Type : Multi-chapter
Author
: Istrinya Kyuhyun
Main Cast : Cho Kyuhyun & Lee Hyemin
Rating
: All Ages
Theme
: Romance
Review
last chapter
Kuambil
pula kamera miliknya, yang tergeletak di samping patung itu. Kamera itu tampak
mati, sehingga harus aku nyalakan terlebih dahulu. Hatiku mencelos saat kubuka
file fotonya di dalam kamera itu. Ada banyak sekali foto seorang wanita. Dari
latar fotonya bisa kutebak, foto ini diambil di Eropa. Tetapi… bukankah wanita
itu Hyemin? Hyemin yang tadi diperkenalkan di pesta? Dan.. Tunggu.. wajah ini..
wajah ini juga yang ada di patung kaca itu!
Kuambil
patung kaca itu dan mengamatinya dengan lebih seksama. Betul! Wanita ini
Hyemin! Kubalikan patung itu dan kulihat sebuah tulisan terukir di dasarnya,
Hangeul bertuliskan Lee Hyemin. Tetapi bagaimana bisa? Apakah mereka bertemu di
Eropa? Apakah mereka bersama selama ini? Tetapi kenapa mereka seakan tidak
saling kenal saat di pesta? Kenapa? Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?
Berbagai
pertanyaan berkecamuk di dalam hati dan pikiranku. Perasaanku mendadak menjadi
tak menentu, sesuatu telah terjadi tanpa sepengetahuanku.
***
Hyemin’s pov
Sudah
satu minggu sejak pertanyaan cinta Kyuhyun padaku malam itu, dan tak pernah
sekalipun lagi aku bertemu dengannya. Hari pernikahan Kyuhyun tinggal satu
minggu lagi. Undangannya telah sampai di tangan ayahku. Eomma berkali-kali bercerita tentang bagaiman indahnya undangan
yang sama sekali tak ingin aku lihat itu.
Kini
setiap hari aku selalu mencoret setiap hari yang telah berlalu sebagai
pengingat akan waktu yang tersisa untukku mengenang Kyuhyun.
***
H-7
Kutelusuri
rak demi rak pakaian yang ada di butik ini dengan tidak bersemangat. Sebuah
mini dress bewarna cokelat sempat mencuri perhatianku, tetapi nafsu
berbelanjaku sedang menghilang, sehingga hanya kuamati saja dress itu lalu
kukembalikan ke tempatnya.
Kuhembuskan
nafas dengan lemas, bingung apalagi yang harus kulakukan sekarang. Aku bosan
dirumah sementara Eomma terus saja
berkicau tentang pernikahan Kyuhyun, berulang kali dia berkata betapa
beruntungnya Cho Hanna, ibu Kyuhyun sekaligus temannya. Tetapi ketika aku sudah
keluar dari rumah dan berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan seperti ini,
aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku sedang tidak ingin berbelanja, tetapi
jika hanya melihat-lihat saja tentu akan sangat membosankan.
“Hyemin?
Lee Hyemin kan?” Panggilan seseorang di belakangku membuatku menoleh dari arah
tumpukan baju di rak.
“Ah, Ahra eonni.” Kenapa aku harus selalu bertemu dengan orang-orang yang
berhubungan dekat dengan Kyuhyun? Sepertinya dunia ini memang sangat sempit.
“Sedang
apa disini? Ah belanja tentu saja, tak harus kutanya.” Aku hanya tertawa
melihat tingkahnya yang bertanya padaku, lalu sedetik kemudian dia jawab
sendiri.
“Eonni sendiri?”
“Aku
sedang mencari beberapa accesoris untuk pesta pernikahan Kyuhyun. Aku juga
belum membelikan hadiah pernikahan untuk mereka.” Ah, tentu saja, dia kesini
pasti ada hubungannya dengan pernikahan Kyuhyun, harusnya tak perlu kutanya.
“Bagaimana
jika kau saja yang menemaniku belanja Hyemin-ah.” Aku tercekat mendengar pemintaannya. Membeli hadiah pernikahan
untuk Kyuhyun? Yang benar saja! Hatiku saja masih perlu untuk dibenahi, masa
aku harus membelikan hadiah untuk orang yang sudah memporak-porandakanya.
Tetapi tatapan memelas Ahra eonni membuatku iba.
“Ne eonni, kajja. Pertama kemana kita pergi?” Sungguh aku tak tahu apa yang
diinginkan otakku, hingga bisa dengan mudah menerima ajakan Ahra eonni.
Ahra
eonni mengajakku memasuki sebuah toko
perhiasan, disana dia sibuk memilih anting dan gelang baru. Dia bilang beberapa
hari yang lalu kekasihnya memberikan kalung untuknya, sehingga saat ini dia
butuh pasangannya.
Dia
sempat memuji seleraku yang bagus dalam membeli perhiasan. Walaupun sebenarnya
aku merasa biasa saja. Aku bahkan sebenarnya tidak terlalu tertarik akan
barang-barang seperti itu. Aku hanya asal saja memilihkan untuknya.
Setelah
hampir dua jam kami menghabiskan waktu untuk memilih perhiasan. Dia mengajakku
mencari hadiah pernikahan untuk Kyuhyun. Kali ini aku hanya banyak terdiam, aku
tak tahu hadiah seperti apa yang harus di berikan untuk Kyuhyun. Ahra eonni menyeretku menuju sebuah butik,
dia bilang ingin memberikan sepasang baju tidur. Tetapi langkahku terhenti
disebuah toko yang menawarkan jasa bulan madu. Kuambil sebuah selebaran yang
disediakan di depan toko. Bulan madu romantis di Bora-bora, French Pelonesia?
Kenangan
di dalam kepalaku bergulir deras seperti aliran air sungai, dan membawaku
kembali mengingat saat aku berada di dalam gendongan Kyuhyun, di bawah
temaramnya lampu London Eye. Aku pernah bilang ingin berlibur ke pulau tropis
padanya.
“Omo, Hyemin-ah, kukira kau hilang. Eh,
apa itu?” Ahra eonni tiba-tiba saja
sudah berdiri disebelahku. Kuserahkan selebaran itu padanya, dan dahinya
seketika mengernyit.
“Menurutku,
hadiah bulan madu ke pulau tropis akan lebih baik daripada sepasang baju
tidur.” Ucapku.
“Ah, kau memang jenius. Ayo kita pesan
paket bulan madunya.” Aku tersenyum miris mendengarnya. Bukan Kyuhyun yang
menginginkan bulan madu itu, tetapi aku eonni. Tetapi tak mungkin aku pergi
kesana sendiri.
Kami
berpisah segera setelah menyelesaikan pesanan paket bulan madu untuk Kyuhyun
dan Soona.
