan dering bel, menyambut dua hati yang dipertemukan oleh takdir dan bersatu karena cinta.

~END~

4 komentar:

  1. huaaaa,,, akhirnya mreka nikah jga,, Soona u'r so cooll cooll *alasistar, pengorbanan mu tak sia2..

    DAEBAK DAH,, tulisan d ff ni, pengen terus d baca bikin penasaran tingkat dewa,, halah

    sequlnya dong,, yah..yah..pasca nikah gtu,, hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, makasih ya udah mau baca ff nggak jelas ini,

      iya ini sudah disiapin after storynya, doakan saja cepet jadi, hahahah ^^

      Hapus
    2. aminnn... mudah2an cpt jadi ama cpt d publishnya.... hahahahaha

      Hapus
  2. huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bagus banget thor, nangis, senyum, ketawa jadi satu kereen banget critanya thoor :')

    maaf telat bacanya, aku kira author bakal ngirim cepet ke fp itu hehe, makasi thoor atas ffnya :) :D

    BalasHapus