***
H-6
Kyuhyun’s pov
Matahari
menjatuhkan sinarnya, menernagi bumi, menerpa dedaunan hijau. Panasnya yang
terik menghujam, menusuk kulitku. Aku benci musim panas! Tapi sepertinya tidak
dengan gadis yang sedang menggelayut manja di lenganku ini. panas matahari tak
menghentikan ocehannya tentang segala angan tentang pernikahan kami yang akan
digelar kurang dari 6 kali rotasi bumi lagi.
Kami
berjalan berdua menuju sebuah butik yang dipenuhi dengan gaun pengantin.
Menurut Soona butik ini sangat manis karena dekorasinya yang berdominan putih
dan cream. Walaupun menurutku dekorasinya terlalu membosankan. Aku lebih
menyukai warna biru.
Kulitku
terasa sejuk saat kubuka pintu kaca butik dan udara dingin AC menerpaku.
Kuhembaskan tubuh letihku di atas sofa berwarna cream diantara ratusan gaun
yang tergantung dan terpanjang di dinding. Seorang pria botak berkamata dengan
syal berwarna merah muda terikat di leher jenjangnya. Sedetik aku bingung
dengan orientasi seksualnya, terlebih saat melihat dia berjalan dan berbicara
yang sangat mirip dengan seorang perempuan.
“Soona-ssi. Aku sudah lama menunggumu.” Ucap
laki-laki itu.
“Mianha eonni. Tunanganku sangat susah
untuk kubangunkan. Maka dari itu aku terlambat.” Jawab Soona sambil mengerling
ke arahku.
Eonni?
Baiklah sekarang aku semakin menjadi bingung dengan orientasi seksual pria itu.
Rasa ngeri sedikit terbersit di hatiku saat kulihat dia memandangiku dari ujung
kepala sampai ujung kaki dengan tidak berkedip.
“Tunanganmu
sangat tampan.” Ucapnya. Okeh ini tidak
baik.Batinku.
“Tentu
saja dia tampan, tetapi dia hanya milikku.” Kata Soona yang membuat laki-laki
itu terkekeh. Ya Tuhan! Aku ingin ini cepat berakhir.
Mereka
berdua pergi meninggalkanku sendirian, dan masuk lebih dalam ke dalam butik.
Seorang wanita berseragam mendekatiku dan memintaku mengikutinya untuk mencoba
tuxedo milikku. Dengan setengah hati ku ikuti langkah kaki wanita itu yang
membawaku menuju sebuah ruangan yang penuh dengan tuxedo dengan berbagai macam
bentuk, model dan warna.
Wanita
itu mengambilkanku sebuah tuxedo berwarna hitam dengan bordiran berwarna perak
menghiasi kerah, ujung lengan dan bagian kancing. Sebuah label nama ‘Soona’
tertempel di atas hanger. Dia menunjukan padaku tempat untuk berganti pakaian
yang berada di ujung ruangan.
Aku
sedikit bersyukur bukan laki-laki botak itu yang membantuku berpakaian. Entah
apa yang akan terjadi nanti jika dia yang membantuku berganti pakaian. Tuxde
itu pas menempel di tubuhku, padahal aku belum pernah mengukurkan tubuhku
disini. Darimana dia bisa mengetahui ukuran tubuhku?
Aku
keluar dari dalam ruang ganti dengan tuxedo telah kukenakan. Wanita berseragam
tadi mengantarkanku ke ruangan di sebelah ruanganku, dan kulihat Soona telah
menungguku. Sebuah gaun tube berwarna putih dengan payet berkilau-kilauan
melekat di tubuhnya. Ekor gaun itu sangat panjang. Soona tampak kaget
melihatku.
“Kyuhyun-ah, kau sangat tampan.” Ucapnya. Dia
menarikku ke sisinya dan melingkarkan tangannya pada lenganku. Aku hanya
tersenyum kecil mendengarnya. Seumur hidupku belum pernah ada seorangpun yang
tidak memuji ketampanannku.
“Ah! Kalian sangat sempurna. Pasangan
sangat cocok.” Kata perancang busana kami.
“Eonni, aku ingin mencoba gaunku yang
lain.” Ucap Soona dengan manja. Tangannya
masih menempel di lenganku.
Kulepaskan
tangannya lalu aku keluar dari ruangan ganti Soona. Aku berjalan di sepanjang
lorong yang memisahkan ruangan ganti dengan lobi butik. Langkahku terhenti saat
ujung mataku menangkap sebuah foto yang tergantung di dinding dengan bingkainya
yang berwarna hitam pekat.
Foto
sebuah pantai yang sangat indah, dengan hamparan pasir putih membiaskan sinar
matahari berwarna orange yang menggantung di kaki langit. Laut berwarna amethis
menghampar di hadapannya berserta ombak lembutnya. Daun kelapa melambaikan
bagaikan tengah berdansa dengan angin.
Dibawah
bingkai foto itu terdapat sebuah kertas yang menunjukan dimana tempat itu
berada. Bora-Bora Beach (Romantic Heaven
on Earth) -French Polynesia. Sebuah senyum mengembang di wajahku. Pantai
tropis, Hyemin. Batinku.
Ingatanku
kembali terlempar saat kami berada di London. Di bawah lampu London eye, dia
berada di punggungku, dan aku bisa merasakan desahan hangat nafasnya di leherku
saat itu. Dia berkata dia ingin kembali berlibur denganku di sebuah pantai
tropis.
‘Kapan aku bisa memenuhi keinginanmu itu,
Hyemin-ah.’ Ucapku pada diriku
sendiri.
***
Soona
mengajakku mengunjungi sebuah coffe shop
ang sangat dia sukai di daerah Myeongdong
Gyoja. Dia memilih duduk di dekat jendela, dia berkata bahwa pemandangan
jalan dari situ terlihat indah.
Seorang
pelayan berapron hitam mendekati kami dengan sebuah buku menu di genggamnya.
Dia menanyakan apa yang akan kami pesan.
“Satu
gelas frappucino.” Kata Soona.
“Bagaimana
denganmu chagi?” Tambahnya.
“Aku
mau secangkir kopi dengan dengan dua sendok gula, dan satu sendok cream.” Aku
memesan kopi yang sama dengan yang selalu Hyemin pesan. Dengan cekatan pelayan
itu mencatat pesanan kami lalu meninggalkan kami sendiri.
“Dua
sendok gula? Baru kali ini aku melihatmu memesan kopi dengan dua sendok gula,
biasana hanya satu.” Tanya Soona ang seketika membuat wajahku memucat.
“Ah, salah seorang temanku mengajariku
memesan kopi seperti itu. Sepertinya rasanya enak.” Jawabku asal. Entah kenapa
aku menangkap sebuah raut kecurigaan di wajah Soona.
Soona
menjadi lebih pendiam sejak saat itu. Atmosfir kaku tercipta diantara kami,
yang sejujurnya baru pernah aku rasakan kali ini dengan Soona, sepanjang aku
berhubungan dengannya.
***
H-5
Hyemin’s pov
Kubalik-balikan
halaman majalah wanita yang tengah aku pegang dengan kasar. Hari yang
benar-benar membosankan. Appa pergi
bermain tenis dengan teman kantornya, dan Eomma
sibuk membereskan kamarnya. Kulemparkan majalah yang ada di tanganku ke
tengah meja di depanku dan tepat mengenai sebuah undangan yang tergeletak.
Kutatap sejenak undangan itu lalu kualihkan pandangan pada jam tangan di
pergelanganku. Lima hari lagi Kyuhyun akan menikah.
“Aish! Jinja!! Kendalikan dirimu Lee
Hyemin!!” Teriakku frustasi. Kutekankan bantal duduk ke wajahku untuk meredakan
emosi yang mendadak mendera hatiku.
“Hyemin-ah.” Kudengar suara Eomma memanggilku dan membuatku kaget. Kulihat Eomma sudah berdiri disampingku. Tubuhku mengeras seketika melihat
benda-benda yang berada di tangan Eomma.
“Eomma?” Eomma duduk disampingku dan meletakan kedua benda yang dia bawa,
patung kaca Kyuhyun dan kamera milikku, di atas pangkuanku. Aku ingat, aku
belum mematikannya tadi setelah kembali melihat foto-foto Kyuhyun.
“Apa
kau bisa menjelaskan semuanya sekarang?” Eomma
mentap tajam padaku. Aku tahu dia pasti marah karena aku sudah menyembunyikan
hal penting darinya.
“Mianhae.”
“Jadi
kau benar-benar bertemu dengannya?” Tanya Eomma.
Nada suaranya meninggi.
“Ne.”
“Ceritakan
padaku semuanya.”
Kuhela
nafas panjang, ingatanku menerawang kilasan-kilasan kejadian sebualn yang lalu.
Kejadian yang tanpa kuduga bisa kembali menjatuhkanku pada lubang yang sama.
“Aku
bertemu pertama kali dengannya di London. Saat itu aku dan dia sama-sama
terjebak dalam sebuah gerbong kereta menuju Paris. Dia memberiku sepotong
burger, karena mendengar perutku berbunyi nyaring menahan lapar saat itu.” Aku
tertawa getir mengingat kembali masa itu. aku tertawa, tetapi mataku
mengeluarkan air mata. Kulihat dari sudut mataku Eomma pun sedikit tersenyum mendengar ceritaku.
“Pada
awalnya aku mengira dia adalah seorang brandalan yang akan melakukan perbuatan
jahat padaku. Entah kenapa Tuhan selalu membuat kami bertemu, di berbagai
negara yang kami kunjungi. Di Paris, dia menolongku saat aku kehilangan
passport dan semua dokumenku. Sejak itu aku tidak lagi menganggapnya pria
nakal, hahaha.” Aku kembali tertawa getir menceritakan kisahku pada Eomma, namun air mataku tak bisa
berhenti mengalir. Nafasku terasa sesak seakan sebuah gabus menumpal saluran
pernafasanku.
“Akhirnya
kami memutuskan untuk berlibur bersama, karena kebetulan negara tujuan kami
selalu sama. Sepanjang perjalanan kami dia selalu membuatku tertawa dan mampu
membuatku melupakan sakit yang aku bawa.”
“Lalu
kau mulai jatuh cinta padanya?” Eomma
membelai kepalaku dengan lembut sambil mengangsurkan selembar tissue. Aku
menggeleng pelan menjawab pertanyaannya.
“Molla.” Jawabku. Kulihat Eomma mengerutkan dahinya bingung akan
jawabanku.
“Aku
tak tahu Eomma. Aku hanya merasakan
sebuah perasaan aneh muncul di hatiku saat aku berada di sisinya. Dan aku
merasakan nafasku sesak saat dia berkata dia telah memiliki tunangan. Air
matakupun tak bisa berhenti mengalir saat aku berpisah dengannya di bandara.
Tanganku seakan ingin menggenggam tangannya dan membuatnya lebih lama di
sisiku.”
“Hyemin..”
“Jika
Eomma menganggap bahwa rasa sakit
yang kurasakan ini adalah karena cinta, maka benar aku telah jatuh cinta
padanya, pada Cho Kyuhyun.” Kulihat pipi Eomma
telah di basahi oleh air mata.
“Ohh, anakku” Eomma menarikku kedalam pelukannya dan memuatku menangis tersedu.
Kenapa nasibku menderita seperti ini? Bahkan ibuku sendiri mengasihaniku. Kapan
aku bisa mendapatkan cinta yang aku mau? Kenapa aku selalu kehilangannya? Wae?
“Beberapa
hari yang lalu Eomma sempat bertemu
dengan Soona. Kami sempat beberapa lama berbicara berdua. Apa dia tahu tentang
semua ini?” Kata Eomma. Kedua
tanganna masih memelukku dengan erat.
“Sepertinya
tidak Eomma.”
Kudenga
helaan nafas Eomma dan kecupan
lembutnya pada kepalaku. Tangannya pun membelai punggungku dengan penuh kasih. Mianhae Eomma harus kembali membuatmu sedih
dan khawatir. Batinku nelangsa.
***
H-4
Hari
ini aku kembali keluar dari rumah, walaupun
Eomma sudah tak lagi berkicau tentang pernikahan Kyuhyun seperti
sebelumnya, setelah mendengar ceritaku. Namun, pandangan Eomma yang menyedihkan dan kekhawatirannya yang berlebihan padaku
membuatku jengah. Dia selalu bertanya apa aku baik-baik saja? Apa yang sedang
aku pikirkan? Sepertinya dia takut aku bisa kapan saja menggantung diriku di
atas langit-langit kamar, atau bahakan menenggelamkan diriku di dalam bathtub.
Aku
tahu, dia hanya trauma melihat kepedihanku kembali terulang. Tapi tak ada niat
dalam diriku sama sekali untuk mengakhiri hidupku. Tak ada. Tetapi semua
kekhawatiran Eomma, dan sikap Eomma membuatku tak nyaman, aku benci
dipandangi dengan mata memelas, seakan aku adalah seseorang yang memang pantas
untuk dikasihani.
Kupandangi
orang-orang yang sibuk berlalu lalang di depanku, aku bosan dengan pusat
perbelanjaan, hingga kuputuskan untuk pergi ke sungai Cheonggyecheon.
Suara gemericik air sungai dan hiruk pikuk orang bisa sedikit membuat batinku
merasa tenang. Bahkan aku sudah bisa tertawa saat kulihat seorang balita jatuh
di depanku saat dia belajar berjalan.
Namun
ketenangannku terhenti saat ponselku berbunyi nyaring, saat kulihat kedalam
layar, sebuah nomor tak kenal muncul disana. Siapa ini?
“Yeoboseo?” Kataku menyapanya.
“Yeoboseo, Lee Hyemin”
Sebuah suara wanita yang sangat asing terdengar dari seberang telepon.
“Ne, nugu?”
“Park
Soona.” Soona? Untuk apa dia menghubungiku? Apakah sesuatu telah terjadi?
“Ah, Soona, ada apa?”
“Ada
yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisakah kau datang ke Myeongdong Gyoja sekarang? Aku tunggu disana.”
Belum
sempat aku menjawabnya, Soona sudah memutus teleponnya. Sekarang berbagai
pertanyaan tercipta di benakku. Apa yang dia ingin bicarakan denganku? Apakah
dia sudah tahu tentang segala yang terjadi di Eropa? Atau… Dengan tergesa ku
pacu kendaraanku untuk mencapai Myeongdong,
tak seberapa jauh sebetulnya dari tempatku berada.
***
Kulihat
Soona sudah menungguku di sudut café itu dengan secangkir kopi mengepul di
depannya. Dia tersenyum simpul saat melihat kedatanganku. Kubungkukan badanku
padanya dan duduk di depannya, tasku kuletakan di atas meja,dan entah kenapa saat
itu juga Soona menatap gantungan kunci tasku dan mengangakat sedikit bibir
atasnya.
“Apa
yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Akan
lebih sopan jika kau memesan segelas minuma terlebih dulu.” Ia mengangkat
tangannya dan memanggil seorang pelayan.
“Aku
pesan secangkir kopi dengan..” Belum sempat kuselesaikan pesananku pada si
pelayan, Soona sudah memotong ucapanku.
“Dengan
dua sendok gula, dan satu sendok cream.” Kutatap wajahnya yang tenang dengan
heran. Dari mana dia tahu kopi kesukaanku? Aku belum pernah bertemu dengannya
sebelum pertemuan kami di pesta itu. Mungkinkah Kyuhyun benar-benar sudah
berkata jujur padanya tentang semuanya?
“Benarkan?”
Tanyanya, mengalihkan keherananku padanya. Kupalingkan kembali pandanganku pada
si pelayan dan mengangguk mengiyakan.
“Ah sekalian, aku juga pesan segelas air
putih dingin.” Setelah mencatat pesanan kami, si pelayan itu pergi, dan
tinggalah kami berdua dalam kesunyian. Café ini tampak sepi hanya ada 2 meja
lain yang terisi.
“Da,,
darimana…”
“Aku
akan menjawab semua setelah minumanmu datang.” Lagi-lagi dia memotong ucapanku.
Perasaanku benar-benar tidak nyaman. Sikapnya yang misterius seperti menyimpan
sebuah amarah membuatku sedikit khawatir.
Tak
berapa lama, secangkir kopi panas dengan uap putih masih mengepul tersaji
didepanku. Soona mempersilahkanku untuk meminum kopiku, sedangkan dia sendiri
meminum miliknya.
“Darimana
kau tahu takaran kopi kesukaanku?” Mendengar pertanyaanku, sebuah tawa kecil
terdengar dari mulutnya. Namun bukan tawa lucu yang kudengar, melainkan tawa
mengejek yang kentara sekali.
“Dari
Kyuhyun.” Jadi benar Kyuhyun sudah menceritakan semuanya pada Soona.
“Kyuhyun
tidak menceritakan apapun padaku, sikapnya yang memberitahuku.” Dahiku
mengernyit heran mendengarnya. Sikapnya? Memang apa yang berubah dari sikapnya?
“Beberapa
hari yang lalu aku dan Kyuhyun minum kopi ditempat ini, di tempat duduk yang
sama, dan dia duduk di kursi yang kau tempati sekarang.” Dia memotong
ucapannya, lalu kembali meneguk kopinya. Aku terus mengamati gerak-geriknya
yang membuatku semakin merasa tidak nyaman.
“Kami
sama-sama memesan kopi. Hanya saja, kopi yang Kyuhyun pesan berbeda dari
biasanya. Dia memesan kopi dengan dua sendok gula dan sesendok cream. Aku hafal
betul Kyuhyun tak pernah menyukai kopi yang terlalu manis, dan dia juga tak
pernah memesan kopi dengan cream. Dari situlah aku tahu itu pasti kopi
kesukaanmu, Hyemin, wanita yang telah dia temui di perjalanannya di Eropa.”
Mataku melebar kaget mendengar kata-kata terakhirnya. Jadi dia benar-benar sudah
tahu semuanya.
“Apa
kau terkejut? Apa sekarang kau bertanya-tanya dari mana aku tahu semua itu? Haah.. Sejujurnya aku memang telah
tertipu oleh permainan kalian saat di pesta tempo hari. Aku cukup sadar untuk
mengetahui kegelisahanmu saat itu Hyemin, tubuhmu gemetaran, dan kau tak pernah
berani untuk memandangku ataupun Kyuhyun, tapi ternyata aku tidak cukup sadar
untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku. Hingga saat
aku masuk ke dalam kamar Kyuhyun setelah pesta itu berakhir.” Dia kebali
menggantung akhir ceritanya dengan meminum kopinya. Nada suaranya memang datar
dan tenang, namun aku bisa menangkap aura kemarahannya.
“Aku
menemukan sebuah patung dari kaca berbentuk seorang wanita muda di kamarnya.
Didasar patung itu terukir sebuah nama, Lee Hyemin. Aku ingin bertanya padamu
Hyemin-ah, ada berapa orang di dunia ini yang memiliki nama yang sama denganmu
dan berwajah mirip dirimu?” Tubuhku
mendadak kembali bergetar hebat. Kugenggam erat cangkirku dan mulai meneguk
kopi panas di dalamnya tanpa menghiraukan rasa terbakar pada lidahku.
“Untuk
apa Kyuhyun membuat sebuah patung yang mirip dengan wajahmu? Kenapa dia tidak
membuat patung yang mirip denganku, calon istrinya? Dan untuk apa, kameranya
dia penuhi dengan foto sebuah wajah yang sama persis dengan wajah patung
kacanya? Dari situlah aku tahu bahwa tak ada lagi cinta untukku dihatinya.
Setiap relung hatinya telah terpenuhi dengan cinta untukmu.” Sebutir air mata
turun dari mata cantik Soona, bibirnya bergetar seperti menahan kesakitan yang
amat sangat. Sesaat aku teringat akan diriku yang sedang meratapi nasib karena
dikhianati oleh kekasihku dulu.
“Beberapa
hari yang lalu aku bertemu dengan ibumu, dia menceritakan tentang kau yang
pergi ke Eropa karena sakit hati dikhianati oleh tunanganmu sendiri. Seharusnya
sekarang kau tahu bagaimana rasanya sakit hati itu Hyemin.”
“Aku
tak pernah tahu Kyuhyun sudah memiliki tunangan, lagipula aku dan Kyuhyun tak
pernah memiliki hubungan khusus.”
“Tapi
dia mencintaimu, dan kau pun mencintainya. Aku tahu itu semua Hyemin. Aku tak
bisa lagi menemukan kehangatan pada setiap pelukan Kyuhyun, aku tak pernah lagi
menemukan rasa kasih disetiap ucapannya padaku. Semua terasa asing dan dingin.”
“Mianhae…” Aku tahu seperti apa sakit
yang sedang Soona rasakan sekarang, tapi akupun tak tahu apa yang harus
kulakukan. Aku dan Kyuhyun tak pernah berkomitmen untuk bersama, kami sudah
tahu bahwa rasa yang kami miliki hanya akan berakhir sia-sia. Akupun tahu bahwa
sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa memiliki Kyuhyun. Lalu apa lagi yang
harus kulakukan?
“Lalu
apa yang harus aku lakukan sekarang?” Soona mengusap air matanya yang masih
mengalir jelas dipipinya. Kulit wajahnya yang putih memerah menahan sedih.
“Jauhi
Kyuhyun. Jangan pernah lagi kau muncul dihadapannya. Jangan pernah lagi kau
ingat semua tentang Kyuhyun, hapus semua namanya dihatimu. Dan jangan datang ke
acara pernikahan kami.” Aku terdiam mendengarnya. Menjauhinya, tak pernah
muncul dihadapannya atau tak datang dipernikahannya mungkin hal yang mudah
untuk kulakukan. Tetapi menghapus namanya dari hatiku? Menghapus semua
kenanganku dengannya? Tidak, itu semua terlalu sulit untuk kulakukan, sesulit
saat aku harus mengingat sebuah nama yang tak pernah kudengar sebelumnya.
“Apa
semua itu terlalu sulit Hyemin? Hahaha, kudengar dari ibumu dulu kau sangat
membenci wanita yang menghancurkan pernikahanmu, seharusnya kau bisa memahamiku
saat ini. Kau tak lebih berbeda dari wanita itu sekarang.” Hatiku sakit
mendengarnya, dia kembali mengingatkanku pada saat itu, saat dimana aku lebih
memilih mati daripada harus mengalami sakit itu.
“Ne, jika itu yang kau minta. Aku tak
akan pernah menemui Kyuhyun lagi. aku akan menajuhi hidupnya. Aku.. aku akan
menghapus semua kenangan tentangnya, akan menghapus namanya dari hatiku, dan
aku tak akan datang di pesta pernikahan kalian berdua.” Senyum Soona mengembang
mendengar ucapanku.
“Aku
senang mendengarnya, kuharap kau bukan seorang pelanggar janji. Dan kurasa tak
ada lagi yang perlu aku bicarakan denganmu.” Dia bangkit dari tempat duduknya
dan membungkuk sedikit padaku. Namun ketika baru selangkah dia menjauh dariku,
dia kembali memutar badannya menghadap kepadaku.
“Ah, aku lupa satu hal lagi.” Seakan
waktu berputar melambat, bisa kulihat gerak pelan tangannya menyambar gelas air
putih dengan butiran es mengapung diatasnya dari meja, lalu menyiramkan seluruh
isinya ke wajahku. Beberapa butiran keras es, menghantam pelipisku dan
menginggalkan rasa sakit disana.
“Gomawo sudah menghancurkan
pernikahanku.” Soona segera pergi meninggalkanku sendirian. Beberapa orang yang
berada di café itu menoleh padaku, pelayan yang tadi mencatat pesanan kami,
menghampiriku dengan tergesa dan menyerahkan sebuah kain untuk mengeringkan
wajahku.
“Aigo, jahat sekali wanita itu.” Gumamnya.
Kutekan
kain untuk menutupi wajahku dan air mataku yang sudah mengalir deras. Rasa
hangatnya berlawanan dengan dinginnya air yang telah Soona siramkan padaku,
tetapi lebih terasa dingin jauh di dalam hatiku.
***
H-1
Kulemparkan
tas dan heels ku ke kamar dengan malas, lalu ku jatuhkan tubuhku ke atas kasur
yang hangat dan empuk. Rasanya hari ini sangat menguras tenaga dan pikiranku.
Seakan sudah terprogram tanganku meraih spidol merah di samping calendar kecil
di atas meja. Ku balikan tubuhku menghadap calendar yang penuh dengan coretan
merah itu, hanya tersisa satu kolom yang belum kucoret. Jadi besok hari
pernikahannya. Kuhirup nafas dalam-dalam seakan setelah ini aku tak akan lagi
mampu menghirup udara disekitarku. Kembali ku baringkan tubuhku dengan
telentang sambil memandangi langit-langit kamarku. Marmer putih di atas kepalaku
membawaku kembali mengenang masa-masa saat aku berada bersama Kyuhyun.
Saat
aku jatuh menimpa tubuhnya dan tanpa sengaja dia mencium pipiku di Roma,
pelukan hangatnya di London, bahkan sampai senyuman pertama yang kulihat di
dalam kereta saat aku pertama kali bertemu dengannya, tergambar jelas di dalam
otakku.
Dering
ponselku membuatku terbangun dari lamunanku menyelami masa lalu yang mungkin
sesaat terasa sangat indah, dan sesaat kemudian membuatku merasakan sakit yang
teramat sangat.
Dengan
malas kuraba seluruh penjuru buffet kecil di samping tempat tidurku, hingga aku
berhasil menggenggam ponselku. Sebuah nomor tak ku kenal tertera di layarnya.
Siapa orang yang malam-malam seperti ini repot-repot menghubungiku?
“Yeoboseo?”
“Yeoboseo. Lee Hyemin?”
Ucap sebuah suara yang sudah sangat ku kenal dan seketika itu juga membuatku
terbangun dari posisi tidurku.
“Kyu…
Kyuhyun? Cho Kyuhyun?”
“Ne, ternyata kau masih sangat
mengenali suaraku, hahaha.” Dasar bodoh! Bagaimana mungkin aku
melupakan suara yang selalu terngiang-ngiang di dalam kepalaku, batinku.
“Bisakah aku bertemu denganmu
sekarang?”
“Sekarang?”
“Ne, sekarang. Aku tunggu di taman
namsan tower.”
“Hajiman…” Belum sempat aku selesai
bicara, Kyuhyun sudah menutup teleponnya. Untuk apa dia ingin bertemu denganku?
Aku
segera bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Tak ada waktu
lagi, ini kesempatan terakhirku untuk bisa bertemu dengannya.
***
Aku
berjalan di taman namsan tower dengan mewaspadakan mataku, mencari sosok
Kyuhyun. sesosok pria berjaket hitam yang tampak sedang duduk dibangku taman
menarik perhatianku. Jika aku tak salah, dialah orang yang sedang aku cari.
Kudekati laki-laki itu lalu duduk disebelahnya.
“Ah, kau sudah datang.” Ucapnya diiringi
sebuah senyuman khasnya, senyuman yang selalu aku sukai, tetapi entah kenapa
kali ini tersembunyi sebuah kesedihan di balik senyum itu.
“Ada
apa kau memangilku kesini?”
“Aku
ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya. Besok aku akan menikah dan aku
yakin kau tak akan datang.” Aku tak membuka mulutku dan mengucapkan sepatah
katapun padanya. Aku hanya memandanginya dengan perasaan sedih.
“Lalu,
apa yang ingin kau lakukan setelah bertemu denganku?”
“Aku
hanya ingin bertanya padamu. Pertama kali kita bertemu kau sangat membenciku,
apakah saat ini, saat terakhir kita bertemu kau akan sama membenciku seperti
dulu? Maksudku, kupikir, apakah setelah ini kita tidak bisa berteman?” Ucapnya
lirih dengan sedikit senyum yang terpaksa mengembang. Ada nada getir dalam
suaranya.
“Kita
masih berteman kan?” Ulangnya. Aku hanya mengangguk kecil. Ku alihkan
pandanganku ke arah lain, berusaha untuk menahan tangisku.
“Mungkin…
mungkin kita bisa saling menjodohkan anak kita kelak, seperti janji kedua ibu
kita.” Aku mengangguk sekali lagi. Mataku sudah basah sekarang, rasa sakit
kembali tercipta di luka hatiku yang masih basah. Kali ini kuberanikan menatap
matanya, dan hatiku mencelos saat kulihat matanya pun telah berkaca-kaca.
“Aku
senang memiliki teman sepertimu.” Suara Kyuhyun kini bergetar, seakan menahan
sesuatu yang akan meledak dari dalam dirinya.
“Nado.” Kupaksakan sebuah senyuman
menyungging di wajahku. Namun saungguh sangat sulit, sesulit mencoba mematahkan
baja yang keras.
“Boleh
aku memelukmu?” Kyuhyun menatapku dengan wajah memelas. Sungguh aku sudah tak
sanggup untuk tidak menangis. Sungguh hatiku sakit melihatnya seperti itu,
menyadari nasib kami yang begini menyedihkan.
Aku
mengangguk lemah dan menelusup kedalam pelukannya, kedalam kehangatan dadanya.
Disana aku menangis, menumpahkan segala emosi yang selama aku tahan. Aku ingin
dia tahu betapa aku mencintainya, betapa aku menginginkannya menjadi milikku.
Aku menangis, hatiku menjerit menahan sakit yang semakin menghujam. Kurasakan
tubuh Kyuhyun ikut menggelinjang, mungkinkah dia juga menangis? Ya Tuhan,
betapa menyedihkannya nasib kami.
Malam
semakin larut dan kami semakin tenggelam dalam kesedihan dan kemeranaan kami.
Malam yang sunyi senyap seakan memberiakan kami kesempatan untuk saling
mencurahkan semua yang kami pendam. Memberikan kesempatan kami untuk menyalakan
api cinta kami, walaupun pada akhirnya harus kembali kami padamkan. Memberiku
kesempatan untuk kembali merasakan hangatnya pelukannya untuk terakhir kalinya.
***
Pukul
2 dini hari Kyuhyun mengantarkanku pulang, sepanjang perjalanan kami saling
terdiam membisu. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Kurasa semua kata-kataku
telah hilang ditelan badai kegetiran dalam hatiku.
Hatiku
terasa semakin berat saat mobil yang kami tumpangi memasuki pekarangan rumahku
yang tampak sepi.
“Sudah
sampai.” Ucapnya memecah kesunyian. Aku mengangguk kepadanya.
“Selamat
menempuh hidup baru Kyuhyun. semoga kau bahagia dengan Soona.” Kataku padanya.
Kucoba untuk menghilangkan kesedihan dalam nada suaraku, namun ternyata hal itu
malah semakin menambah aneh nada suaraku.
“Hyemin?”
Panggilnya sesaat sebelum tanganku membuka handle pintu mobil. Aku menoleh
padanya, dan seketika itu juga bibirnya mengunci bibirku.
Dia
mendekapku erat-erat dalam pelukannya. Bibirnya melumat bibirku dengan rakus,
seakan tak akan pernah lagi bisa dia rasakan. Sesuatu dalam tubuhku mendorong
untuk melakukan hal yang sama. Aku membalas setiap ciumannya, setiap lumatan
bibirnya, bahkan aku pun mulai meremas rambutnya.
Dia
mendorong tubuhku hingga aku tersudut diantara tubuhnya dan pintu mobil.
Ciumannya semakin mengganas. Dia menjilat bibirku, memaksaku untuk membuka
mulutku lebar-lebar. Perlahan tapi pasti lidahnya menggelitik langit-langit
mulutku dan membuat lidahku membalasnya, melilit lidahnya dengan liar. Suara
kecupan kami terdengar memecah kesunyian malam.
Desah
nafasnya yang memburu semakin meningkatkan hasratku untuk terus menciumnya.
Ciuman Kyuhyun sekarang berpindah, dia tidak lagi menjadikan bibirku target
ciumannya, melainkan leherku. Dia mulai menurukan ciumannya dari wajahku menuju
leherku. Sensasi luar biasa terasa saat bibir lembut nan hangat Kyuhyun mulai
menyentuh setiap jengkal leherku, dan mengaktifkan saraf-saraf hasratku disana.
Kutengadahkan kepalaku, memberinya kesempatan untuk menjangkau lebih dalam dan
lebih luas. Kutarik rambutnya agar kepalanya semakin dalam menelusup dalam
leherku. Mataku terpejam menikmati setiap jengkal ciuman yang Kyuhyun berikan
padaku.
Wangi
aroma rambutnya menempel erat di depan hidungku, membuatku terkunci, terbuai
dalam indahnya aroma tubuh manusia suci yang sedang mencumbuku ini. Kubelai
pelan kepalanya, merasakan setiap gesekan lembut rambutnya dengan jemari
tanganku. Dia kembali menjadikan bibirku sebagai sasarannya. Dia pagut bibirku
dengan sesekali kurasakan giginya menggigit birbiku lembut. Kami saling
berpagutan, meleburkan kedua perasaan kami menjadi satu.
Ini sudah terlalu jauh Hyemin!
Tiba-tiba sebuah suara terdengar di kepalaku. Secara reflex aku menjauhkan
tubuh Kyuhyun dari tubuhku. Kyuhyun menatapku dengan pandangan kecewa sekaligus
merasa bersalah.
Tanpa
berkata sepatah katapun kubuka pintu mobil, dan segera berlari memasuki
rumahku. Tak kuhiraukan panggilan nelangsa Kyuhyun di belakangku.
Kuraba
kembali bibir dan leherku, dimana bekas ciuman Kyuhyun tersimpan. Kenapa harus
disaat seperti ini? Kenapa aku tak bisa memilikinya? Kenapa?
***
D-day
“Hyemin-ah ireona palli.” Teriakan Eomma membuat telingaku berdengung, dan
membangunkanku seketika. Kuraba seluruh permukaan kasurku mencari selimut yang
telah disibakan Eomma, dan segera
menutupi kembali tubuhku dengan selimut itu.
“Yak! Ireona
palli! Sudah jam 6 pagi” Eomma
kembali berteriak sambil menarik lenganku hingga aku terduduk ditempat tidur
dengan mata terpejam.
“Aigo Eomma!!
Aku masih mengantuk.” Baru kali ini Eomma
membangunkanku sepagi ini. Kalau memang benar sekarang jam 6 pagi, maka aku
baru saja tidur selama 2 jam. Setelah berpisah dengan Kyuhyun semalam, rasanya
mata ini sulit untuk terpejam.
“Kau
harus cepat bangun dan bersiap!”
“Bersiap?
Bersiap untuk apa? Aku tidak akan datang ke pesta itu Eomma.” Keningku berkerut mendengar ucapan Eomma yang terasa aneh. Eomma
terdiam sejenak lalu tanpa kuduga dia menyeret tanganku untuk bangun. Dia
mendorongku menuju kamar mandi dan menutup pintunya, lebih tepat mengunciku di
dalam kamar mandi setelah sebelumnya melemparkan handuk pada wajahku.
“Eomma baru akan membukakan pintu setelah
kau mandi. Eomma bisa mendengar suara
air Hyemin.” Teriak Eomma dari balik
pintu.
Ada
apa ini sebenanrnya. Kenapa Eomma
sangat memanksaku. Dia tidak akan memakasaku dan menyeretku untuk menghadiri
acara pernikahan Kyuhyun kan? Bagaimana kalau ternyata benar? Bagaimana janjiku
dengan Soona? Astaga Eomma!
“Eommaaaaaa!!!” Teriakku sambil menggedor
pintu kamar mandi. Namun tak ada balasan. Sepertinya aku benar-benar terpaksa
harus mandi. Dengan malas kubuka keran air dan mulai mengisi bathtub milikku.
Selama
aku berendam, berbagai pikiran melintas di benakku. Jika benar Eomma akan menyeretku ke pernikahan
Kyuhyun apa yang akan aku lakukan? Diam-diam pergi sebelum Soona sempat melihatku?
Atau aku harus menyamar agar Soona tak mengenaliku? Tapi pasti dia akan
mengenaliku jika aku duduk bersebelahan dengan Eomma dan Appa. Arrghh! Eottoke!! Kutenggelamkan wajahku kedalam bathtub untuk meredam
kebingunganku.
***
Dengan
perasaan aneh aku menuruni tangga menuju ruang keluarga dimana Eomma dan Appa sudah menungguku. Pakaian mereka tampak sudah rapi.
“Eomma, Appa, tidakkah kalian terlalu pagi untuk menghadiri pesta
pernikahan Kyuhyun? Bukankah acaranya
dimulai nanti sore?” Tanyaku sambil menatap mereka dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Aku mencium sesuatu yang mencurigakan.
“Ah.. Kami, ah tidak Eomma mu harus
ke salon lebih dulu, dan itu pasti memakan waktu lama.” Ucap Appa. Raut wajahnya terlihat aneh,
seakan sedang menyembunyikan sesuatu dariku.
“Ne, benar. Kami harus banyak
bersiap-siap.” Tambah Eomma dan
membuatku semakin mencurigai mereka merencanakan sesuatu.
Kucondongkan
tubuhku kearah mereka dan menatap lekat kedua mata mereka. Ada yang tidak beres
disini.
“Wa…wae? Kenapa kau menatap kami seperti
itu?” Ucap Eomma tergagap.
“Sepertinya
ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku.” Ucapku. Kugigit bibir bawahku mencoba
berpikir kemungkinan apa yang sedang mereka sembunyikan.
“Ah, ahni. Tidak ada yang kami
sembunyikan.” Kata mereka bersamaan. Eomma
dan Appa bergegas menuju pintu
keluar.
“Kami
pergi dulu.”
“Chakaman! Jika kalian akan meninggalkanku
dirumah, lalu untuk apa aku harus bersiap sejak pagi?” Aku benar-benar kesal.
Untuk apa mereka membangunkanku jika hanya untuk meninggalkanku?
“Mungkin
akan ada tamu yang datang.” Kata Appa
lalu segera menutup pintu dan meninggalkanku sendiri. Kuhentakan kakiku dengan
kesal. Sebenarnya apa yang sedang mereka pikirkan, hati kecilku sangat yakin
sesuatu akan terjadi.
Kulangkahkan
kakiku menuju dapur. Kulihat di atas meja telah tersedia sarapan buatan Eomma. Kubuka lemari es dan mengambil
sekotak jus jeruk. Kuletakan jus tersebut di atas meja dan menyambar sumpit di
dalam rak dan mulai memakan sarapan yang telah Eomma siapkan.
Akhirnya
hari ini tiba. Aku tertawa getir menyadari bahwa aku harus dua kali melewati
hari yang mengenaskan seperti ini. Kutusuk tofu rebus dihadapanku lalu
memasukan semuanya kedalam mulutku sekaligus kutenggak jus didalam kotak. Makan
memang lumayan bisa membuat stress di pikiranku menghilang.
Tak
berapa lama kemudian, kudengar suara bel pinru rumahku berdentang beberapa
kali. Apakah orang tuaku kembali lagi? dengan enggan kuseret langkahku menuju
pintu depan, lalu kubuka pintunya.
Tubuhku
mengeras melihat sosok yang berada dihadapanku.
“Ada
yang ingin kubicarakan denganmu Lee Hyemin.” Ucapnya dengan wajah datar.
“Soona?”
***
Author’s pov
Sinar
matahari sore hari yang lembut memancar dari sang bola api penguasa jagat.
Menembus kaca patri membiaskan warna-warni cerah. Angin bertiup pelan menggoyangkan
dedauan, suaranya beradu dengan dentang bel gereja di kejauhan menciptakan
alunan melodi yang khitmad dan menyejukan hati.
Kyuhyun,
dengan tuxedo hitamnya berdiri di depan altar pernikahan. Beberapa kali di
menggerakan telapak kakinya untuk meredam gelisah. Sudah lebih dari lima belas
menit Soona terlambat di acara pernikahan mereka. Pendeta juga tampaknya sudah
gelisah, hingga berkali-kali bertanya kepadanya.
“Eomma, dimana Soona?” Tanya Kyuhyun pada
ibunya yang duduk paling dekat dengannya.
“Tenang
saja Kyuhyun. Dia harus menyelesaikan beberapa urusan penting lebih dulu.” Dahi
Kyuhyun berkerut melihat senyum penuh arti di wajah ibunya.
Tiba-tiba
pintu gereja terbuka mengijinkan sinar matahari yang terang masuk ke dalam
ruangan gereja, menyilaukan seluruh orang yang hadir. Seorang gadis bergaun
pengantin putih berdiri di depan pintu, didampingi oleh ayahnya dan seorang
gadis lain yang memakai mini dress berwarna pastel. Kerudung satin yang
menghiasi rambut si pengantin tampak terjurai menutupi wajahnya. Mereka bertiga
berjalan bersama seiring dengan bergema orgel mengalunkan mars pernikahan.
Mata
Kyuhyun memicing, memfokuskan pandangan kearah mereka bertiga dan mendadak
tubuhnya menegang, wajahnya mengeras dan dahinya berkerut heran.
“Soona?
Kau? Wae?”
Mereka
bertiga berhenti di tengah-tengah ruangan gereja. Seluruh tamu undangan menatap
kearah mereka dengan heran. Gadis bergaun pastel tersenyum pada Kyuhyun lalu
berjalan mendekatinya.
“Aku
sudah tahu semuanya Kyuhyun. Tentang Hyemin, tentang kalian dan cinta yang
tercipta diantara kalian.” Kerutan di dahi Kyuhyun semakin banyak terlihat,
mendengar ucapan Soona.
“Aku
tahu dihatimu sudah tak ada lagi namaku. Dimatamu tak terlihat lagi cinta
untukku. Hyemin, dia yang sudah berhasil merebut hatimu dari ku. Sekarang aku
sadar dialah pemilik hatimu.”
“Tapi..
bagaimana denganmu?” Tanya Kyuhyun.
“Aku
akan sangat munafik jika aku berkata hatiku tidak merasakan sakit. Aku sangat
sakit hati Kyuhyun, sangat. Tetapi aku akan lebih merasakan sakit jika aku
harus hidup bersama seseorang yang tidak mencintaiku, dengan orang yang selalu
terbayang wajah wanita lain, seumur hidupku.” Setetes air mata mengalir dari
mata Soona. Namun sedetik kemudian sebuah senyuman terlihat di wajahnya.
“Aku
pasti akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik Kyu.” Kyuhyun tersenyum
mendengarnya, sebuah rasa bersalah terbersit di hatinya, namun dia sadar, kalau
takdirnya bukanlah bersama Soona, tetapi dengan wanita yang memakai gaun
pengantin dihadapannya.
“Dan
sekarang aku mengantarkan pengantinmu.” Tambah Soona lagi. dia kembali
mendekati Hyemin dan ayahnya, lalu membimbingnya untuk mendekati Kyuhyun.
“Kutitipkan
anakku satu-satunya padamu. Jangan pernah sakiti dia.” Ucap Ayah Hyemin sambil
menyerahkan sebelah tangan putrinya yang terbalut kaos tangan satin.
“Ne, saya berjanji ahjusi.”
Dia
menatap mata Hyemin yang sedikit tersembunyi di balik kerudungnya. Dia genggam
erat tangan gadisnya, gadis yang sangat ia inginkan di dunia ini.
“Ah! Tunggu sebentar.” Ucap Kyuhyun
mendadak.
Jangan sampai dia membuat masalah
lagi di hari penting seperti ini. Batin Hyemin.
“Ada
apa lagi?” Desis Hyemin sambil menatap tajam pada Kyuhyun.
“Sepertinya
aku melewatkan satu ritual. Bisakah anda memberi waktu pada saya lima menit
saja?” Tanya Kyuhyun pada pendeta yang telah bersiap dihadapannya. Dia hanya
mengangguk mengiyakan.
Kyuhyun
berlutut di hadapan Hyemin dengan tangannya masih menggenggam tangan erat
tangan Hyemin. Dia menghela nafasnya pelan, lalu mendongak dan tersenyum pada
gadis dihadapannya.
“Mungkin
aku memang pria yang menyebalkan. Mungkin kau pikir aku pria brengsek. Tapi apa
kau tahu, kau jauh lebih menyebalkan dari aku.” Ucap Kyuhyun yang membuat
seluruh tamu undangan dan Hyemin membelalakan matanya.
“Kau
sangat menyebalkan karena membuatku mencintaimu. Membuatku tak pernah bisa
meluoakan bayangan dan suaramu. Membuat hatiku sakit saat ku tahu kau tak ada
disisiku. Jadi sekarang bisakah kau selalu tinggal disampingku dan menjaga
hatiku?”
“Jadi
kau berniat melamarku?” Tanya Hyemin pada Kyuhyun.
“Tentu
saja, kau kira apalagi yang aku inginkan. Aku hanya menawarkan dua jawaban
Hyemin. Ya atau baiklah, tak ada jawaban lain!” Kata Kyuhyun dan membuat semua
orang di dalam gereja itu tertawa.
“Mwo? Kau curang!”
“Memangnya
kau akan menjawab yang lain?”
“Mungkin
saja.” Hyemin mengerling pada Kyuhyun dan membuatnya mendengus.
“Ayolah
Hyemin-ah cepat kau jawab. Lututku
sudah terasa sakit. Celana sialan ini terlalu ketat!”
“Kau
benar-benar laki-laki paling tidak sopan yang pernah kukenal.”
Kyuhyun
hanya tertawa mendengarnya. Dia menggenggam tangan Hyemin lebih erat.
“Jadi
apa jawabannya?”
“Hmm.. aku akan menjawab yang lain.”
“Mwo? Apa maksudmu dengan yang lain? Kau
tidak mencintaiku?” Ucap Kyuhyun merajuk. Hyemin menyunggingkan senyumnya
melihat tingkah Kyuhyun yang seperti anak kecil.
“Jawabanku
adalah ‘aku mau’. Bukankah itu jawaban yang lain?” Senyum terbentuk di wajah
tampan Kyuhyun. dia cium sekilas tangan gadisnya, lalu segera berdiri menghadap
pendeta.
“Ayo
bapa cepat nikahkan kami. Aku sudah tak sabar ingin menikah dengannya.” Ucapnya
yang membuat seluruh tamu undangan tertawa terbahak-bahak.
Suara
tawa riuh berpadu dengan bunyi orgel yang menyenandungkan mars pernikahan
ditimpa dengan dering bel, menyambut dua hati yang dipertemukan oleh takdir dan
bersatu karena cinta.
~END~
huaaaa,,, akhirnya mreka nikah jga,, Soona u'r so cooll cooll *alasistar, pengorbanan mu tak sia2..
BalasHapusDAEBAK DAH,, tulisan d ff ni, pengen terus d baca bikin penasaran tingkat dewa,, halah
sequlnya dong,, yah..yah..pasca nikah gtu,, hehehehe
hehe, makasih ya udah mau baca ff nggak jelas ini,
Hapusiya ini sudah disiapin after storynya, doakan saja cepet jadi, hahahah ^^
aminnn... mudah2an cpt jadi ama cpt d publishnya.... hahahahaha
Hapushuwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bagus banget thor, nangis, senyum, ketawa jadi satu kereen banget critanya thoor :')
BalasHapusmaaf telat bacanya, aku kira author bakal ngirim cepet ke fp itu hehe, makasi thoor atas ffnya :) :D